¹³

138 15 2
                                    

Tidak mengerti, begitulah Han Jisung saat ini setelah beberapa kali mengacaukan latihan grup mereka. Kepalanya penuh akan sikap aneh Hwang Hyunjin pagi ini dan hal ini membuatnya terus melupakan gerakan bagiannya dan hal itu berulang secara terus-menerus.

"Ya, lagipula Stay menyukai si Han pelupa Jisung" Sarkasme Changbin keluar saat Han menjatuhkan dirinya didepan cermin panjang dan menyandarkan punggungnya dengan berat.

Kepalanya pening, kakinya lemas dan nafasnya memburu karena lelah namun tak ada satupun kerja kerasnya yang bisa menyeimbangkan seluruh temannya dan hal itu tentu membuat semua orang jengkel bahkan tidak perlu kepada semua orang, dirinya juga ikut jengkel.

"Sudahlah, Jisung-a sepertinya sedang tidak sehat" Ujar Felix mendekati Changbin dan menepuk bahu pemuda bertubuh kokoh itu. Mencoba menenangkan hyung kesayangannya yang terlihat kesal dengan tingkah termuda di dorm 3racha tersebut.

"AKU BAIK" Sanggah Jisung cepat kearah Felix. Dengan lemah ia melanjutkan ucapannya. "Hanya isi otakku yang tidak sehat"

Semua orang menatap Jisung termasuk Minho, tertua itu bersiap mendekati Jisung sebelum tangannya ditahan oleh Bangchan yang langsung memberikannya kode melalui lirikan matanya kearah Hyunjin.

Minho mengikuti lirikan mata Bangchan dan melihat Hyunjin yang mendekati Jisung yang nampak menempelkan dahi pada lututnya. Terlihat tidak begitu bersemangat.

Dari sisi Minho, pemuda itu memilih untuk mundur saat tangannya ditarik Bangchan. Tatapan tak senang tak bisa ia sembunyikan ketika Hyunjin berjongkok didepan Jisung dan menepuk puncak kepalanya. Dengan senyuman manis pemuda itu berujar.

"Tidak papa, beristirahat dulu. Kau telah berusaha sangat keras" Hyunjin mengusap lembut puncak kepala Jisung, sama lembutnya dengan nada suaranya yang membuat Jisung mengangkat kepalanya.

Bertemu tatap dengan Hyunjin sedekat ini jelas mampu menumpulkan pikiran Jisung untuk beberapa saat. Tidak mengerti mengapa dunianya seolah berhenti hanya karena berpandangan dengan Hwang Hyunjin sedekat ini.

Namun itu hanya sementara, karena Jisung dengan cepat langsung menendangnya menjauh. Ia sangat terkejut. Jisung berdiri dan Hyunjin terjengkang karena dagunya hampir saja terkena sepatu Jisung yang bersol tinggi.

Itu barusan hampir saja.

"HEI APA-APAAN ITU?!!" Tanya Jisung dengan mata melotot. Panik dengan wajah yang nampak pucat.

Jisung jadi lebih sering serangan jantung karena sikap Hwang Hyunjin dari pagi ini. Apakah ini semacam trust issue yang melanda Han Jisung dengan semua sikap Hwang Hyunjin?

"M-maksudku kenapa harus sedekat itu, itu memalukan" Tidak, Jisung sebenarnya senang namun karena mengingat hubungannya dan Hyunjin juga keinginannya untuk move on membawa Han Jisung untuk menyingkirkan rasa senang saat diperlakukan lembut oleh Hyunjin.

Han Jisung tidak bisa mempercayai apapun dari sikap manis Hwang Hyunjin yang ditunjukan kepadanya. Karena selalu, selalu saja saat Jisung bahagia dengan semua hal menyangkut Hwang Hyunjin maka pemuda itu akan langsung menjatuhkannya dengan tanpa perasaan ke jurang tanpa dasar.

Han Jisung, tidak ingin lagi jatuh terus menerus karena alasan sama. Karena Hwang Hyunjin.

"Aku akan pergi ke toilet" Ujar Jisung dengan cepat sembari berlari pergi keluar dari ruang dance tersebut, meninggalkan keheningan untuk orang-orang yang ada di sana.

Meninggalkan Hyunjin yang juga tidak mengerti apa yang baru saja terjadi, Jisung menolaknya? Atau memang hanya perasaan Hyunjin saja?

Minho yang melihat Jisung pergi langsung melepaskan pegangan Bangchan pada tangannya lantas berlari menyusul Jisung begitu saja tanpa pamit yang membuat Bangchan dan tangannya yang terangkat di udara kini turun dengan hampa.

Kepala Bangchan menoleh dengan tatapan kecewa kearah pintu yang tertutup dimana Lee Minho baru saja menghilang dibalik pintu tersebut.

Di sisi lain, Lee Minho dengan cepat menyamai langkahnya dengan Jisung dan menahan tangannya. Menghentikan pemuda itu dari acara kaburnya dari situasi aneh yang membuat perasaan dan pikirannya semakin berantakan.

"Ada apa?" Tanya Jisung menatap Minho yang menatapnya dengan alis bertautan.

"Pertanyaan itu untukmu"  Ujar Minho dengan cepat. "Kau kenapa?"

Mendengar pertanyaan balik seperti itu, Jisung terdiam dan menggelengkan kepalanya tidak mengerti. "Aku juga tidak tahu aku kenapa"

Minho menatapnya intens, penuh pertanyaan yang membuat dada Jisung bergemuruh tidak nyaman. Bukan gemuruh yang sama seperti yang ia rasakan untuk Hyunjin. Dirinya mendongak sedikit dan mengintip dibalik bahu Minho.

Hanya untuk menemukan Bangchan berdiri terpaku di sana.

Ya, benar... Semua ini terlalu runyam bukan hanya untuknya namun bagi Minho dan Bangchan juga.

"Aku akan mencuci muka ku dulu ke dorm, pergilah berlatih aku akan berlatih sendirian nanti" Jisung melepaskan pegangan Minho, dirinya menatap sekilas sosok tertua kedua di grupnya tersebut lantas segera berlari.

Gema sepatu Jisung yang berlari semakin pelan meninggalkan ruangan yang menyapa kesunyian. Minho menghela nafasnya sembari berbalik, dirinya terdiam melihat Bangchan berdiri tak jauh darinya.

"Apa yang kau lihat?" Tanya Minho tak begitu bersahabat, dirinya melangkah dengan cepat bahkan dengan sengaja menabrak bahu Bangchan yang hanya bisa menghela nafas.

Lagi-lagi Minho meninggalkannya dengan sikap kasar dan acuh.

****

Suara keran air yang menyala dan juga air yang bersahutan terdengar memenuhi seisi kamar mandi, percikan air pun membasahi lantai saat Han Jisung mencengkram pinggiran meja wastafel dengan kuatnya.

Pemuda itu melamunkan sesuatu saat matanya bertemu pandang dengan pantulan miliknya di sebalik cermin. Satu kata yang menggambarkan kondisi Jisung saat ini. Kacau.

Dirinya merasa bersalah karena telah membuat teman-temannya jadi ikut berada dalam masalah karena dirinya yang tidak bisa fokus. Apakah takdir memang senang bermain-main dengannya?

Disaat Jisung benar-benar ingin menjauh dari Hyunjin mengapa tuhan membawa pemuda itu dengan segala sikap lama yang dirindukannya? Han Jisung hanya ingin melupakan perasaanya dengan cepat dan menjalani kehidupannya dengan normal tanpa rasa sakit atas cinta lagi.

Tapi sikap Hwang Hyunjin yang berubah manis seolah menjadi pertanda buruk jika perjuangannya untuk membuang perasaan itu tidak akan pernah berjalan dengan baik. Hwang Hyunjin dan keegoisannya yang tak ingin melepaskan hatinya telah bersekutu dengan Aphrodite untuk mempengaruhi Jisung untuk tetap jauh kepadanya.

"Hahhh, aku benar-benar kehilangan akal" Monolog Jisung sembari melangkah mundur. Suara tubrukan tak begitu kuat dari punggungnya yang bertemu dinding kamar mandi terdengar.

Tubuh pemuda itu merosot dengan cepat, mencoba menutup mata dan menikmati dingin lantai dan dinding yang menyentuh tubuhnya meski terhalang pakaian yang dikenakannya. Han Jisung butuh ketenangan saat ini dan menjernihkan pikirannya.

Apapun tanpa membawa Hwang Hyunjin memutari pikirannya dan tanpa bersembunyi pada Minho dan membuat Bangchan harus cemburu dengan kedekatan keduanya. Jisung sekarang hanya punya dirinya sendiri untuk melepaskan diri dari pengaruh cinta nya sendiri yang begitu dalam.

Tuhan, bisakah Han Jisung move on dengan damai tanpa sebuah cobaan yang siap menggagalkannya?

LIMBOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang