09. Final

440 40 8
                                    

_______♧_______

I don't own One piece

One piece by Eiichiro Oda
Story by drandaminnn

Pairing : Roronoa Zoro/Monkey D. Luffy

Warning!
Bahasa baku! Non-baku! Typo(s)! Ooc (s)! Blood! Hurt himself! Depression! Dll...

________♧_______

Happy reading~

Ini sudah hari ketiga dan Zoro berhasil mencapai final.

Sial atau tidaknya, semua pertengkaran mereka sangat mempengaruhinya. Hampir di saat pertandingan ia kehilangan konsentrasi dan hampir kalah jika tidak sadar secepat yang ia bisa.

Luffy sangat mempengaruhinya.

Ia baru mengenal pria itu tidak lebih 3 bulan, bukan waktu yang cukup lama untuk bisa membangun ikatan begitu erat hingga ia terpengaruhi.

Masih menjadi orang asing untuknya dan seharusnya memang begitu.

Zoro tidak mengerti apa yang salah. Apa yang membuatnya sangat tidak biasa hingga membuat Zoro sangat terpengaruh seperti ini, untuk membuatnya membagi konsentrasi yang biasanya ia pakai penuh dalam pertandingan ini.

Ia tidak mungkin jatuh cinta begitu cepat, tidak dalam waktu 3 bulan.

Itu terlalu cepat, seharusnya tidak secepat itu bukan untuk jatuh cinta dan mencintai seseorang?

3 bulan seharusnya tidak cukup.

Seharusnya tidak.

Kaca ia pecahkan dengan tinju, pecahan jatuh dan membuat luka pada lengan kiri miliknya. Darah mengalir dari sana, seharusnya itu cukup membuat ia teralihkan.

Seharusnya rasa sakit mengalihkan semua pikirannya tentang Luffy juga tentang perasaannya yang tak tentu arah. Bukannya menambah luka.

°°°°°

Waktu bergerak begitu cepat, hari ini adalah harinya, finalnya. Waktunya ia melawan Mihawk kembali, melawan sang legenda kendo, melawannya untuk yang ke-delapan kali.

Tatapannya memandang sudut apartemen miliknya, menyisiri seluruh area yang memiliki kenangan sebelum menghapusnya penuh agar bisa fokus untuk kali ini.

Karena ini puncaknya, Zoro tidak harus merasa begitu emotional. Yang dia butuhkan adalah latihan sedikit ketika sampai, tekad dan kekuatannya. Hanya tiga itu, tidak lebih, tidak juga kurang.

Ia bawa tas yang berisi seluruh perlengkapannya. Berjalan menuju pintu yang menghadap langsung pada pintu milik orang yang memenuhi seluruh pikirannya akhir-akhir ini.

Sesuatu dalam dirinya menyuruh ia untuk mengetuk pintu atau memencet bel yang ada di samping kanan. Namun ego-nya berkata untuk segera pergi.

Dan Zoro adalah pria dengan ego tinggi, selalu mementingkan ego diatas segalanya. Itu juga yang menjadi kekurangannya.

Jadi ia pergi tanpa suara, menuju tempat yang akan menjadi Medan tempurnya nanti.

°°°°°

Sorak-sorai ramai bukanlah hal yang asing bagi Zoro, ini bukan pertama kalinya ia berdiri di podium berbentuk persegi di kelilingi ribuan orang untuk melihat apakah pertandingan kali ini akan sama atau berbeda.

Stranger | ZoluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang