Part 6

18 2 0
                                    


Lyn bangun dari tidurnya dan melihat jam dinding menunjukkan pukul lima dini hari. Ia masih ingat jelas kejadian malam tadi saat Lyn mencium Will. Itu hal terbodoh yang Ia lakukan apalagi akting pura-pura pingsannya itu. Sangat memalukan.

Mampus. Kenapa aku malah menciumnya? Kenapa aku tidak berhenti? Bagaimana berhentinya? Apa aku harus pura-pura pingsan saja. Begitulah isi pikirannya tadi malam dan terjadilah akting pingsan itu. Benar-benar seperti orang bodoh.

Lyn mengambil baju yang tergantung di dekat meja rias, mungkin ini baju disiapkan untuk dirinya. Simple pencil skirt dan chic blouse. Lyn segera mandi untuk siap-siap pergi ke kantor. Siang ini mereka akan ke Singapura dan Lyn harus mempersiapkan bahan yang akan di bawa. Walaupun hanya satu hari di Singapura, tetap saja banyak yang harus Ia persiapkan. Ah iya, masalah pingsan itu Ia sudah biasa mengalaminya disaat sendirian. Mungkin efek samping dari sakit kepalanya. Ya dokternya juga sudah melarang untuk berpikir keras dan bekerja terlalu keras tapi tetap saja, Lyn adalah Lyn si keras kepala.

Lyn keluar dari kamar dan mendapati Will sedang berdiri di dekat pintu kamarnya. Will sudah berpakai rapi dengan kemeja yang digulung, terlihat sangat tampan. Lyn diam mematung. Ingatan tentang kebodohannya tadi malam dan melihat Will yang sangat-sangat tampan sedang menatapnya, tanpa sadar membuat wajah Lyn memerah.

Will yang melihat wajah Lyn memerah, berniat untuk meletakkan memeriksa wajah Lyn namun ditahan oleh sang empu, "Wajah kamu merah, kamu masih sakit? Kita batalkan saja janji hari ini."

Lyn menggeleng cepat, "Tidak Pak, saya baik-baik saja."

"Itu wajah kamu masih merah, coba sini saya periksa," Will mencoba menggapai wajah Lyn, namun Lyn tiba-tiba menghindar dan berjalan ke arah yang salah, "Tangganya disana Lyn."

Lyn yang sudah berjalan cukup jauh, memutar badannya lalu berjalan kearah yang berlawanan dan melewati Will yang sedang menyunggingkan senyuman melihat tingkah sekretarisnya itu. Lyn menunggu Will di tangga paling bawah, Ia harus menunggu Will karena Ia tidak tau jalan keluar dari rumah ini. Membatalkan jadwal? Tentu saja itu tidak akan terjadi lagi, cukup kemarin saja Ia harus bersusah payah mencari jadwal pengganti, jangan ditambah lagi, pikirnya.

"Saya tidak tau jalan keluar," ucap Lyn saat Will mencapai tangga terakhir. Will mengulas senyumnya sekilas lalu berjalan, Lyn pun mengikuti dibelakang sembari membuka ponselnya untuk melihat jadwal mereka hari ini. Mereka akan take off pukul 10 dan langsung menuju ke tempat meeting yang telah ditentukan. Setelah selesai meeting, mereka langsung kembali lagi ke Jakarta. Sejauh ini jadwal yang akan Lyn lakukan.

Bugh!

Lyn menabrak punggung Will yang tiba-tiba saja berhenti tanpa Ia kira. Lyn menjauhkan tubuhnya, "Maaf Pak, saya tidak fokus melihat jalan."

"Kita makan dulu."

Lyn menggeleng, "Saya langsung ke kantor saja boleh Pak? Masih ada berkas yang mau saya ambil."

"Makan dulu atau kita batalkan saja janji hari ini!"

Bukan seperti pertanyaan, lebih kearah pernyataan yang bahkan tidak perlu jawaban. Lyn mengangguk, "Baik Pak."

"Kamu duluan. Lurus belok kanan, nanti disana ada meja makan. Saya mau menelepon dulu."

"Baik, Pak."

Lyn melangkahkan kakinya dan mengikuti instruksi dari Will. Saat sampai di ujung, Ia berbelok kanan dan memang benar disana ada meja makan tetapi bukan hanya meja makan, semua keluarga Will juga berada di meja makan itu. Lyn hendak berbalik, namun Ane memanggilnya.

Boss and MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang