Jika kau bertanya pada Xelyn keputusan apa yang paling ia sesali sepanjang hidup nya, maka dengan tanpa keraguan sedikit pun, Xelyn akan menjawab; “Menjadi sahabat Aldrin.”
Sejak pertama kali mereka bertemu, saling memandang, Xelyn segera menyadari bahwa Aldrin adalah anak yang… Sedikit aneh.
Dengan kedua orang tua mereka yang berhubungan dekat, mau tak mau Xelyn dan Aldrin harus mengakrabkan diri. Setidaknya sebagai teman masa kecil.
Aldrin adalah anak yang sangat pendiam. ‘Mungkin dia intropart? Intro—apapun itu. Intinya, canggung secara sosial.’ Pikir Xelyn kala itu.
Sebagai anak kecil berusia 6 tahun, Xelyn tak tersinggung sama sekali terhadap kurang nya respon dari Aldrin, tetap gigih mengajak nya bermain selayaknya anak kecil biasa. Toh, lebih baik bermain daripada saling memunggungi dalam keheningan yang canggung. Mereka akan terus bertemu untuk kedepan nya, mau tak mau harus akrab akan keberadaan satu sama lain.
Bahkan ketika tahun berlalu, persahabatan mereka terus terjalin. Seperti yang sudah-sudah, kedua nya kembali menghadiri sekolah yang sama, kini di SMA Asthore, salah satu SMA favorit di kota yang mereka tinggali.
Hanya saja… Mungkin kali ini ada yang sedikit berbeda?
Xelyn terbiasa melihat Aldrin di kejar oleh para siswi—mau seangkatan ataupun kakak kelas—dengan senyum menggoda yang terukir indah di wajah cantik mereka. Atau senyum kikuk dan gugup yang terlihat jelas di wajah menggemaskan mereka.
Namun, bagaimana bila sebaliknya? Bila Aldrin lah yang mengejar?
“Kamu suka ya sama kak Keith?” Tanpa aba-aba, Xelyn menyemburkan pertanyaan itu tepat di depan wajah Aldrin, dengan kedua mata yang menatap fokus pada laki-laki rupawan di hadapan nya, menuntut jawaban.
Kedua nya sedang duduk berhadapan di salah satu meja yang tersedia di kantin. Xelyn dengan spaghetti nya, Aldrin dengan steak tenderloin nya.
“Iya.”
“Wah, tanpa ragu sedikitpun, ya?” Decak Xelyn, kagum.
Aldrin mengangkat sebelah alis nya, tampak sedikit tersinggung, “Memang kenapa?”
Xelyn tertawa kecil, “Ini pertama kali nya kau tertarik pada seseorang.” Dengus nya sembari mengaduk-aduk spaghetti nya, “I mean, siapa sih yang nggak tertarik sama kak Keith?” Xelyn sama sekali tak menyadari bahwa tatapan Aldrin menggelap kala mendengar itu, ia terlalu sibuk memainkan spaghetti nya, dengan polos melanjutkan, “Tapi untuk orang seperti dirimu? Patut sekali untuk di pertanyakan.”
“…”
Bukan hal baru. Malah aneh bila Aldrin bersikap responsif. Itu lah mengapa Xelyn kembali melempar pertanyaan tanpa ragu sedikitpun, “Kamu beneran suka sama kak Keith?”
Aldrin tak langsung menjawab seperti sebelum nya. Xelyn dibiarkan menunggu, dengan suara bising kerumunan murid di sekitar mereka yang berhasil mengisi keheningan.
Tepat ketika Xelyn akan berdiri, memutuskan untuk membuang spaghetti nya ke tempat sampah dan segera kembali ke kelas—sungguh, dia baru ingat bahwa jam pelajaran selanjutnya adalah kimia. Dan sial, dia bahkan belum menyelesaikan tugas catatan nya. Terkutuklah sifat pemalas nya ini—Aldrin tiba-tiba saja menyodorkan garpu ke arah nya, lengkap dengan sepotong steak tenderloin di sana.
“Apa? Kau suruh aku memakan ini?” Tanpa menunggu jawaban, Xelyn segera melahapnya. Mengundang tatapan menghina dari Aldrin.
“Wah, tanpa ragu sedikitpun, ya?” Cibir nya, mengulang kalimat Xelyn beberapa menit yang lalu sebagai ejekan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Barudak Komplek Egleanor
أدب الهواةEntah sejak kapan, putra semata wayang dari keluarga Alastair, Keith Atreo Alastair, telah menjadi objek obsesi dari para pemuda di perumahan elit Egleanor. Ya, ini hanya lah kisah kasih Keith selama menjadi cokiber. *** Warn! Major spoiler characte...