--
Prompt Oktober 2023
Aku senang dia tidak banyak bertanya. Tapi dilain sisi juga merasa kecewa karena ia tak penasaran apapun soalku. Ditambah lagi, hanya aku yang sering mengeluarkan suara selama di perjalanan.Sejauh ini aku tahu namanya Ion.
"Terakhir kali aku terbangun di puncak menara kastil sendirian. Lalu entah kebetulan atau bagaimana kau menemukanku yang melarikan diri."
Sebenarnya aku sudah dehidrasi, tapi membiarkan hanya kesenyapan malam yang terisi langkah kaki kuda membuatku merinding setengah mati. Aku menenangkan diri dengan berbicara pada Ion-meski rasanya seperti aku berbicara sendiri.
Beruntung Ion menemukanku, kalau tidak...
"Aku bisa mati membeku ketakutan disini."
Kami mulai kelelahan setelah memacu kuda membelah hutan belantara yang sangat rimbun. Lampion ku sudah berkedip kehabisan minyak tanah. Bokongku mulai pegal tiada kira. Ion sepertinya peka karena dia sempat menoleh ke belakang dan bersuara.
"Ini hutan terlarang. Kita belum bisa berhenti disini."
Aku menurut saja.
Beruntung kami sudah menemukan tepiannya dan kini disambut oleh sungai besar. Ada beberapa perahu sekoci lumayan besar yang terparkir dipinggir. Ini semakin membuatku bertanya-tanya. Apakah Ion kemari menjemputku sendirian?
Ion tak lama menarik tali kekang kuda dan berhenti. Ia spontan menuruninya dan mendongak menatapku.
Setelah pertemuan singkat diawal, kini aku bisa melihat wajah Ion sepenuhnya. Untuk beberapa saat aku hanya mematung tak membalas uluran tangannya yang hendak menolongku turun.
"Tidak ada waktu lagi." Katanya membuatku mengerjapkan mata dan mengangguk melompat turun. Ion menangkapku.
Ia segera menuntunku pada salah satu sekoci dan menyuruhku menaikinya lebih dahulu. Dia mengurus beberapa hal seperti menarik jangkar, meminyaki kembali lampionku, mengecek kotak disudut sekoci yang terisi makanan dan pakaian tebal. Barulah kemudian dia duduk dihadapanku siap mendayung perahu.
"Kau tidak membawa kudanya bersama kita?"
"Jika kau mau tidur bersama kuda."
"Mengapa aku bisa disini?"
"Kau dilindungi."
Sejak awal aku hanya melakukan melarikan diri. Tapi tanpa tujuan dan kepastian dari apa.
"Oh, ayolah berhenti berbicara setengah-setengah!"
"Perang besar terjadi. Raja mengirimu ke tempat antah berantah untuk melindungi keturunannya. Sekarang waktunya menghancurkan kutukan."
"Kesimpulan yang benar-benar seperti puzzle."
Ion menghela napas gusar. "Kau hilang selama 10 tahun... semua orang mulai menyerah mencarimu."
"-Tapi tidak denganmu." Aku memotong kalimatnya. "Tapi sayangnya aku hilang ingatan tentang siapa diriku."
Ion tak membalas lagi, ia hanya memfokuskan diri mendayung perahu. Perlahan sinar silver purnama mulai menerangi kami berdua. Awan-awan yang berkabut tampak bergerak menjauh. Langit malam jernih dihiasi gemerlap bintang.
Diantara kami tebing curam yang menjulang bagai raksasa. Sungainya sangat besar dan tenang seakan ada kehidupan misterius jauh dibalik permukaannya. Dari antara itu aku mendongak dan menangkap dua patung seakan penjaga gerbang besar. Patung yang disebelah kiri menghadapku dengan tangan kiri terulur ke depan, begitupun dengan yang disebelah kanan. Perbedannya hanya di mahkota yang mereka pakai.
Dua kerajaan yang berbeda.
Aku menundukkan kepala kembali karena pegal dan langsung bersitatap dengan Ion.
Wajah lelaki itu sempurna. Aku ragu ia adalah seorang manusia. Baik proporsi tubuhnya seperti pahatan patung oleh ahlinya. Ia menggunakan kemeja putih yang dua kancing atasnya terlepas. Lengannya tergulung hingga siku. Menampilkan otot bisepnya yang berurat dan terasah kuat. Kulitnya sawo matang cerah. Rahangnya tegas sedang jakunnya terus bergerak naik turun. Tulang selangka bawah lehernya terus terukir. Keringat mengucur disepanjang pelipisnya. Bulu mata hitam tebalnya sesekali berkedut apabila mendayung dengan sekuat tenaga. Matanya menghipnotisku dengan keelokan warna biru. Hidungnya mancung pas. Bibirnya tipis dan basah. Rambutnya hitam kelam bagai malam.
Aku membuang muka.
Hebat, Ion berhasil membuatku tersipu malu karenanya.
"Putri, jika ingin sesuatu katakan saja."
Sontak aku menoleh pada Ion yang menatapku tanpa ekspresi. Barusan sepertinya ia berbicara.
Aku tidak salah dengar kan?
Tapi aku menggeleng lemah. Aku hanya tak tahu harus mulai darimana. Untuk beberapa saat hanya keheningan membabi buta. Aku mencegah kontak mata dengan Ion sebelum akhirnya menarik napas dan melirik lelaki itu lagi.
Alis Ion naik sebelah, menunggu.
"Aku hanya merasa ini bukan duniaku."
"..."
"Aku merasa seperti berada di dimensi lain-oke kuulang lebih jelasnya, rasanya duniaku itu penuh dengan gedung-gedung tinggi pencakar langit, Cahaya-cahaya lampu yang padat, lingkungan yang bising, manusia yang terus berlalu lalang, dunia yang modern-tapi disini sunyi, alam masih asri, rasanya juga aneh kau memanggilku... putri?" Napasku sedikit terengah-engah setelah menjelaskan hal yang kini ekspresi Ion agak mengerut. Mungkin tidak mengerti. Jadi aku memulai bicara lagi. "Berapa umurmu?"
Pertanyaan yang abstrak dan otodidak. Ion pasti terkejut meskipun wajahnya tanpa ekspresi.
"Tiga puluh."
"Yah, itu bukan umur yang muda lagi." Aku menggeleng-geleng saja merasa lelaki dihadapanku ini seperti paman. "Aku pasti masih belasan-"
"Kau? Dua puluh enam."
Gerakanku terhenti dan mataku melotot sempurna. Tahu-tahu aku bergerak ke pinggir perahu dan menundukkan wajah, melihat tampilan diri diatas pantulan air. "Yang benar saja!"
Tapi Ion tidak bercanda.
"Kau sudah menikah?"
Ion kali ini benar-benar tak habis pikir. Alisnya bertaut.
Aku mendekatkan wajah ke arahnya. "Umur kita seharusnya sudah menikah bukan?" Karena Ion tak merespon aku berdecak, "Semua wanita pasti menginginkanmu!"
"..."
"Kau sangat tampan seperti seorang pangeran."
Ion tak merespon apapun lagi setelahnya karena aku sudah berbalik dan menikmati pemandangan. Sesekali aku bersenandung kecil dan mengetukkan jari di kaca lampion. Kunang-kunang tampak mengelilingi. Telapak tangan kananku menyentuh air dan menyibaknya pelan menciptakan gelombang.
Tempat ini sangat indah, meski masih mendayuh perahu melewati sungai yang tak berujung.
"Ion, kita dimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
INSIDE [PROMPT]
Cerita PendekAku adalah bagian dari kelunya dunia ini. [INI ADALAH PROJECT SEBAGAI ANGGOTA KOMUNITAS SCIFER BPC]