⁰⁷

98 13 3
                                    

Hwang Hyunjin, satu nama itu benar-benar mengacaukan perasaan seorang Han Jisung yang dengan bodoh mencintai pemuda itu sedalam samudra, merusak dan menekannya selayaknya laut dalam memeluk Titanic.

Meminum kopi dalam botol plastiknya, Han Jisung berusaha keras untuk tidak melihat bagaimana sendunya Hwang Hyunjin setelah gosip jika Felix Lee menolaknya membawa banyak sekali kontroversi dalam pikiran sang bocah Han.

Satu sisi ia bahagia namun di sisi lain ia merasa sedih karena Hyunjin terlihat tidak bersemangat. Jisung tidak tahu apakah ia harus menenangkan pemuda itu atau tidak.

Dengan sebuah pikiran panjang yang pada akhirnya membawa Jisung yang kala itu ditinggal didorm hanya berdua melangkah dari pintu dapur dorm menuju sofa dimana Hwang Hyunjin tertunduk begitu lesu.

Dirinya menyodorkan botol kopi dinginnya kedepan wajah yang mendongak menatap kopi tersebut sebelum menatap wajah Jisung yang langsung mengalihkan tatapan nya kearah lain.

"Kopi ini tidak begitu manis tapi enak, mungkin bisa mendinginkan mu" Ujarnya dengan nada acuh tak acuh.

Perasaan Jisung diselimuti rasa canggung kala dirinya duduk di samping Hyunjin, Hyunjin yang tengah meminum kopinya terlalu sibuk dengan patah hatinya yang ia sendiri bimbang apakah dirinya benar-benar sedalam itu menyukai Lee Felix? Atau ada hal lain yang membuat hatinya ragu dan bersikap berlebihan seperti sekarang ini?

"Kau" Hyunjin bergumam membuat Jisung berdeham. "Mendengar itu dari Minho-hyung kan?"

"Kenapa?"

"Kau datang untuk menertawakanku juga seperti kekasihmu itu?" Tanya Hyunjin yang membuat Jisung merekahkan senyuman.

"Jadi kau memandangku sebagai orang yang suka menertawakan kemalangan orang lain?"

Hening, Hyunjin tidak lagi menjawab namun nampak sibuk memandang botol minumannya yang terbuka dengan pandangan menerawang.

"Aku ingin minum nanti malam, ingin menemaniku?" Tanya Hyunjin membuka kesunyian yang membuat Jisung terhenyak .

Si manis sempat terdiam sesaat sebelum mengangguk menjawab ucapan Hyunjin. "Tentu saja, kau tidak mungkin mengemudi saat mabuk"

Bahu itu memberat dengan beban dari kepala Hyunjin yang entah secara sadar atau tidak melukai hati pemuda itu, Hyunjin bersandar kepadanya disaat Jisung juga tengah hancur karena sikapnya.

Han Jisung tertawa kecil didalam hatinya, mengejek betapa menyedihkannya dirinya yang terus terluka oleh Hwang Hyunjin namun masih bersikap begitu perduli.

Tapi lagi-lagi hatinya benar-benar memaafkan segala rasa sakit yang diterimanya, menyalahkan kehadirannya dan perasaannya untuk tidak memberatkan Hyunjin lebih lama lagi.

Han Jisung bersandar pada sofa dan menutup matanya, tidak. Dirinya tidak bisa menangis sekarang.

Tidak didepan pria yang berkali-kali meremukkan hatinya, setidaknya didepan pria ini Jisung terlihat kuat meski didalam dirinya, Jisung terluka sangat dalam karena Hwang Hyunjin.

°°°°°

Han Jisung ditempatnya duduk, termenung menatap Hwang Hyunjin yang telah mabuk sepenuhnya dengan mulut yang terus melontarkan perkataan-perkataan mengenai Lee Felix dan patah hatinya.

Jisung menatap sloki kecil di tangannya yang masih berisi alkohol, Hwang Hyunjin jatuh cinta pada Lee Felix namun Lee Felix mencintai Seo Changbin. Hyunjin cukup bodoh untuk mengartikan jika flirting Changbin di depan media hanya keisengan saja.

Padahal Changbin dengan sengaja menyindir keras dan mengolok-olok pemuda jangkung itu karena mencintai Felix yang memang memiliki hubungan dengannya hanya saja tidak semua orang tahu, Backstreet. Jisung mengetahui fakta itu sejak lama karena Felix sangat dekat dengannya.

Hwang Hyunjin benar-benar pemula dalam mencintai? Atau pemula dalam patah hati? Atau dia mencintai Lee Felix lebih dalam dari cintanya pada Hwang Hyunjin?

Jisung sakit tapi dia terbiasa dengan rasa sakit yang Hyunjin berikan kepadanya, dia akan menangis, menyendiri dan kembali dalam dirinya yang dicintai media. Orang aneh bak alien yang tersesat di bumi.

"Aku tidak tahu cintaku yang kurang dalam atau karena aku terbiasa?" Gumam Jisung memandang Hyunjin yang masih berbicara omong kosong mengenai Crush nya itu.

Memutar sloki hingga isinya berputar, Jisung menenggaknya dalam sekali teguk. "Aku hancur, aku sakit, aku terluka dengan segala sikapmu Hwang tapi aku membiarkan kau menggores kanvas hatiku dengan pisau setajam itu"

Jisung tidak mabuk, dia sepenuhnya sadar. "Kanvas hatiku sudah tidak memiliki warna spesifik karena kau terlalu banyak menumpahkan cat hingga meski kau mencatnya menjadi putih kembali, kau hanya akan menemukan warna nya menjadi kotor"

Jisung tersenyum kecil, dia bodoh akan cinta karena ini kedua kalinya ia bisa benar-benar jatuh cinta dengan dalamnya tidak seperti masa lalu dimana cinta Han Jisung gagal, Hyunjin menggeser orang itu dan menempatkan dirinya jadi pemilik sepenuhnya hati yang kini tidak tahu cara terbuka kembali.

Dimanakah Hwang Hyunjin melemparkan kunci hatinya? Jisung sudah frustasi mencintai pria yang bahkan tak memiliki setitik pun niat untuk membalas perasaannya sedikitpun.

Pemuda itu bilang dimasa lalu akan menghargai perasaanya tapi yang Jisung dapat hanya rasa sakit hati yang berkala, Jisung bahkan harus diam untuk tidak menunjukan kepada Hwang Hyunjin ia menunggu janji-janji pemuda itu dan menunggunya mengatakan jika pemuda itu mencintainya.

Air mata kembali menggenang di pelupuk matanya namun Han Jisung tidak bisa menangis didepan Hyunjin yang mulai mendengkur dengan sedikit rusuh, pemuda itu mungkin sangat lelah setelah pergolakan emosional yang dirasakannya.

Syukurlah Hyunjin sudah baik-baik saja. Lalu bagaimana dengan dirinya?

Jisung memilih mengambil ponselnya dan mengirimkan pesan kepada seseorang, dirinya menelpon dari bilik seorang pelayan untuk datang dengan tagihannya.

Rasanya berbahaya membiarkan Hyunjin yang mabuk sendirian ketika media selalu mencoba menghancurkan dirinya dengan tuduhan dan rumor tak berdasarkan, memperlakukan Hyunjin dengan berita yang tidak begitu adil dan terlihat seolah Hyunjin merupakan serangga yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan headline kotor yang tak pantas.

Lihat, bahkan Jisung begitu memperdulikan bagaimana dunia memandang Hwang Hyunjin, mengapa Jisung tidak bisa fokus saja pada perasaanya yang malam ini juga hancur karena pemuda yang ia harapkan akan baik-baik saja.

"Aku berharap tuhan mengambil satu umurku untuk ditukarkan dengan kebahagiaanmu, aku tidak perduli jika aku harus mati demi membayarnya. Aku sudah tidak memiliki sesuatu yang membahagiakan atau masa depan yang aku harapkan tapi kau masih bisa"

Jisung mengulurkan tangannya, menyibakkan anak rambut panjang Hyunjin yang menghalangi wajahnya dan melebarkan senyuman. "Aku, tidak yakin bisa lagi-lagi berdiri melihatmu memiliki seseorang yang kau cintai. Ini yang ketiga kalinya dan aku tak yakin sampai kapan aku bisa berdiri dibatas ku"

"Ini tidak akan begitu sakit jika aku egois memilih diriku yang pergi meninggalkanmu lebih dulu kan? Aku tidak memiliki arti begitu penting dalam hidupmu" Dengan senyumannya yang manis Han Jisung tak bisa lagi menahan air matanya, tetesan dari kaca bening cair itu jatuh membelah pipinya dan jatuh pada meja tepat disamping kepala Hyunjin yang terkulai diatas meja.

Ya siapa bilang mencintai selalu harus berakhir indahkan? Bukankah pertemuan dan perpisahan adalah sepasang takdir yang tak bisa dipisahkan?

LIMBOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang