tiga

5 1 0
                                    

happy reading!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

happy reading!!!

●●●

"Mau makan apa?" tanya Jehan setelah Rasi melepaskan pelukannya. Kini keduanya sedang berada di parkiran, niat Rasi setelah kejadian tadi ingin langsung pulang namun Jehan menahannya. Satu kata dari Jehan membuat tangis yang ia tahan akhirnya keluar, melupakan jika dirinya baru saja melanggar hukuman yang dibuatnya.

Kata 'nggak papa' yang dilontarkan Jehan nyatanya mampu membuatnya merasa sesak, kejadian tadi seakan menyedot seluruh tenaga dalam dirinya. Rasi tipe orang yang introvert, jarang berkata kasar apalagi sampai berbuat kekerasan namun sikap Vinda tadi benar benar sudah keterlaluan.

"Pulang." jawabnya singkat dengan suara sedikit serak akibat menangis tadi.

"Makan dulu, ya? Mie gacoan mau?" Jehan mengelap sisa air mata di wajah Rasi dengan jempolnya. Wajah sembab gadis itu sedikit membuatnya marah terlebih tahu siapa pelaku dibaliknya.

"Pulang, Je.." Rasi tetap bersikukuh ingin pulang. Merebahkan diri di kasur lalu tidur adalah hal yang Rasi inginkan saat ini.

"Rasi.."

"Aku capek mau pulang. Kalo kamu nggak mau antar, aku bisa pulang sendiri." tegasnya tak ingin dibantah.

"Aku antar." putus Jehan menahan Rasi yang akan menaiki motornya.

Setelah memasangkan helm di kepala Rasi, Jehan memegang kedua pipi gadis itu lalu menatapnya lembut.

"Jangan nangis lagi, lain kali aku nggak bisa nahan diri untuk nggak bales itu cewek."

Rasi mengangguk pelan, "iya, nggak nangis."

Setelahnya, motor Rasi melaju meninggalkan parkiran kampus. Ikut membelah jalanan yang untungnya tidak terlalu macet. Jehan sengaja tidak mengenakan helm karena malas jika harus mengambil dulu di parkiran fakultasnya.

Sepanjang perjalanan keduanya hanya diam. Biasanya Rasi yang akan berceloteh ini itu namun tenaga gadis itu sudah habis. Sesekali Jehan melirik dari kaca spion memastikan jika Rasi tidak mengeluarkan air matanya lagi. Tangan kirinya menyentuh tangan Rasi yang melingkar di perutnya lalu mengelus pelan mencoba memberi gadis itu kenyamanan. Satu hal yang Jehan benci, air mata Rasi. Disaat Jehan sudah mati matian membuat kekasihnya bahagia namun dengan seenaknya orang lain menyakiti gadisnya. Untuk kali ini saja Jehan menahan diri namun tidak untuk kedepannya. Siapapun yang membuat Rasi menangis, dirinya tak segan segan untuk menghajarnya.

Jehan memberhentikan motornya setelah sampai di rumah minimalis berwarna abu abu. Memarkirkan motor di garasi lalu ikut masuk ke dalam. Rasi langsung menaiki tangga tanpa bicara untuk berganti baju membiarkan Jehan yang kini mendudukkan diri di sofa.

Suara langkah kaki tak membuat Jehan berpaling dari layar hapenya, jemarinya dengan lancar mengetik pesan yang langsung ia kirim kepada seseorang. Hingga keberadaan Rasi membuatnya menoleh dengan kening mengeryit tak suka kala gadis itu menjaga jarak darinya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 13, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JEHANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang