prolog

18 3 0
                                    

●●●

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

●●●

2017, SMA Bina Mandiri.

Jehan membuka mata dengan helaan nafas yang keluar dari bibirnya. Cuaca siang ini terasa hangat dengan semilir angin yang membuat udara terasa sejuk, sangat cocok untuk memejamkan mata barang sebentar. Namun tidak seperti yang ia harapkan, mendadak suara tangis mengganggu rungu telinganya.

Ia dudukkan tubuhnya lalu mencari sumber suara dengan mata yang sulit untuk terbuka. Jehan memfokuskan pandangannya ke sebelah kiri tepat dibawah pohon akasia terdapat seorang gadis yang tengah memeluk kedua lututnya bermaksud untuk menyembunyikan tangisannya disana.

Dengan jarak yang tak sampai dua meter, Jehan tentu saja bisa mendengarnya. Niatnya bolos kelas untuk tidur siang di belakang perpustakaan nyatanya malah terganggu dengan suara tangisan yang Jehan tak tahu siapa pemiliknya.

"Tangisan lo ganggu." tegur Jehan namun tak di gubris oleh gadis itu, malah semakin mengencangkan tangisannya membuat Jehan berdecak kesal.

"Lo budek? Kalo mau nangis jangan disini, pergi sana."

Katakanlah Jehan jahat karena telah mengusir seorang gadis namun mata Jehan saat ini sungguh berat, ia butuh tidur dengan tenang.

"Bubu ... mati ..." rengek gadis itu sembari mengangkat wajahnya yang sudah basah oleh air mata.

Seakan waktu berhenti berputar, keduanya saling bersitatap. Angin berhembus pelan seakan ingin menambah kesan romantis pada momen ini.

Tersadar, Jehan mengernyitkan kening sebagai jawaban, tak mengerti apa yang dikatakan oleh gadis itu. Sekilas Jehan merasa asing dengan wajah sembabnya merasa tak pernah bertemu sebelumnya.

"Bukan urusan gue. Yang harus lo tau, tangisan lo ganggu waktu tidur gue."

"Tadi pagi sebelum berangkat Bubu masih sehat, masih gigit tangan gue ... tapi tiba tiba orang rumah nelpon ngasih tau kalo ... Bubu ... udah nggak ada." Gadis itu malah bercerita dengan suara tersendat sendat tak peduli apakah Jehan akan mendengarnya atau tidak.

Yang Jehan pikirkan saat ini, Bubu itu siapa?

"Lo beneran budek? Gue--"

"Gue lagi nangis ... harusnya lo nenangin bukannya marahin ..."

Apa katanya? Menenangkan gadis itu? Yang benar saja. Jehan saja tak mengenalinya.

"Terserah." balas Jehan tak peduli kembali mengambil posisi untuk tidur dengan tangisan gadis itu sebagai lagu pengantar tidurnya. Satu satunya yang Jehan ingat sebelum tidur adalah rambut hail ponytail yang menarik perhatiannya.

Siang itu di belakang perpustakaan menjadi awal dari pertemuan Jehan dengan gadis yang seminggu kemudian ia ketahui bernama, Galena Rasi.

●●●

Visual

1. Jehano Mahardika

 Jehano Mahardika

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


2. Galena Rasi

 Galena Rasi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

●●●

halo🖐 selamat datang di ceritakuuu. ini bukan cerita pertama yg aku publish tapi (semogaa) ini cerita pertamaku yg akan aku tulis sampai tamat!!! (aamiinnnn)
soal pemerannya udah aku kasih di atas yaa, tapi semua balik lagi ke imajinasi kalian hehee..

hope you like it!!💗
lia.

JEHANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang