⁰⁴

102 16 3
                                    

Seluruh sikap Hwang Hyunjin sepertinya adalah rekaan, Han Jisung tidak ingin begitu perduli namun hal itu mengganggu pikiran pemuda tupai itu mengenai semua hal yang bersangkutan dengan sang pemuda Hwang tersebut.

Pemuda itu terkadang akan bersikap baik kepadanya seperti seorang penolong yang tuhan ciptakan khusus untuknya lalu tak lama pemuda itu akan mengacuhkannya seolah Han tidak begitu penting di hidupnya.

Semua hal yang terjadi di sekitarnya, bersangkutan dengan Hyunjin mengantarkan banyak spekulasi tak berujung yang membuatnya over thinking. Apakah Hyunjin membencinya sekarang? Atas kesalahan apa yang menjadikan landasan kemarahannya?

Menaruh kuat sebuah pena diatas kertas yang baru setengahnya ia bubuhkan beberapa kata, Han Jisung menyandarkan punggungnya pada kursi di kamarnya. Ia menoleh ke sebuah pintu bercat coklat. Lagi-lagi Hyunjin dan studio kecilnya bersama kuas dan cat.

Dalam dorm tersebut hanya berisis Jisung dan Hyunjin karena Bangchan dan Changbin tengah pergi ke dorm Lee Know.

Percayakah kalian, dorm mereka sekarang telah di pisah dan sialnya kini Han Jisung tak bisa lari menemui Lee Know dengan mudahnya seperti dulu. Sialnya ia malah terjebak dengan Hyunjin.

Melipat tangan didepan dada, Jisung tidak mampu memikirkan hal lain selain mengapa ini semua bisa terjadi kepadanya. Mengenai Hyunjin dan segala sikap membingungkannya. Mengapa??

Berikan Jisung penjelasan mungkin pemuda itu akan mengerti dan tak lagi menerka-nerka, ia tersiksa saat dirinya mencoba untuk mengerti Hyunjin dengan segala asumsinya.

Krieet

Suara derit pintu dari studio kecil Hyunjin mengalihkan perhatian Jisung, si jangkung hanya memandangnya sekilas membuat kontak mata singkat sebelum berjalan menuju toilet.

"See?" Gumam Jisung pelan, dirinya menghela nafas sembari menatap turun kearah kertasnya, kenapa isi fikirannya hanya di isi hal-hal menyakitkan saja?

"Dia benar-benar seperti Volcano, dia menyakitiku namun aku tak bisa berhenti meski itu sangat menyakitkan" Mengerjap pelan, otaknya tiba-tiba saja lancar memikirkan sesuatu yang terlintas di benaknya.

Hyunjin sang Volcano, rasa sakit yang akan terus Jisung cintai. Nampaknya itu pantas untuk dijadikan sebuah lagu dan akan jadi mahakarya selanjutnya.

Jisung dengan cepat meraih penanya lalu mulai menuliskan kata-kata yang terlintas begitu saja di otaknya, menjadikan kalimat itu menjadi sebuah bait yang cocok untuk sosok yang kini baru keluar dari kamar mandi.

Melihat Jisung yang begitu sibuk menulis lirik, Hyunjin terdiam di belakang punggung sang pemuda tupai. Melihat bagaimana terkadang pemuda itu mengetukan ujung pena pada dagunya sendiri dan mengurut pangkal hidung.

Lucu, Hyunjin tak akan pernah menampik jika Jisung memang menggemaskan, untuk ukuran seorang laki-laki berotot Jisung memiliki kepribadian yang manis di belakang panggung meski terkadang tertutup sikap anehnya.

Namun Jisung dan sikap anehnya sedikit tak begitu Hyunjin lihat, mungkin karena Hyunjin tidak begitu memperhatikan pemuda itu atau memang ada yang berubah darinya? Entahlah Hyunjin tidak mengerti.

Berdiri tak bergerak dibelakang Jisung untuk waktu yang terbilang lama membuat Hyunjin betah untuk naik ke kasur yang ada di ruangan, kepemilikannya dan Jisung. Tentu mereka tidur berbeda kasur.

Dibalut selimut, Hyunjin menikmati pemandangan dimana ia bisa melihat terkadang Jisung akan memaki entah karena apa, dia lucu saat tengah fokus membuat lirik dan Hyunjin mengagumi pemandangan yang sering dilihatnya sekarang.

Mereka dekat, sangat dekat namun entah sejak kapan ada dinding yang tercipta diantara keduanya seolah memisahkan mereka yang dulu begitu dekat. Hyunjin tidak yakin namun begitu merasakannya.

Ia mencoba untuk bersikap biasa terhadap Han tapi semua hal yang terjadi kepadanya membuatnya gila. Hyunjin tidak ingin menyakiti Jisung dengan sikapnya apalagi karena tekanan yang diterimanya dari dunia.

Hyunjin tak ingin menyakiti Jisung.

Tapi Jisung sudah lebih dulu sakit olehmu.

***

Yeah, you can hurt me, I don’t care, yeah, you can burn me, baro negeseo
Darananeun jeodeulgwaneun dalli neol gamssajulge

Like a volcano

Hari ini merupakan perilisan stray kids record milik Jisung dan Hyunjin tidak akan pernah melewatkan kesempatan ini untuk melukis di studionya dengan telinga tersumbat headphone yang menyalakan lagu milik Han. Namun pada lirik tersebut Hyunjin menghentikan gerakan kuasnya.

Sorot matanya berubah, seperti hadir sebuah benang yang mengikat jantungnya pada lagu tersebut. Meremasnya menyebabkan sesak yang seolah berkata jika dia orang yang menginspirasi Han untuk menciptakan lagu ini. Sebuah patah hati yang menyakitkan namun Han tak bisa membenci karena terlanjur sedalam itu cinta sang tupai.

Menaruh kuasnya pada meja kecil disampingnya, Hyunjin memandang lukisan setengah jadi itu dengan pandangan sendu. Lee Felix, pemuda cantik itu begitu ia cintai namun Felix tak memandangnya dan terasa bak sebuah karma karena ia menyakiti Han Jisung terlebih dahulu.

Siapa yang perlu disalahkan? Cinta mereka atau Hyunjin yang tak bisa tegas ? Ia tak ingin kehilangan keduanya dan ia yakin rasa bimbangnya bukan adalah hal yang wajar karena apa yang dia pupuk.

"Apa aku menyakiti Han sedalam itu?" Gumam Hyunjin sembari menghembuskan nafas panjang, dia tak berniat meneruskan lukisannya justru pemuda itu sebaliknya memilih untuk bangkit dan berjalan menuju pintu.

Saat ia membuka pintu studionya, Hyunjin menemukan Han tengah bercanda bersama Changbin, keduanya tertawa dan terkadang Bangchan menanggapi sembari memuji lagu milik Han yang baru saja rilis bahkan mengatakan jika Seungmin ingin mengklaim lagu itu dan membelinya.

Ketiganya tertawa dengan ucapan Bangchan, namun sebuah pertanyaan dari Changbin tiba-tiba saja terlontar.

"Siapa yang menyakitimu hingga kau membuat lagu itu?"

Han hanya tertawa dan sempat melirik Hyunjin sekilas, kontak mata itu terjadi hanya sepersekian detik namun terasa seolah dunia berhenti diantara keduanya, namun lagi-lagi Han memutus kontak mata keduanya untuk fokus pada kedua Hyung nya.

Hyunjin hanya diam termangu, tidak mengerti harus apa namun ia cukup mengerti maksud si tupai manis itu.

"Bagaimana Jisung menyanyikannya juga sangat emosional, pasti orang itu membuat banyak luka pada dongsaeng ku ini, berhentilah mencintainya bung" Bangchan duduk di kasur milik Jisung dengan Jisung masih berada diatasnya bersama Changbin.

"Aku tidak perduli" Jisung menjawab dengan senyuman kecil.

"Kenapa?" Kali ini Changbin yang bertanya dengan kebingungan.

"Karena dia Volcano ku" Jisung menjawabnya dengan sebuah senyuman yang membuat Hyunjin terpaku, lagu itu sudah lama berhenti, dia mendengar semuanya.

Semua hal yang membuat hatinya itu terluka, sedalam itu kah ia menyakiti Jisung?

"Hyunjin-ie sedang apa di sana? Kemari lah apa kau sudah mendengar lagu baru milik Maknae dalam dorm kita ini?" Tanya Changbin mengalihkan perhatian Hyunjin.

Ya, dirinya sudah mendengarnya. "Belum Hyung"

"Dengarlah jika begitu, Jisung mengeluarkan seluruh perasaanya dalam lagu barunya" Ujar Bangchan sembari tersenyum.

Hyunjin hanya tersenyum kecil. "Benarkah? Akan aku dengarkan nanti"

Jisung tak meliriknya lagi, tidak berbasa-basi apapun mengenai lagu barunya.

Han Jisung pada akhirnya hanya mendiami  Hwang Hyunjin.

Dan entah mengapa, Hyunjin merasa pantas atas itu semua.

LIMBOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang