3| 1899 RING'S

15 6 2
                                    

Publish 30 mei 2023
Work from Asrama Scifer Blackpandora_Club
Prompt from:
Tahun 1800-an.

|1899 RING'S|

Aku tahu benda kecil berkilau dalam penutup kaca tebal transparan itu adalah kutukan.

Cincin emas harta turun-temurun.

Aku masih teringat tuturan nenek musim panas tahun lalu. Waktu dimana ia masih sehat bugar menyapu perkarangan mansion. Kurang lebih isinya adalah informasi bahwa kami, atau tepatnya diriku mengalir sebuah darah bangsawan. Bukan dari darahnya, tetapi suaminya, kakekku dulunya keturunan salah satu bangsawan berpengaruh di Prancis sebelum revolusi meledak dan baru usai tahun 1799.

Kakek dan keluarganya berhasil kabur dan mengungsi di beberapa negara tetangga secara terpisah. Saat itu beberapa negara monarki mulai menguatkan hukum dan teritori agar paham republik tidak mencemari ideologi masyarakat.

Setidaknya mereka berniat untuk kembali ke tanah air tercinta begitu Napoleon Bonaparte dan pasukannya kalah telak, namun berkat kakek yang bersikeras untuk bermigrasi lagi ke negara lain, kami tidak berakhir dipenggal setelah diincar bertahun-tahun dan kediaman kami di Austria ditemukan.

"Jadi, apa hubungannya dengan cincin itu?" Tanyaku saat itu sembari duduk disebelah ranjang rumah sakit bilik nenek.

"Tunggu, dengarkan aku, dan jangan terburu-buru," Katanya. Jadi aku terus mendengarkan.

Katanya kami sudah berpindah- pindah dari Belanda, Jerman, Yunani, spanyol hingga memutuskan singgah di Rusia. Beruntung keluargaku memiliki banyak bisnis yang masih berjalan meski perang antarnegara di eropa semakin memanas, jadi kami hidup lumayan berkecukupan.

"Cincin itu dengan aneh akan selalu kembali ke pemiliknya, keluarga kita, darah keturunan kakekmu. Tentu dengan meninggalkan majikan sebelumnya tanpa sisa." Ujar nenekku sedikit terbata-bata. Meski umurnya sudah melebihi satu abad, ia masih fasih berbicara dan ingatannya sangat kuat. Tangannya bergerak menunjukki kotak kaca berisi cincin emas di rak lemari samping pintu.

"Tanpa sisa?" Tanyaku tak mengerti. Bangkit dari kursi mendekati cincin itu dengan perlahan. Mencoba menatap dengan seksama. Dahiku berkerut. "Tapi, Papa 'kan sudah menandatangi kontrak untuk menjual cincin ini ke pelelangan besok?"

Nenek agak terperangah saat itu, ekspresinya berubah drastis. "Ibumu tidak tahu?"

"Mama pergi berlibur ke Roma sejak bercerai dengan Papa sebulan lalu, Nek."

Setelah agak lama hening, mungkin karena keterkejutan nenek, ia akhirnya mulai bercerita lagi.

Singkatnya cincin itu pernah dimiliki Ratu Marie Antoinette sebelum mati dipenggal saat Revolusi Prancis. Dengan anehnya, cincin itu terkirim secara anonim ke keluarga kami. Hanya ada surat pesan mengatakan bahwa wasiat ratu adalah untuk mengembalikan ke pemiliknya. Kemudian keluarga kami menjualnya ke pelelangan dan secara ajaib dibeli oleh Napoleon Bonaparte. Lagi dan lagi, cincin itu kembali terkirim pada keluarga kami setelah sosok pemimpin pertama republik Prancis itu wafat. Akhirnya keluarga kami memutuskan memberikan kepada seorang pria berpengaruh di Inggriss sebagai hadiah perayaan ulang tahun anak perempuannya. Namun dalam beberapa bulan ada kasus yang menggemparkan bahwa keluarga itu dinyatakan hilang.

Untuk waktu yang lama cincin itu tidak kembali.

Dengan penuh kecurigaan nenekku menyewa detektif untuk melacak keberadaan cincin itu.

Pada 15 Desember 1890 seorang pemimpin legendaris Teton Lakota, meninggal pada usia 59 tahun di South Dakota. Dia terbunuh saat ditangkap dalam tindakan keras pemerintah federal terhadap gerakan tarian hantu.

Setahun kemudian, 14 Februari 1891, William Tecumseh Sherman, jenderal Perang Saudara, meninggal di New York City pada usia 71 tahun. Kemudian di tahun yang sama, 7 April 1891; Pemain sandiwara Amerika Phineas T. Barnum meninggal di Bridgeport, Connecticut pada usia 80 tahun.

Setahun kemudian ditemukan pada 4 Agustus 1892; Andrew Borden dan istrinya dibunuh di Fall River, Massachusetts dan putrinya LizzieBorden dituduh melakukan kejahatan yang mengerikan.

Cincin itu kembali kepada kakekku. Keluarga kami menyimpannya untuk beberapa waktu sebelum menjualnya di tahun 1895, dan tepat pada tanggal 20 Februari 1895, Penulis abolisionis Frederick Douglass meninggal di Washington, DC pada usia 77 tahun.


Terakhir adalah pada tahun ini, tepatnya 18 Juli 1899, Penulis Horatio Alger meninggal di Massachusetts pada usia 67 tahun.


"Ya, barangnya di kotak kaca itu. Hati-hati membawanya."

Aku terkesiap oleh suara berat yang membuyarkan lamunan. Disana di muka pintu, Papaku sedang berdiri dengan beberapa pria berpakaian militer.

"Papa akan melelangkan cincin ini?" Tanyaku yang masih berdiri setengah meter dari panjangan kotak kaca berisi cincin emas itu.

"Oh, tidak sayang, ini lebih penting dan menjanjikan daripada itu. Seseorang ingin membelinya, benar-benar dari keluarga yang sangat berpengaruh."

"Siapa?" Aku mulai memeluki diri sendiri dengan bulu kuduk yang agak meremang. Sebentar melirik pada kalender yang terpajang di atas meja kerja Papa.

31 Desember 1899.

Esok pagi adalah abad baru. Masa baru.

"Kaisar Nicolas Tsar II dari Rusia."

Air wajahku segera pucat pasi. Kata-kata seakan mati membeku dalam lidah yang kelu. Kemudian Kotak kaca itu diangkat keluar ruangan oleh sekelompok orang militer.

"Tapi Nek, kenapa tidak kita simpan saja cincinnya supaya tidak menyakiti siapapun?"

Aku ingat pernah bertanya pertanyaan itu sebelum nenekku dinyatakan meninggal pada hari yang sama.

"Karena jika kamu menyimpannya, kebahagiaan hidupmu yang akan direbut."

INSIDE [PROMPT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang