bangsawan berpayung hitam

1 0 0
                                    

Hai....aku ingin sedikit bercerita, tentang sebuah pertemuan yang menyisakan rasa rindu yang berkepanjangan.

Pertemuan yang tidak disengaja tapi menyisakan rindu dihati, rindu yang teramat dalam hingga aku mengenang hari itu. hari sebelum aku menjadi seorang nyonya secara paksa. Yaaa..... Secara paksa, nama ku Roseline Yorkshire, ahh... Aku lupa sekarang aku Roseline Fanless. Yaa sekarang aku menjadi seorang nyonya dari kediaman Fanless

Dulu saat aku mengetahui bahwa aku di jodohkan secara paksa oleh orang tua ku dengan alasan terlilit hutang aku tidak tahu bereaksi seperti apa, aku marah, aku juga sedih dan malu. Aku malu karena menjadi bahan jaminan dari seluruh hutang keluarga ku, aku malu di karena dianggap seperti barang yang siap di serahkan kapan pun seakan akan aku adalah boneka cantik yang tidak akan melawan

Hari itu aku putus asa aku berniat ke tempat biasa aku menghibur diri saat aku benar benar kehilangan harapan untuk hidup

Aku berlari menuju Padang rumput luas yang jarang di datangi orang, yaaa setidaknya tidak ada bangsawan yang akan mengenaliku

Setibanya aku di pandang rumput itu, hujan mengguyur kota dengan sangat deras, seolah tidak mengizinkan manusia manusia serakah menjalankan aktivitas mereka

Aku menengadahkan kepalaku, ku tutup mata ku. Ku utarakan segala keluh kesah ku melalui hembusan nafasku, dan dengan lancangnya air mata ku ikut mengutarakan kekesalan ku pada sang pencipta

Yaa setidaknya tuan Fanless tidak dikaruniai keturunan hingga diusianya yang sudah senja mengingat hal itu aku tersenyum tapi lagi lagi mataku menangis dan air mata ku melebur dengan hujan. Ya lagi lagi aku menangisi hidup ku. Kenapa aku ? Kenapa harus aku ?

Saat aku membuka mata ku, aku terkejut. Sebuah wajah tampan yang terlihat sangat rupawan berada tepat di depanku. Ah..... pasti aku terlihat menydihkan, aku berusaha tersenyum karena sepertinya dia berfikir aku gadis yang aneh

Aku terpaku pada matanya yang seolah menghadirkan kehangatan "mengapa kau bisa kehujan?" Tanya nya sembari memberikan payung hitamnya padaku. Ah.. aku harus bagaimana, sepertinya dia seorang bangsawan jika dilihat dari caranya berbicara " ah.....maaf saya hanya sedang bermain" ucap ku sembari mendorong tangan nya tanpa ada niat memperpanjang perbincangan ini

“ kenapa anda menangis di tengah hujan?” tanyanya lagi setelah beberapa saat terdiam. Seketika aku memalingkan wajahku, tanpa ku izinkan air mata ku lagi lagi lancang dan keluar begitu saja, aku tidak tahu harus menjawab apa jadi aku hanya berjalan menjauhi pria aneh yang suka ikut campur itu

Tapi bukanya pergi bangsawan aneh itu malah mengikutiku. Bangsawan aneh? Bukankah keterlaluan mengatai orang lain bangsawan aneh sedang aku sendiri juga bangsawan yang tidak jelas. Saat aku melirik kearahnya dia menatap ku dengan tatapan yang tidak dapat aku artikan, mungkin dia berfikir aku adalah gadis teraneh yang dia temui

“ tuan....kenapa anda menatap ku dengan raut wajah seperti itu? “ aku bertanya padanya untuk mengalihkan atensinya dari ku, “ hahhh meneduhlah!, air matamu saja sudah cukup membuatmu terlihat pilu, mengapa kau masih membasahi seluruh tubuhmu dengan hujan yang dingin ini?” namun jawaban nya sungguh membuat hati ku sakit, ah rupanya aku terlihat memilukan baginya, tapi aku bisa apa aku juga tidak bisa menahan rasa sakit didadaku “ tuan...apa anda mau jalan jalan kesana?” aku mengajaknya ke bangunan kincir angin yang sudah tidak dipakai, disana tempat biasa aku menumpahkan segala keluh kesah ku dan ini pertama kalinya aku mengajak orang lain

Ternyata air mataku benar benar lancang, sudah di Katai memilukan masih saja menetes dihadapannya, karena sepertinya dia tidak menjawab Lalu aku berjalan mendahuluinya dan berkata “ apakah anda tau?, Saya sering merasa bahwa dunia ini tidak adil tapi saya juga sering merasa bahwa dunia ini adil. Kehidupan itu bagaikan air terus mengalir dan mengikuti arus” ucapku sembari menatap nanar kearah langit, aku tidak peduli lagi apa yang difikirkanya “arus yang kuat akan menenggelamkan mereka yang lemah dan mereka yang tenggelam harus naik lagi ke atas walau mereka tau itu akan sia sia dan mereka akan tenggelam lagi” aku menyelesaikan kalimatku “ maksudmu?” dia bertanya dengan wajah yang sangat serius entah mengapa wajahnya sedikit menghibur ku“ hahaha” ah .... Aku kelepasan menertawakan raut penasaranya“ tuan .....maksut saya adalah sekeras apapun Manusia, mereka juga memiliki hati, mereka juga ingin menangis, sekuat apapun wajah yang mereka gunakan untuk menunjukan pada dunia bahwa mereka bahagia, tapi pada dasarnya mereka hanyalah orang yang di paksa mengikuti arus” ku jelaskan maksud kata kataku yang entah mengapa hatiku kembali sesak karena nya “ tuan.....saya hanya ingin mengalir tanpa merasakan sakit seperti air hujan ini” kataku sembari melihat air hujan berjatuhan di dua tangan ku

Kemudian pria itu dipanggil oleh bawahannya untuk melanjutkan perjalanannya. Ku berikan gelangku sebagai tanda terima kasih karena menemaniku di saat yang terburuk dalam hidup ku dan rupanya dia memberikan payung hitamnya dan berkata“ jangan bermain dengan hujan, Karna jika deras, arusnya bisa menghanyutkan mu juga” dan tanpa menunggu jawabanku dia berlari menuju mobilnya dan aku tidak pernah lagi melihatnya

Beberapa tahun setelah itu aku datang ketempat pameran seni mewakili nama Fanless. Ya .....aku datang sebagai nyonya Fanless setelah suamiku meninggal beberapa bulan yang lalu keluarga Fanless menyuruhku untuk tidak larut dalam kesedihan dan jalan jalan guna memenangkan hati, tapi.......siapa yang sedih ?, Mereka menikahkan ku secara paksa bahkan suamiku tidak pernah menyentuhku jadi aku masih bisa disebut sebagai nona. hanya saja melihat umur pernikahan ku yang hampir 3 tahun rasanya tidak mungkin ada yang berani memanggilku nona

Saat aku masuk ke galeri seni itu betapa terkejutnya aku saat melihat lukisan utama yang di pajang disana " itu ....aku..? " Ucap ku sembari menyentuh pelan ujung lukisan itu, tepat di tempat tanda tangan sang pelukis yang tertera sebuah nama tanpa marga "Albert" saat ku sebut nama itu seketika menjawab" ya nyonya Roseline" aku mendengar suara seseorang yang menjawab suara ku, mungkin dia tau dari kartu nama yang ku berikan

Tapi suara itu,  Suara yang teramat sangat ku rindukan. Aku berbalik dan benar ..... Dia pria aneh yang memberikan ku payung hitam di Padang rumput beberapa tahun silam. Dan sama seperti sebelumnya air mataku menetes namun kali ini aku mengizinkannya. Kulihat dengan seksama wajah rupawan yang begitu sering menemuiku di alam mimpi, wajah yang begitu lancang masuk kedalam hati dan fikiran ku

Dia perlahan mendekat sembari membuka tangannya seolah menyambut ku, aku pun berhambur kedalam pelukannya. Kurasakan dia dengan rakus menghirup aromaku, aku memeluknya erat seakan tidak ada hari esok dan tidak waktu lagi

Ku raih kedua pipinya kulihat wajah rupawan itu dan ku katakan " aku merindukanmu tuan Albert " tanpa dijawabnya ia kembali memeluk ku seakan akan ia juga merasakan hal yang sama ............

Cerita ini hanya fiktif belaka apabila ada kesamaan waktu, tempat, nama, dan yang lainnya itu hanya kebetulan dan bila ada pihak yang tersinggung berati anda harus lebih menyadari sikap anda pada sekeliling

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 30, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

22 KesedihanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang