⁰⁵

113 15 6
                                    

Han jisung itu ceroboh, Hyunjin bahkan sering kali melihat sikap tidak peduli Jisung akan dirinya sendiri dan menyebabkan pemuda itu harus mendapatkan beberapa lecet karena sikap tak bertanggung jawab nya itu seperti saat ini.

Saat Lee Minho tengah menempelkan plester pada dahi pemuda Han itu karena secara tidak sengaja pemuda itu jatuh membenturkan ujung dahinya dengan pinggiran tajam pintu yang terbuka. Tidak berdarah namun terkelupas dan Hyunjin yakini luka kecil itu bisa menghantarkan rasa perih yang berkala.

Mereka hanya tengah berlatih saat ini, tidak ada hal yang dilakukan member Straykids di waktu kosong selain berlatih untuk tour hebat mereka. Namun Han Jisung dan sikap konyolnya berhasil menghentikan kegiatan berlatih mereka.

"Apakah rasanya sakit?" Tanya Lee Minho dengan pandangan khawatir tercetak jelas dari kerutan di dahinya, memandang penuh afeksi kepada Jisung bahkan dari sisi Hyunjin pun. Pemuda itu dapat melihat jika Lee Minho sangat khawatir akan keadaan pemuda itu.

Berlebihan, padahal member lain tidak se berlebihan Lee Minho. Itulah yang Hyunjin pikirkan saat diam memantau kegiatan mereka.

"Tidak terlalu, aku harus lebih memperhatikan kemana kakiku melangkah" Jisung dan cengiran konyolnya.

Hyunjin mendengus pelan, tidak berniat didengar satupun manusia didalam ruangan. Ia mengalihkan perhatian kepada sang Leader yang terpaku melihat kegiatan dua mahluk adam tersebut. Tidak menegur namun juga nampak tak begitu bersahabat.

"Kau yakin bisa berlatih?" Tanya Felix mengusap puncak kepala Jisung, kembar satu harinya si pemuda pirang hanya mengangguk dengan senyuman menggemaskannya.

"Aku baik-baik saja, ayo kita berlatih lagi" Ujar Jisung sembari berusaha berdiri, tidak sia-sia memang sepertinya luka itu tidak mampu menghentikan Han Jisung dan energi supernya.

Hyunjin hanya memantau, memandang pemuda itu dengan pandangan yang cukup dalam. Tidak pula bertanya mengenai keadaan Han Jisung karena menurut pandangannya sendiri pemuda itu tidak terluka parah.

Tapi apa benar Hyunjin tidak khawatir?

***

Hari itu latihan berlangsung cukup lama, mereka semua telah kembali pada dorm masing-masing namun saat Hyunjin keluar dari kamar mandinya. Ia tak menemukan Han Jisung diantara Bangchan dan Changbin.

Kebingungan, kemana pemuda itu pergi hingga tanpa sadar Hyunjin terlalu sibuk mencari sosok Han Jisung didalam kamar dorm tersebut.

"Han bilang dia ingin menginap di dorm Minho" Bangchan berujar membuka percakapan, memberikan kode pada Changbin yang menaikan alisnya.

Pemuda bertubuh tegap yang tengah terlentang diatas kasur Han Jisung langsung terduduk dengan kebingungan namun melihat kemana lirikan mata Bangchan, Changbin mendengus mengerti.

"Dia jadi sangat menempel dengan Minho-hyung, semenjak Hyunjin Hiatus mereka sering menghabiskan waktu bersama" Balas Changbin, dia menggelengkan kepalanya pelan seolah mengerti arah pembicaraan yang tadinya tak berniat ia tambah api malah meluncur begitu saja.

"Jisung selalu bersama Minho-hyung?"Tanya Hyunjin menatap kearah Changbin yang mengangguk dengan malas.

"Begitulah, mungkin mereka saling menyukai dan berkencan. Aku tidak menyalahkan mengenai penyimpangan seksual mereka karena cinta memang tidak dapat disala-" Belum ucapan Changbin rampung, Hyunjin dengan cepat melangkah melewati kasur tersebut menuju kursi dimana Bangchan duduk.

Hyunjin meraih jaketnya dan pergi menuju pintu keluar, hal itu tentu jadi perhatian si pemuda bertubuh besar pada yang lebih muda.

"YAKK PULANG SEBELUM TENGAH MALAM, DISPATCH MENGINTAIMU SEPERTI CRISTOPHER-AKHH" Changbin yang semula melambai dan berteriak kearah kepergian Hyunjin terjengkang kebawah kasur tatkala sebuah novel terlempar dan menghantam tepat pada dahinya.

Si pemuda hanya mampu meringis dengan posisi yang cukup menyedihkan sedangkan si pelaku nampak tidak perduli dengan kondisinya. "Jaga mulutmu"

"Aisshh Hyung" Changbin memperbaiki posisinya untuk duduk dilantai. Mengusap belakang kepalanya yang terhantam lantai. "Bukankah itu yang ingin kau lihat? Hyunjin yang cemburu pada Jisung jadi kau bisa mengambil perhatian Minho-hyung lagi"

Bangchan tak menjawab, tidak mengerti pula mengapa dia begitu ingin melihat Jisung menjauh dari Minho bahkan tanpa ia harus turun tangan.

"Aku penasaran kenapa Hyunjin sangat Denial, apa karena dia berfikir menjadi seorang Gay adalah kriminal?" Tanya Changbin sembari kembali duduk diatas kasur milik Jisung.

"Dia bahkan terlihat gila untuk berfikir dia mencintai Felix untuk denial soal cintanya pada Jisung" Changbin kembali melanjutkan, lelah melihat drama dimana ia harus melihat Felix yang tidak begitu nyaman mendapatkan ungkapan cinta Hyunjin yang Felix sendiri ketahui adalah palsu.

Entah apa alasan Hyunjin, mungkin hanya Hyunjin yang mengetahuinya entah tuhan pun tahu atu tidak namun Changbin sudah muak melihat drama yang Hyunjin ciptakan.

***

Pintu terbuka tatkala ketukan yang entah ke berapa Kalina terdengar membabi buta ditengah malam yang membuat Minho dengan wajah malasnya membuka pintu. Dirinya hanya dapat menemukan seonggok manusia yang entah dengan niatan apa datang ke dorm nya bersama para maknae.

"Apa?" Tanya Minho dengan nada tidak bersahabat, orang sinting ini mengganggu istirahatnya bagaimana mungkin Minho bisa bersikap selayaknya pemilik rumah yang ramah?

"Mana Jisung?" Tanya Hyunjin yang membuat Minho mengernyitkan dahinya.

"Jisung tidak disini, coba kau cek ke studio. Dia sering menghabiskan waktu sendirian di sana"

Mendengar jawaban Minho, Hyunjin nampak menatap tak percaya pada pemuda yang lebih tua itu. Mendapat tatapan seperti itu Minho hanya memutar bola mata dengan malas.

"Pergilah, kau mengganggu waktu istirahatku" Dan tanpa permisi Minho membanting pintu tepat didepan wajah Hyunjin.

Hyunjin termangu saat ia menyadari jika ucapan Minho dan juga kedua Hyung di dorm nya berbeda. Hyunjin menghela nafas. Apa yang merasukinya hingga ia marah dan datang kesini.

Untuk menjemput Jisung? Atas hak apa?

Langkah berat di ambil Hyunjin, dirinya tidak tahu harus membawa langkah kakinya kemana. Turun menuju halaman agensi dan menenangkan diri di sana atau pergi ke studio menemui Jisung dan mengecek apakah bocah itu ada di sana.

Dengan dilemanya yang tak disadari Hyunjin, sesuatu menariknya untuk melangkah menuju studio dimana Han Jisung tengah ada di sana. Bahkan Hyunjin hanya terdiam didepan pintu studio dengan rasa bimbang yang semakin menggebu.

Haruskah ia membuka pintu langsung atau mengetuk?

Pandangan Hyunjin terpaku pada kenop pintu namun tak lama dirinya mengambil langkah mundur. Tidak. Hyunjin tidak bisa menemui Jisung secara personal setelah segala sikapnya dan juga Jisung.

Pemuda itu dengan cepat berlari dari sana, tidak berniat untuk menemui Han Jisung lagi seperti niatan awalnya.

Hwang Hyunjin memang pecundang.

LIMBOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang