Jeno menatap khawatir gadis dihadapannya yang sedari tadi tak mengeluarkan suara. Saat ini mereka sudah berada di apartemen pribadi Jeno dengan si gadis yang duduk di atas sofa sedangkan Jeno bersimpuh di hadapannya.
Netra gelap Jeno tak lepas memandangi wajah cantik yang terlihat kuyu itu. Ia masih ingat bagaimana gadis itu menangis meraung tadi. Entah kenapa melihat itu semua membuat perasaan Jeno tak nyaman.
Helaan nafas terdengar dari mulut Jeno saat melihat bekas kemerahan di kedua pergelangan tangan gadis di hadapannya. Tangan besarnya reflek mengusap bekas itu dengan hati-hati dan hal itu berhasil membuat si cantik mendongakkan kepalanya.
Manik mereka bersibobrok cukup lama. Hingga Jeno terlebih dahulu memutuskan tautan mata keduanya. Kepalanya merunduk, meneliti bagian kemerahan yang terlihat kontras di kulit putih si cantik.
"Sakit?". Tanya Jeno.
Karena tak kunjung mendapat jawaban akhirnya pemuda tampan itu mendongak. Dan ternyata si cantik masih betah menatapnya.
"Ada apa?, Ada yang salah denganku?".
Gadis itu menggeleng.
"Jeno ya". Suara lirih itu terdengar beberapa saat kemudian.
"Ada apa?".
"Aku Jaemin, kau percaya kan?".
Jeno menghela nafas disusul dengan senyum tipis yang tercetak di wajah tampannya.
"Kita bahas ini nanti ok?, Sekarang kau harus istirahat".
Jaemin kembali diam, ia bahkan tak menolak saat Jeno menggendongnya menuju kamar dan membaringkan tubuhnya di atas kasur dengan nyaman.
"Istirahatlah kita bicara nanti, aku harus pergi ke dorm dulu untuk mengurus beberapa hal".
Jeno lalu pergi begitu saja setelah mengatakan hal itu.
---
Jaemin terbangun saat hari sudah malam. Gadis itu beranjak dari kasur berniat mencari Jeno untuk meminta makanan karena perutnya yang terasa lapar.
Suasana apartemen sangat sepi tak ada tanda-tanda keberadaan sang pemilik rumah. Jaemin berjalan menuju dapur, melihat apakah ada makanan yang bisa ia makan namun nihil. Tak ada makanan sama sekali bahkan di dalam kulkas hanya ada obat herbal dan minuman kaleng.
Tangan Jaemin beralih membuka satu persatu kabinet yang ada, berharap menemukan sereal atau mie instan untuk mengganjal perutnya namun hasilnya juga nihil.
Jaemin mendengus kesal, berjalan lemas ke arah ruang tamu sembari berfikir bagaimana cara mengganjal rasa laparnya.
Sebenarnya bisa saja ia pesan antar makanan tapi hal itu mungkin akan sedikit beresiko dan Jaemin tidak ingin kejadian tadi siang terulang kembali.
Sesaat kemudian kedua ujung bibirnya terangkat ke atas, membentuk senyum cerah saat mengingat sesuatu.
Kaki jenjangnya yang tak terbalut alas itu berlari kecil kembali ke dapur. Sesampainya disana ia bergegas membuka salah satu kabinet yang letaknya memang sedikit tersembunyi di bagian paling ujung kitchen set. Sebuah kotak bewarna biru muda terlihat disana membuat Jaemin semakin tersenyum lebar.
Tapi saat akan meraih kotak itu, mendadak perasaan tak yakin memenuhi hatinya. Sudah hampir satu satu tahun hubungannya dan Jeno menjadi buruk jadi tidak mungkin pemuda tampan itu masih mengisi kotak biru itu.
Jaemin akan menutup kembali kabinet itu namun perutnya yang sudah sangat kelaparan mendorong hatinya untuk sedikit berharap. Jadi ia putuskan untuk memastikan isi kotak itu terlebih dahulu.
Dengan perlahan Jaemin mengeluarkan kotak itu, kemudian tangannya bergerak cepat memutar beberapa angka di ujung kotak untuk membukanya.
Kotak itu memang seperti berangkas kecil yang dulu sengaja Jeno belikan untuk Jaemin menyimpan berbagai cemilannya.
Dulu sebelum hubungan keduanya rusak, Jaemin dan Jeno memang sering menghabiskan hari libur di apartemen ini. Tapi selain mereka, mamber lain juga kerap menginap jika sendang libur atau ingin sendiri. Dan Jaemin yang memang suka sekali dengan cemilan sering dibuat kesal karena makanan nya yang tiba-tiba hilang atau habis.
Jadi entah ide dari mana Jeno membelikan berangkas kecil untuk menyimpan makanan Jaemin agar tak hilang lagi.
Bunyi klik menandakan jika kotak itu berhasil dibuka. Jaemin membuka penutup kotak lebih lebar dan langsung terkejut dengan berbagai macam makanan ringan kesukaannya yang masih tersimpan rapi disana.
Jaemin meraih satu bungkus makanan itu memastikan tanggal kadaluarsanya yang ternyata masih lama. Jadi jika Jaemin boleh berspekulasi, Jeno tetap mengisi kotak rahasia itu selama ini.
Senyum Jaemin merekah lebih lebar. Entahlah hatinya membuncah dan perasaannya tiba-tiba terasa lega luar biasa.
"Apa yang kau lakukan?".
Suara husky itu mengagetkan Jaemin hingga menjatuhkan makanan yang ia pegang tadi.
"Aku lapar". Cicit Jaemin setelah memungut kripik kentang kesukaannya yang tadi jatuh.
"Kau bagaimana kau bisa tau?, Tidak bagaimana kau bisa membuka kotak itu?".
Pertanyaan Jeno yang bertubi-tubi membuat Jaemin jengah. Ia lapar dan ingin makan secepatnya tapi pemuda tampan bernama Lee Jeno ini malah menahannya.
"Sudah kubilang aku Jaemin. Makanya aku bisa membuka kotak rahasia ini".
----
TBC
Huaaa udah up yaaa,, terharu banget bisa tembus 200 vote dalam beberapa jam ehhehe...
Maaf baru update soalnya idenya baru nyampek so sowry..
Yuk vote yukkkk... Kali ini 300 yaaa, trauma banget aku langsung dapet 200 pas ga ada ide wkwkwk.
Happy reading...
comment jugaaa jan lupa...
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M JAEMIN! [NOMIN]
FanfictionKisah tentang Na Jaemin, salah satu mamber NCT , boy group besar besutan SM entertainment yang jiwanya berpindah pada seorang gadis cantik yang sangat mirip dengannya akibat kecelakaan. Jadi bagaimana nasib Jaemin setelahnya?. kan sudah kubilang ak...