#20

5.4K 670 18
                                    

Acara amal selesai saat matahari hampir terbenam. Jaemin menggerakkan tubuhnya, meregangkan ototnya yang lumayan lelah karena banyak beraktivitas. Namun dibalik rasa lelahnya Jaemin merasa amat bahagia, bahkan gadis cantik itu tak pernah melunturkan senyumnya barang sedikitpun selama acara berlangsung.

Jaemin menegak habis sebotol air mineral, semua teman-teman nya sudah pulang meninggalkannya yang masih menunggu jemputan di minimarket dekat rumah sakit.

Mata cantiknya melihat-lihat sekitar, memperhatikan beberapa orang yang berlalu lalang hingga seekor anjing pudel kecil menarik atensinya. Senyum di bibirnya merekah, menghampiri anjing coklat yang terikat di depan toko kue sendirian.

"Hai anjing kecil, kau lucu sekali". Ucap Jaemin sembari mengusap bulu halus anjing kecil itu. Ah ia jadi merindukan Luna.

Saat tengah asik bermain, tubuh Jaemin tiba-tiba tersungkur akibat benturan yang cukup keras. Gadis cantik itu mengaduh lalu kepalanya otomatis mendongak melihat apa yang terjadi, menemukan sosok lain yang ikut tersungkur didepannya.

"Maafkan aku, aku terburu-buru dan tidak melihat kau berjongkok disitu". Ucap sosok lain yang bahkan Jaemin tidak bisa lihat bagaimana rupanya karena ia menggunakan masker dan buket hat yang hampir menutupi mata berkacamatanya.

"Tidak masalah, lain kali perhatikan jalanmu".

Pemuda itu nampak mengangguk, berniat bangkit lalu pergi namun suara mengaduh dari bibir si cantik menahannya.

"Kau baik-baik saja?".

Jaemin akan mengangguk namun tak jadi karena lututnya yang tiba-tiba terasa begitu kaku.

Pemuda itu akhirnya membantu Jaemin berdiri, meringis kecil saat melihat luka di kedua lutut si cantik.

"Astaga, kau terluka".

"Tidak apa-apa, aku bisa mengatasi ini sendiri".

"Tidak-tidak aku harus bertanggung jawab".

Jaemin akhirnya pasrah dibawa ke dalam toko kue yang sedang sepi itu. Ia didudukkan di salah satu bangku lalu si pemuda tadi pamit pergi untuk membeli obat dan memesan makanan.

Rasanya Jaemin ingin merutuki takdir jelek yang lagi-lagi datang padanya. Padahal seharian ini ia sedang bahagia tapi ternyata tiba-tiba kesialan menghampiri nya.

Beberapa saat kemudian pintu toko roti kembali terbuka, membuat Jaemin secara otomatis menoleh dan mendapati pemuda tadi kembali dengan kantong di tangannya.

Alis Jaemin terangkat satu, baru menyadari jika sosok itu terlihat familiar. Tidak hanya sosoknya namun skinny jeans dan kaos yang pemuda itu kenakan juga nampak familiar.

"Apa kita saling mengenal, aku seperti pernah melihatmu". Tanya Jaemin setelah pemuda tadi duduk bersimpuh di hadapan Jaemin dan mulai mengobati lukanya.

"Tidak, kau mungkin salah orang".

Jaemin terpaku, suara itu, tentu saja ia sangat mengenali suara itu.

"Lee Haechan".

Lirih Jaemin sembari menatap lurus pemuda tadi yang juga tengah menatapnya. Posisi pemuda itu yang bersimpuh dan mendongak membuat Jaemin bisa melihat mata pemuda itu. Haechan, benar-benar Haechan.

"Bagaimana kau bisa mengenaliku?".

Tanya Haechan tanpa berniat kabur padahal dirinya sudah ketahuan.

"Suaramu, bajumu, bahkan bucket hat yang kau kenakan adalah milikku bagaimana bisa aku tidak mengenalimu?".

"Huh?, Milikmu?, Ini?".

Haechan menunjuk topinya.

"Lihat wajahku baik-baik kau tak mengenaliku?". Jaemin sedikit mencondongkan kepalanya, menyingkap rambut panjangnya kebelakang agar Haechan dapat melihat wajahnya dengan jelas.

"Yak! Kau sesaeng waktu itu". Pekik Haechan begitu mengingat siapa gadis di hadapannya.

---

Haechan menatap lekat gadis di hadapannya, mereka masih berada di toko kue, duduk berhadapan dengan dua slice carrot cake dan minuman dingin di atas meja.

"Cepat habiskan aku harus pulang". Ketus Haechan.

Tadi awalnya Haechan ingin langsung pergi setelah mengenali gadis sesaeng di hadapannya. Namun ia ingat jika dirinya lah yang membuat gadis itu harus meringis berulang kali karena luka di lututnya membuat Haechan memilih tinggal hingga jemputan gadis itu datang.

Beberapa saat kemudian, dering ponsel Jaemin terdengar mengalun lembut dari dalam tas nya. Si cantik mengambil benda persegi panjang itu, melihat nama sang supir di caller id.

"Terimakasih makanannya, aku sudah di jemput". Ucap Jaemin sembari menyimpan kembali ponselnya kedalam tas.

Gadis cantik itu berdiri perlahan karena lututnya yang terasa kaku dan perih. Baru selangkah berjalan tiba-tiba tubuhnya melayang dan berakhir dalam gendongan pemuda yang entah sejak kapan sudah berdiri dan menghampirinya.

"Kau, turunkan aku. Bahaya jika paparazi melihat kita". Pekik Jaemin namun tak di gubris sama sekali oleh Haechan.

"Mana jemputan mu?".

Jaemin celingukan hingga netranya menangkap sang supir yang berdiri tak jauh dari mereka.

"Disana".

Haechan kembali melangkahkan kakinya, mendekati arah yang di tunjuk gadis sesaeng di gendongannya.

Seorang pria bertubuh sedikit kekar nampak berlari kecil ke arah mereka.

"Astaga nona, apa yang terjadi?". Tanyanya.

"Kecelakaan kecil paman, bisa tolong buka pintu mobil?".

Pria paruh baya yang di panggil paman tadi mengangguk, bergegas membukakan pintu mobil agar sang nona bisa masuk dengan cepat.

"Terimakasih".

"Sama-sama, aku harus segera pergi sebelum seseorang mengenaliku".

Setelah itu Haechan berlari begitu saja tanpa bisa Jaemin cegah.

---

"Yak kau kemana saja?". Pertanyaan itu datang dari Mark yang baru saja melihat Haechan masuk kedalam dorm mereka.

"Membeli kopi dan sedikit kecelakaan". Jawab pemuda gemini itu sembari mendudukkan dirinya disebelah Mark yang sedang menonton televisi.

"Hyung, kau ingat sesaeng waktu itu?".

Mark menaikkan sebelah alisnya nampak berfikir sebelum menjawab.

"Yang mengaku sebagai Jaemin?".

Haechan mengangguk.

"Aku bertemu dengannya tadi, lebih tepatnya aku menabraknya hingga terluka".

"Kau?, Bagaimana bisa?". Pekik Mark.

"Panjang ceritanya, yang penting adalah menurut ku dia baik, kau tau bukan seperti sesaeng".

Lagi-lagi Mark mengangkat sebelah alisnya.

"Mungkin dia begitu karena kau bukan targetnya".

"Begitukah?".

"Maybe".

Kemudian hening, kedua pemuda itu sama-sama terdiam, Mark kembali menonton siaran reality show sedangkan Haechan nampak tenggelam dalam pikirannya sendiri.

"Hyung bagaimana kabar Jaemin?". Tanya Haechan tiba-tiba.

Mark menghela nafas, menegak es americano nya hingga tandas.

"Belum tau, baik manager bahkan agensi belum ada yang bisa menemukan Jaemin. Orang tuanya sangat pintar menyembunyikan keberadaan Jaemin. Mereka hanya mengatakan Jaemin sedang dalam perawatan setelah itu tak ada kabar lagi".

Kali ini giliran Haechan yang menghela nafas.

"Aku merindukannya".

---

TBC

Vote and comment juseyoong..

Sowry jadi lama update nya huhuhu loph u all 💞💞

I'M JAEMIN! [NOMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang