9| The Anon

17 3 1
                                        


27 November 2023

Saat itu rembulan menyorot halus perkarangan belakang rumah. Sisa-sisa kemilaunya menembus sela-sela daun pepohonan. Aku berdiri dibawah pohon kemangi dengan harum semerbak. Memutar perlahan pada belantara yang sunyi. Bau tanah menyeruak. Tak ada mahluk hidup kecuali fakta bahwa hanya aku seorang diri yang mendongak dan berputar melihat malam sekeliling. Itu rumah yang kosong, begitu pikirku. Maksudku rumah dengan jarak tiga ratus meter arah timur dari posisiku berdiri.

Tapi, aku harus melangkah. Entah kemana. Setidaknya berputar seharian penuh di tempat antah berantah ini bukan pertanda hal yang baik. Terutama aku melewati rumah yang sama, yang terus-terusan berada disana. Aku hampir tersungkur saat menyaruk tanah yang sedikit menanjak. Ada sebuah kertas disana, cukup menyandung sebab kertas itu tertempel di papan lapuk.

Lagi-lagi aku menoleh ke antar berantah dan tak menemukan tanda kehidupan apapun. Sedangkan kabut malam mulai menebal, menguat, memenuhi ranah tatapan mata. Tangannku terulur menarik kertas dengan warna pucat itu. Sebuah kalimat tertera dengan garis hitam yang acak-acakan, mungkin tinta pena yang sekarat atau macet barangkali.

Jangan berlari ke barat, jikalau engkau dari timur. Pergi ke Utara atau Selatan. Jika sudah merasa tidak sendirian lagi, jangan diteruskan. Pergi ke arah kebalikannya. Sendirianlah sampai mentari terbit dan tenggelam selama dua malam. Diujung saat kau temukan danau. Bermalamlah dipinggirannya. Seseorang akan datang menjemput.

Segera aku menatap beberapa pohon dan tata letak segi lumutnya. Ini salah dimana aku terus menuju barat dari timur. Aku melirik ke kanan dimana utara berada, pohon tampak diselimuti lingkaran es beku, sedangkan kiri dimana Selatan berada, pohon tampak hijau berbunga seakan sudah masuk menuju musim semi. Mengapa aku tak menyadari perbedaannya sejak awal?

Segera saja aku berlari ke Selatan, dengan penuh histeria dan sedikit tersaruk-saruk, tanpa sekalipun melirik ke belakang, pada rumah kosong yang sudah kulewati lebih dari seratus malam. Ada harapan, pikirku. Harapan seseorang akan menjemput setelah penantian yang panjang.

INSIDE [PROMPT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang