satu

15 3 0
                                    

happy reading!!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

happy reading!!!

●●●

2021, Bandung.

"Halo, Je?" sapa Rasi seraya menuruni tangga fakultas hukum. Koridor yang ia lalui tak begitu ramai mengingat sekarang sudah pukul empat sore, hanya ada beberapa mahasiswa yang masih berkeliaran di kampus termasuk dirinya. Itupun karena Rasi harus menyelesaikan jurnalnya yang akan di minta besok.

"Udah pulang?" Suara berat menyambutnya di ujung sana.

Rasi mengangguk namun langsung tersadar saat Jehan tak akan bisa melihatnya.

"Udah. Kamu jadi jemput?" tanyanya sembari berdiri di tepi koridor. Dari usai kelas pagi jam 11 siang hingga menjelang sore, Rasi hanya mendekam di perpustakaan kampusnya tanpa ditemani siapa siapa. Jehan hari ini libur dan Rasi tidak tahu kegiatan apa yang dilakukan kekasihnya itu. Melalui pesan singkat, Jehan akan menjemputnya jika tugasnya sudah selesai.

Tak ada balasan hanya terdengar suara orang tertawa yang Rasi tak tahu siapa pemiliknya. Jika dirinya menebak mungkin ada sekitar dua tiga orang di sebrang sana.

"Je? Kamu lagi ngumpul? Aku naik gojek aja ya.." sambungnya lagi sembari membenarkan rambutnya yang berantakan tersapu angin.

"Nggak, tunggu aku. 10 menit aku sampe sana, tetap di dalam jangan di luar biar aku yang nyamperin kamu." putus laki laki itu memunculkan secercah senyum tipis dari bibir Rasi.

"Hati hati."  Setelah sambungan terputus Rasi mendudukkan diri di undakan koridor. Kali ini dirinya membiarkan angin memberantaki rambutnya, di hadapannya beberapa helai daun terbang di udara membuat Rasi menatap takjub. Sangat indah. Pikirnya.

Satu hal yang ia tahu tentang Jehan, laki laki itu akan menepati janjinya. Jika Jehan sudah mengatakan akan sampai dalam waktu 10 menit maka itu benar adanya.

Jehan ikut duduk di sebelah Rasi memandangi wajah gadis itu dengan lamat. Bahkan sinar matahari sore kala itu menerpa wajah kekasihnya membuat Jehan berani bertaruh jika itu adalah pemandangan tercantik yang pernah ia lihat.

"Mau pulang sekarang?" tanya Jehan mengambil sehelai daun dari rambut Rasi.

"Bentar, Je. Anginnya adem banget bikin aku rileks. Daunnya juga beterbangan, cantik banget kan?" jawab Rasi tak menatap Jehan, seolah pemandangan di hadapannya lebih menarik di matanya.

"Cantikkan kamu."

Dua kata itu mampu membius Rasi membuatnya diam tak berkutik. Bahkan untuk menolehkan kepalanya saja ia tak bisa. Harusnya ia terbiasa dengan sifat Jehan yang to the point ketika berbicara namun dirinya tak bisa. Pipi yang memerah akan merespon dan itu sungguh membuatnya malu.

"Kamu lagi ngumpul?" tanya Rasi mengalihkan perhatian Jehan. Itu lebih baik ketimbang Jehan terus menggodanya.

"Iya."

JEHANOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang