Will menggandeng tangan Lyn di dalam lift yang sedang dipenuhi oleh orang-orang. Mereka baru saja pulang dari acara dinner dan Will mengajak Lyn untuk menginap di rumahnya. Tangan nakal Will kini bermain di belakang tubuh Lyn, Ia meremas bokong Lyn dan mulai masuk ke area sensitifnya. Lyn menggigit bibir bawahnya agar tidak keluar desahan dari mulutnya.Ting!
Tepat suara lift terbuka, Ia terbangun dari tidurnya.
Lyn meregangkan tubuhnya dan mematikan alarm jamnya.
"Mimpi mesum!" gumamnya pelan seraya meminjat kepalanya yang sakit. Lyn berdiri membasuh muka dan memasak untuk bekalnya. Hari ini Ia akan memasak ayam dan tempe bakar madu, membuat sandwich, lalapan dan menggoreng udang. Kali ini Ia harus memasak untuk dua porsi. Setelah kejadian di ruangan itu, mereka bekerja seperti biasanya seakan tidak terjadi apapun dan sebelum pulang kantor, Will meminta Lyn untuk membawakan bekal untuk dirinya dengan nada tanpa penolakan. Kini tugasnya sudah seperti ART saja.
Setelah menyelesaikan semuanya, Lyn langsung turun menuju basemant untuk mengambil mobilnya. Mobil ini bisa terbilang sudah puluhan tahun Ia miliki, mobil sedan nissan Teana tahun 2005 dari kakeknya ini memang menjadi pilihannya sendiri. Ia sudah ditawari untuk memilih mobil selain ini, namun selalu Ia tolak karena menurutnya mobil ini sangat nyaman Ia gunakan.
Jarak antara kantor dan apartmennya tidak terlalu jauh. Hanya sekitar 20 menitan jika tidak macet. Saat menerima kabar bahwa dirinya lolos tahap seleksi, Lyn langsung mencari apartment terdekat dan termurah diarea kantornya dan hanya ada ini yang sesuai dengan kriterianya itu.
Sama seperti pagi biasanya, gedung ini selalu dipenuhi oleh muda-mudi yang sedang bekerja disini. Lyn menunggu dengan beberapa orang di samping lift, saat lift terbuka dan orang-orang sudah keluar, waktunya mereka masuk. Lyn berada di paling belakang dan sibuk membaca berita di ponselnya hingga suara deheman tepat di telinganya membuat Lyn hampir melemparkan ponselnya. Ia menatap sinis ke samping dan ternyata orang itu ternyata Will.
"Rese banget." gumam Lyn sepelan mungkin namun dapat di dengar oleh Will. Baru pagi sudah merusak moodnya saja. Saat lift berhenti, Lyn menunggu semua orang keluar dan Will keluar terlebih dahulu namun Will tidak kunjung keluar malah menutup kembali lift itu lalu menekan tombol 1.
Lyn mengehela nafasnya, "Maaf Pak, kenapa turun lagi?"
Will tidak menjawab malah semakin mendekatkan tubuhnya ke Lyn. Mata tajam itu menatapnya. Lyn dapat merasakan jantungnya berdetak lebih cepat dan mencoba menetralkan ekspresinya. Will menahan satu tangannya di dinding lift dan satu tangan lagi mengusap wajah Lyn. Mata mereka bertemu. Kali ini Lyn tidak memalingkan wajahnya. Ia menatap mata itu dengan berani.
"Kali ini kenapa lagi Pak?"
"Saya tunjukin rese sebenarnya gimana."
Damn. Tidak sampai seperkian detik saat mengatakan itu, Will menciumnya lalu dengan bodoh mulutnya tidak menolak malah membalas ciuman itu. Lyn mendorong tubuh Will saat mendengar suara lift terbuka lalu beberapa orang mulai masuk dan memberi salam pada Will. Lyn berbisik, "What the fuck are you doing, Mr. Will?"
"Menciummu."
"I know. Tapi kenapa?"
"Karena aku mau."
"Gila!"
"Mau aku tunjukin yang lebih gila lagi?" bisik Will yang membuat bulu kuduknya naik. Bola mata Lyn hampir keluar dari tempatnya. Benar-benar gila. Kini mimpi itu seperti sebuah kenyataan, Will memeluk pinggul Lyn dan menariknya lebih dekat. Aneh. Tubuhnya bukannya menolak malah membiarkan Will melakukan hal yang lebih lagi. Lyn menahan lengan Will dan langsung keluar dari lift tanpa melihat Ia turun di lantai berapa. Lyn memilih untuk naik tangga dari lantai 27 ke lantai 30. Ternyata kejutan selanjutnya yang Ia dapat di tiga bulan kerjanya adalah hal yang tidak terduga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boss and Me
RomanceAerilyn yang kini berusia 27 tahun sudah menjadi pengangguran selama satu tahun dan Ia mencoba untuk melamar pekerjaan di perusahaan properti sebagai sekretaris. Ternyata hal itu membuahkan hasil bagus, Ia diterima walaupun tanpa pengalaman kerja s...