Tiga bulan setelah Ia lolos interview menjadi sekretaris dan tiga bulan pula rasanya Ia menyesali keinginannya bekerja menjadi sekretaris, tidak bukan menjadi sekretarisnya yang Ia sesali tetapi bekerja di perusahan dengan boss gila kerja yang membuatnya menyesali keinginannya ini.
Kenapa masih bertahan? Ya tentu saja Ia tidak ingin diremehkan oleh bosnya, Ia masih ingat dengan jelas perkataan bosnya saat Ia baru bekerja satu minggu disini, 'Baru seminggu kamu sudah lesu seperti ini, paling juga bertahan hanya tiga bulan. Kalau tidak bisa kerja, tidak usah kerja. Merepotkan saya saja.' Lyn yang mendengar itu merasa tertantang dan membuktikan pada bosnya bahwa Ia bisa melebihi ekspetasi bosnya. Selain itu, alasan Ia bertahan juga karena bosnya yang sangat tampan. Lumayan bisa cuci mata setiap saat. hehee.
Hampir tiga bulan ini jam tidurnya bisa dihitung, Ia selalu begadang untuk mempelajari hal-hal baru agar tidak terlalu banyak bertanya ke sekretaris lainnya. Ada dua sekretaris di perusahaan ini, Lyn dan Tari. Lyn sebagai sekretaris perusahaan sedangkan Tari sebagai sekretaris komisaris. Umur mereka tidak terpaut cukup jauh, Lyn berumur 27 tahun dan Tari berumur 38 tahun. Tari sudah bekerja di perusahaan ini selama 15 tahun dan selama lima tahun sebagai sekretaris perusahaan lalu diangkat menjadi sekretaris komisaris yang tugasnya lumayan berbeda. Tari cukup baik dan perhatian ke Lyn yang sering kali kebingungan dengan tugasnya.
"Kamu bawa bekal lagi?" tanya Tari yang sedang berdiri di depan mejanya. Lyn mengangguk, "Iya Kak."
"Kalau gitu aku ke kantin dulu ya."
Tari pergi meninggalkan meja Lyn. Ah iya, panggilan Kak itu merupakan request dari Tari sendiri. Ia tidak ingin dipanggil Buk, katanya sih cukup anaknya saja yang manggil Ibu. Lyn memang sering membawa bekal ke kantor, Ia terlalu malas untuk ke kantin karena mengingat kejadian satu bulan lalu saat dirinya sedang makan siang bersama pegawai lainnya, Bossnya menelepon dan menyuruh untuk langsung ke ruangan. Lyn yang tidak bisa makan dengan cepat terpaksa memberhentikan makannya dan langsung pergi meninggalkan kantin dengan sisa makanan yang masih banyak. Jadi untuk berjaga-jaga hal itu terjadi lagi, Lyn memilih untuk membawa bekal dan makanan di ruangan.
Saat baru akan menikmati makannya, tidak tau dari mana Bossnya muncul dan sedang berdiri di depannya dengan tatapan tajam mengintimidasi itu. Lyn menutup bekalnya dan berdiri, "Maaf Pak, ada kerjaan yang perlu saya lakukan?"
"Ke ruangan saya," perintah Will yang membuat Lyn mengerutkan dahinya bingung. Ia memilih untuk memasukkan kembali bekalnya ke dalam lalu berdiri. Namun Will masih diam memperhatikannya. Lyn mengulurkan tangannya, tanda menyuruh Will untuk berjalan terlebih dahulu.
"Bawa bekal kamu."
"Ha?" perintah yang bahkan tidak pernah Lyn perkirakan. Bawa bekal ke ruangan bossnya? Yang benar saja.
"Bawa bekal kamu, makan di ruangan saya. SEKARANG!"
Will pergi setelah menekankan kata sekarang. Lyn menghembuskan nafasnya kesal. Tidak paham dengan keinginan bossnya ini. Tiap bulan pasti ada saja tingkah yang tidak bisa Lyn prediksi. Bulan pertama saat Lyn bekerja, selama satu minggu bossnya minta ditemankan makan di ruangannya. Bulan kedua, bossnya minta ditemankan mencari hadiah ulang tahun buat orang tuanya. Dan bulan ketiga, bossnya menyuruh Lyn makan di ruangannya. Apalagi selanjutnya? Sepertinya tugasnya merangkap dari sekretaris perusahaan dan asisten pribadi bossnya.
"Maaf Pak, ada kerjaan yang perlu saya lakukan?"
"Tidak. Makan saja."
Lyn yang sudah berulang kali menanyakan hal itu tetap jawabannya tidak. Jadi intinya sekarang, Lyn sedang makan di ruangan bossnya dan yang punya ruangan sedang sibuk berkutik di depan laptopnya.
"Pak Will sudah makan?"
"Sudah. Kemarin."
Lyn menggelengkan kepalanya, bukan hanya penggila kerja, Will juga penggila menahan lapar. Saat bulan pertama Ia bekerja di kantor, staff lain dan Tari heran melihat sikap bossnya karena kata mereka, bossnya itu tidak pernah makan di kantor dan satu minggu di bulan pertama, bossnya malah meminta Lyn untuk menemaninya makan. Namun setelah itu, Lyn tidak pernah lagi melihat bossnya makan seperti perkataan pegawai lainnya. Will tidak pernah makan di kantor.
Lyn memindahkan sedikit makanan yang belum Ia sentuh. Lyn selalu membawa tiga tempat bekal yang berisi lauk yang berbeda. Lyn tipe orang yang tidak bisa makan hanya dengan satu lauk saja. Hari ini Ia membawa cumi goreng tepung, telur dadar, dan sayur. Lyn meletakkan satu tempat bekalnya di meja Will, "Makan dulu, Pak. Setelah ini kita masih banyak pekerjaan."
Lyn tidak mempedulikan tatapan Will, Ia kembali duduk dan melanjutkannya makannya. Lyn sembari menyuapkan makannya dan beberapa kali memperhatikan Will yang juga mulai memakan bekal itu. Tatapan Will itu salah satu pesonanya. Tampan dan bermata tajam. Walaupun galak dan ketus, orang-orang masih terpesona dengan ketampanan Will tanpa mempedulikan sikapnya. Begitupun Lyn. Siapa yang tidak akan jatuh dengan laki-laki tampan dengan brewok tipis di wajahnya.
"Sudah puas merhatiin saya?"
Suara berat Will menyadarkan lamunan Lyn, Ia segera mengubah arah pandangnya. Lyn mendengar suara langkah kaki mendekat kearahnya. Mampus. Lyn menelan ludah, kenapa Ia menjadi sangat gugup sekarang? Lyn mendongak dan merapatkan bibirnya. Wajah Will hanya berjarak beberap senti dari wajahnya. Jantungnya kini berdetak lebih kencang saat Will menyentuh wajahnya dan mengelus pipinya. Lyn menundukkan pandangannya namun tangan Will menarik wajah Lyn untuk menatapnya.
"Kenapa? Bukannya kamu sedari tadi merhatiin saya? Lebih baik perhatiinya dari dekat biar lebih jelas."
"E—hm maaf Pak, saya hanya melamun bukan sedang memperhatikan Pak Will."
Sudah ketangkap basah, Lyn masih bisa mencari alasan. Ia menertawakan kebodohan dirinya.
"Wah... sorry ganggu." ucap Lelaki yang baru saja masuk ke dalam ruangan itu. Lyn dan Will langsung menatap kearah yang sama dengan tatapan berbeda. Lyn merasa malu dan Will menatap dengan tajam seakan ingin menghabisi lelaki bernama Kevlar, adik Will.
Lyn menjauhkan wajahnya dan membereskan makanannya lalu permisi untuk keluar ruangan. Pertama kali selama kerja disini, Ia tidak menatap langsung mata Will saat berpamitan. Ia malu dan juga merasa.... sudah jatuh cinta dengan bossnya sendiri. Lyn menghembuskan nafas gusar. Ini kali pertama, Ia mendapat perlakuan seperti ini dari laki-laki dan rasanya ternyata bisa membuat jantung Lyn berdetak kuat.
Suda tiga bulan Ia bekerja disini, belum pernah sekalipun mendengar rumor tentang bossnya yang berperilaku seperti itu. Apa mereka sengaja tidak memberitahu Lyn? Ah Lyn berulang kali menghebuskan nafas gusar, kepalanya sakit hanya dengan memikirkan kejadian itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boss and Me
RomanceAerilyn yang kini berusia 27 tahun sudah menjadi pengangguran selama satu tahun dan Ia mencoba untuk melamar pekerjaan di perusahaan properti sebagai sekretaris. Ternyata hal itu membuahkan hasil bagus, Ia diterima walaupun tanpa pengalaman kerja s...