Keesokan harinya Jaemin memutuskan untuk membantu Mirae menjaga kedai ice cream nya. Menjelang siang, gadis cantik itu telah siap dengan setelan biru muda dan juga sepatu cats, rambut panjangnya ia kuncir tinggi-tinggi membentuk ponytail.
"Terimakasih paman, aku akan menghubungimu saat akan pulang nanti".
Paman Kang tersenyum lembut, mengulurkan sebuah tas kecil berisi kotak bekal.
"Para maid berkata jika nona hanya makan sedikit tadi pagi, jadi paman minta chef untuk membuatkan bekal".
Senyum Jaemin mengembang. Menerima tas kecil itu, mengucapkan terimakasih sebelum berlari kecil masuk kedalam kedai.
Kadai tidak terlalu ramai saat Jaemin tiba, hanya ada beberapa pelanggan dan juga pegawai yang hilir mudik, termasuk Mirae yang sudah berdiri dengan appron coklat di balik kasir.
"Eonni" pekik gadis itu sembari melambai heboh.
Keduanya berbincang sebentar sebelum Jaemin mulai membantu kegiatan dalam kedai ice cream tersebut.
---
Hari sudah semakin sore, dan pelanggan masih hilir mudik memenuhi kedai, melarang para pekerja untuk beristirahat. Kedai ice cream di musim panas memang menjadi yang paling sibuk.
Jaemin tersenyum melayani satu persatu pelanggan yang datang dibalik meja kasir. Pekerjaannya memang menjadi penjaga kasir sedari tadi karena ia belum terlalu bisa menyiapkan ice cream dan meracik minuman.
Jemari lentiknya lincah, memencet menu yang ada di layar iPad menyesuaikan dengan pesanan pembeli.
"Dua scop mint choco dan satu scop bubble gum, ada pesanan lain?".
"Tidak itu saja".
"Totalnya sembilan ratus won, terimakasih". Senyum Jaemin mengembang sembari menyerahkan selembar struk pada pembeli dan selembar lainnya ia tempelkan di sisi meja agar pekerja lain bisa menyiapkannya.
Kemudian gadis itu mereset ulang ipad nya, bersiap menerima pesanan selanjutnya.
"Pesa-...."
"yo sesaeng". Panggilan itu berhasil memotong ucapan Jaemin. Membuat gadis cantik yang awalnya menunduk itu langsung mendongak, menemukan sosok pemuda dengan masker dan topi yang menutupi hampir seluruh wajahnya.
Jaemin mendengus saat si pemuda menaikkan sedikit topinya, memperlihatkan sebelah matanya yang berkedip genit.
Lee Haechan,
"Jangan memanggilku seperti itu". Desis Jaemin yang hanya dibalas kekehan kecil oleh Haechan.
"Berhenti tertawa, cepat memesan. Antrian jadi semakin panjang karena mu".
"Baiklah, aku akan langsung memesan dengan syarat kau menemaniku makanan setelah ini".
Jaemin menaikkan sebelah alisnya, apa-apaan pemuda di depannya ini.
"Aku tidak mau, kau tak melihat aku sedang sibuk?".
"Aku tidak peduli, jika tidak mau aku akan tetap disini, menghalangi pelanggan lain".
Jaemin mendengus keras, mengiyakan permintaan pemuda tengil yang masih setia berdiri di depan kasir membuat pelanggan yang lain mulai memandang tak sabar.
"Baiklah-baiklah cepat pesan".
---
Jaemin meletakkan pesanan Haechan di atas meja, kini keduanya berada di ruangan Mirae, mengindari seseorang yang mungkin mengenali si idol.
Haechan melepas atribut penyamaran yang ia kenakan. Menyugar rambut panjangnya kebelakang lalu menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa.
"Kau tidak ada kerjaan sampai bisa menghabiskan waktu disini?". Sarkas Jaemin yang ikut duduk di hadapan Haechan sembari bersedekap dada.
Sang idol tak menanggapi, hanya menaikkan kedua bahunya sekejap sembari menikmati ice cream yang telah ia pesan.
Jaemin jengah, sudah setengah jam berlalu dan selama itu Haechan mengabaikannya. Jika seperti ini lebih baik ia membantu Mirae di bawah karena kedai cukup ramai saat ini.
"Oy sesaeng kenapa diam saja?". Pertanyaan itu datang dari Haechan yang sudah berhasil menghabiskan semangkuk besar ice cream nya dan menyelesaikan beberapa babak game di ponselnya.
"Berhenti memanggilku sesaeng, dan kau juga diam saja sejak tadi".
"Hey, tak perlu memasang wajah seperti itu, kau memang sesaeng gila yang berani menyusup ke dorm kami".
Jaemin menghela nafas, mencoba mengontrol emosinya. Ingatkan Jaemin untuk memukul Haechan sekuat tenaga dan menghancurkan pc nya saat ia sudah kembali ke tubuh aslinya.
"Aku bukan sesaeng, aku sudah mengatakan apa tujuanku saat itu".
Jengah, itulah yang Jaemin rasakan akhir-akhir ini. Ia sedang berada di fase lelah menjelaskan siapa dirinya yang sebenarnya dan berakhir tidak ada satupun yang percaya. Hal itulah yang membuat Jaemin tidak mengatakan mengenai jatidirinya pada Haechan dan mencoba menyakinkan pemuda itu saat ini atau saat mereka tak sengaja bertemu kemarin padahal ia memiliki banyak kesempatan.
Si cantik bahkan mengabaikan pesan dari Jeno yang memintanya ke apartemen semalam.
Tidak, Jaemin tidak menyerah. Ia hanya ingin beristirahat sebentar dan menikmati kehidupannya sebagai Minjae sebelum kembali berjuang.
Jeno sudah mempercayai nya bahkan Haechan tiba-tiba muncul walaupun belum ada di pihaknya. Dan Jaemin tak akan menyia-nyiakan hal itu, tapi tidak sekarang. Ia ingin istirahat sebentar saja, menata kembali hatinya yang entah sejak kapan mudah terluka.
"Hei, sesaeng, kau melamun?".
Suara Haechan yang lumayan melengking membangunkan Jaemin dari keterdiaman nya. Gadis itu tersenyum tipis kemudian meraih segelas air mineral dingin dan meminumnya hingga hampir tandas.
"Oh ngomong-ngomong kau bekerja disini?".
Jaemin menaikkan sebelah alisnya.
"Tidak, hanya sedikit terkejut saat melihatmu tadi, padahal kemarin kau di jemput dengan mobil mahal tapi kenapa malah bekerja disini".
"Kedai ini milik kenakalan ku, aku hanya membantu".
Setelahnya keduanya tenggelam dalam obrolan, lebih tepatnya Haechan yang banyak bercerita dan bertanya sedangkan Jaemin hanya mendengar dan menjawab seperlunya.
---
Jaemin menatap lampu-lampu jalan yang mulai menyala dari jendela mobil. Hari mulai malam saat tiba-tiba Haechan menariknya dan bersikukuh untuk mengantarnya pulang.
Disini lah keduanya berada, di dalam mobil dengan Haechan yang menjadi supir dan Jaemin yang duduk di sebelahnya. Jaemin tidak ingat Haechan memiliki mobil ini sebelumnya.
"Mobil siapa ini?". Tanya Jaemin penasaran.
"Mobilku tentu saja".
Jaemin menoleh.
"Kau tidak memiliki mobil seperti ini Lee Haechan".
Kini giliran Haechan yang menoleh. Kebetulan mereka sedang berhenti karena terjebak lampu lalulintas.
"Dari mana kau tau?".
"Aku pernah berkata jika aku Jaemin, tentu saja aku tau apa saja aset yang kau miliki karena kau selalu bertanya padaku jika ingin membeli sesuatu. Lagi pula kau tidak menyukai bau parfum mobil ini, jadi tidak mungkin jika mobil ini milikmu".
Hening, tak ada balasan apapun dari si idol setelah di cantik menyelesaikan ucapannya. Hingga suara klakson mobil terdengar dari belakang.
"Aku ingin bicara serius denganmu setelah ini". Ucap Haechan sebelum kembali menjalankan mobilnya.
---
TBC
Malem ini dikit dulu yaaa
Jan lupa vote & comment yaaa..
Loph u all
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M JAEMIN! [NOMIN]
FanfictionKisah tentang Na Jaemin, salah satu mamber NCT , boy group besar besutan SM entertainment yang jiwanya berpindah pada seorang gadis cantik yang sangat mirip dengannya akibat kecelakaan. Jadi bagaimana nasib Jaemin setelahnya?. kan sudah kubilang ak...