II

758 111 12
                                    

.
.
.

SUDAH satu minggu lebih Charley dan juga Miko tidak pernah saling berkomunikasi selepas kejadian di area parkir pada waktu itu. Keduanya sama-sama saling menjauh, atau lebih tepatnya Charley yang menjauh.

Gadis itu sudah beberapa kali di teror oleh Miko sebelumnya dengan selalu meneleponnya tanpa henti. Charley yang kesal pun lantas memblokir nomor pemuda itu dan setelahnya tidak ada yang terjadi.

Tidak ada Miko yang bergerak cepat menghampiri rumahnya untuk meminta maaf.

Tidak ada rengekan dari seorang Miko karena Charley yang memblokir kontaknya.

Dan juga, tidak ada nada permohonan dari Miko dengan membelikan makanan sebagai sogokan agar Charley tidak marah lagi dan mau memaafkannya.

Semuanya tidak seperti yang kalian pikirkan.

Karena kenyataannya, setelah Charley memblokir nomor pemuda itu, Miko juga ikut-ikutan bersikap tidak peduli. Pemuda itu seakan-akan tidak ingin meluruskan permasalahan mereka sebelumnya setelah jelas-jelas pemuda itu bersalah kepada Charley.

Berselingkuh!

Mungkin itu sudah menjadi mainan dari seorang Miko sehari-hari.

Tidak peduli dengan Charley yang mungkin saja semakin marah atau apa, Miko semakin menjadi-jadi berdekatan dengan gadis lain dibelakang Charley. Tanpa memperdulikan pesan yang diberikan oleh Violin seminggu lalu, Miko tanpa pikir panjang terus melakukan hal yang sudah di anggap salah tersebut.

"Miko, aku mau es krim itu boleh?"

Miko berdecak kecil ketika melihat nomornya yang masih diblokir oleh Charley. Namun seketika langsung memasang senyum lebarnya kepada seorang gadis yang telah berdekatan dengannya selama enam hari belakangan ini.

"Boleh, boleh. Mau aku beliin?"

Gadis yang bernama Shafira itu mengangguk lebar, dengan semangat dia mengapit lengan pemuda itu. "Mau!"

Miko menggeleng pelan, lalu mengacak rambut gadis tersebut. "Ya udah, ayo!"

.
.
.

Charley menarik napasnya dengan bosan ketika tontonan yang dia tonton sekarang terasa membosankan untuknya. Dia merenggangkan tubuhnya, menghembuskan napasnya cukup kasar lantaran tidak ada kegiatan lain yang harus dirinya lakukan di hari minggu ini.

Gadis itu pun melirik handphonenya yang berada di atas meja, cukup lama dia berpikir di sana sebelum kemudian mengangkatnya. Tangannya yang lentik itu bergulir untuk membuka aplikasi chat dan berhenti ke salah satu kontak. Miko.

Tatapan datar begitu terlihat ketika Charley memandangi nomor tersebut. Satu minggu telah berlalu, namun belum ada niatan dalam diri gadis tersebut untuk membuka blokiran nomor Miko.

Biarkan!

Biarkan saja seperti ini dulu!

Charley hanya ingin membutuhkan waktu lebih lama untuk menenangkan perasaannya yang sering kali terombang-ambing karena sifat dari pemuda itu.





















































CHARMIKOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang