⁰⁶

95 13 3
                                    

Hyunjin tahu jika dirinya memang orang yang pengecut, lari dari studio bahkan sebelum ia dapat bertatapan dengan Han Jisung. Mengapa berat untuk Hyunjin hanya untuk bertemu pandang dengan si pemuda tupai?

Tatapan mata Hyunjin terpaku pada Han Jisung yang nampak berteriak dengan heboh karena tubuhnya panas dan berkeringat sehabis perform konser mereka. Pemuda itu sangat menggemaskan dengan sikapnya yang terkadang terlalu berisik itu.

Minho datang menghampiri Jisung, memberikan sekaleng minuman isotonik yang langsung disambut dengan riang oleh pemuda berpipi bulat itu. Bagaimana cengiran nya nampak menggemaskan Dimata Hyunjin.

Terlalu sibuk terpaku pada Han Jisung, Hyunjin bahkan tak menyadari jika sedari tadi dirinya memperhatikan Hyunjin dan Jisung bergantian setelahnya ia mengalihkan tatapan kepada Bangchan yang meremas kaleng sodanya setelah melihat kedekatan Minho dan Jisung.

Changbin mendengus, sebenarnya situasi apa yang menjerat group mereka saat ini? Percintaan sesama jenis yang tidak saling berbalas hingga menimbulkan kecemburuan dan iri hati dalam diam? Sungguh konyol.

Dan lebih konyolnya lagi, Changbin memikirkan sesuatu yang dapat menjerumuskannya namun nampaknya si pemuda bertubuh besar itu menyukainya.

"Hyunjinnie~" Changbin berteriak dengan suara menggelegar nya, mendekati Hyunjin yang langsung mengalihkan tatapannya begitupun dengan Jisung yang semula bercanda dengan Minho.

Entah apa yang dibahas, Jisung tidak yakin apa namun melihat bagaimana Hyunjin nampak menampakan raut jijiknya dan gelegar tawa Changbin menimbulkan rasa tidak suka dalam dirinya.

Mereka terlihat sangat dekat, oh apakah Changbin menyukai Hyunjin?

"Han-ah?" Ji-Sung menoleh menatap Minho, dia jadi terbiasa dengan panggilan baru yang Minho berikan kepadanya meski namanya jadi terdengar feminim.

"Minho-hyung berhenti menggoda ku!" Jisung merenggut lucu, dirinya dan Minho memang jadi lebih dan lebih dekat dari apapun sampai fans pun sepertinya menyetujui kedekatan keduanya.

Panggilan yang lebih manis dan kecanggungan yang semakin berkurang membuat mereka memang lebih menempel. Hubungannya dan Minho jauh lebih dekat setelah Hyunjin Hiatus dan sekarang mereka telah berani saling menggoda satu sama lain didepan kamera.

"Ya Han-ah kenapa kau harus menggembungkan pipi buntal mu? Kau memancing aku untuk menggigitnya?" Tanya Minho yang membuat Jisung menggeleng dengan cepat.

"Hyung!"

Bangchan berdiri dari duduknya, meradang dan panas dalam dirinya menyatu hanya karena melihat keributan dari Minho dan juga Jisung yang semakin hari semakin membuat Bangchan cemburu.

"Sudah, Minho berhenti mengisengi Han sebelum dia menangis" Bangchan menengahi sebenarnya tindakannya dibuat karena ia yang sudah panas.

"Chan-ie Hyung aku tidak cengeng!" Protes Jisung yang dihadiahi usapkan pada puncak kepalanya.

Semua itu tak lepas dari bagaimana mata tajam dari Hwang Hyunjin terus mengikuti pergerakan Jisung, memperhatikan detail mengenai ekspresi yang keluar dari paras manisnya.

"Cemburu, Hwang?" Tanya Changbin menyikut Hyunjin membuat termuda berdesis tidak suka karena keterangannya diganggu.

"Bisakah tidak usah menggangguku?" Tanya Hyunjin mendelik tidak senang, Changbin sepertinya duta mengganggu waktu tenang orang lain.

"Santai saja, kau hanya diam tanpa bergerak aku mengganggu apa?" Changbin melemparkan senyuman anehnya yang membuat Hyunjin mendengus.

"Kau bernafas saja salah di mataku Hyung" Hyunjin berdiri dari duduknya lantas melenggang pergi membuat Changbin protes.

"Ya Hyunjin-ie maafkan kekasihmu ini, jangan marah"

Ujaran itu berhasil mencuri perhatian Jisung dan Felix seketika namun hanya sementara sebelum Jisung memilih fokus pada punggung Hyunjin.

Pemuda itu bahkan lebih diam dari yang Jisung duga jika satu tempat dengannya. Sepertinya Hyunjin memang tidak menyukainya sedikitpun. Dan fakta itu berhasil membuat Han Jisung terluka dalam lubuk hatinya.

***

Malam itu Han Jisung memutuskan untuk berjalan keluar sebentar dari agensi, melangkah sendirian diantara trotoar dan suhu yang dingin mencoba menembus jaketnya yang tak begitu tebal.

Sempat terhenti, Jisung mendongak menatap langit dimana bulan bersinar dengan penuh seolah menertawakan Han Jisung yang sendirian dibawah sinarnya yang nampak terang.

Dimalam yang indah, Han Jisung kesepian.

Tidak mengerti lagi apa isi pikiran Hyunjin atau bahkan isi otaknya sendiri, situasi terasa membingungkan karena terkadang ia melihat Hyunjin sebagai orang yang paling acuh terhadap dirinya dari yang lainnya.

"Benarkah aku penting untuknya?" Tanya Jisung memandang kerikil didepannya lalu menendangnya kesal. "Dia penipu licik, mempermainkan perasaanku"

Menghela nafas karena sadar jika dirinya terlihat seperti orang kurang waras, Jisung menghela nafasnya sembari menatap lurus ke depan. Mencintai Hwang Hyunjin dan perasaannya yang memang tidak pernah ditunjukan untuknya begitu menyakitinya.

Hyunjin tahu perasaannya dengan jelas, Jisung sudah berusaha untuk mempertahankan perasaannya untuk Hyunjin namun pemuda itu belum juga membalasnya.

Bukan Jisung yang kurang bersabar menunggu perasaannya berbalas, bukan pula karena belum ada rasa yang hadir. Hwang Hyunjin memang tidak pernah berniat jatuh cinta kepadanya.

Han Jisung tahu fakta selalu menyakitkan, mengetahui jika pikirannya bisa bermain kemanapun dan membuat banyak kata-kata yang menyakitkan sampai ulu hatinya namun jika bukan begitu bagaimana Jisung bisa melupakan perasaannya pada Hyunjin?

"Aku mungkin akan membencinya atas apa yang tidak pernah dia lakukan" Gumam Jisung, menghela nafas lagi sebelum melanjutkan langkah kakinya yang sempat tertunda.

Jisung melangkah dengan cepat, mencoba mencari sebuah toko terdekat yang tidak begitu ramai untuk memakan sesuatu yang berkuah dan hangat sendirian.

Sementara itu seseorang yang sedari tadi bersembunyi dibalik pohon jauh dibelakang Jisung nampak mulai keluar dari persembunyiannya untuk menatap punggung Jisung yang menjauh.

Ia memasukan tangannya kedalam saku celana lantas berjalan dengan santai mengikuti langkah Jisung.

***

Sementara itu didalam kamar dorm, Bangchan nampak membuka pintu studio lukis kecil milik Hyunjin, tadinya ia ada perlu dengan Hyunjin namun sayang malah Changbin yang ia temukan didalam ruangan tersebut.

Bangchan menaikan alisnya bingung, tidak mengerti bagaimana hyunjin bisa berubah menjadi Changbin.

"Apa?" Changbin bertanya sembari menaikan alisnya, dia terpaksa mengalihkan pandangan dari lukisan-lukisan buatan Hyunjin menuju wajah Bangchan yang menurutnya tidak memiliki sedikitpun karya seni di paras rupawan nya.

"Berhenti menatapku, aku tidak berniat memiliki sub berbadan kekar" Changbin berujar lagi, merasa jengkel dengan tatapan heran Bangchan yang terus dilemparkan kearahnya.

"Dimana Hyunjin?" Tanya Bangchan yang dibalas angkatan bahu oleh Changbin.

"Dia keluar setelah beberapa menit Jisung keluar" Jawab Changbin.

Bangchan sempat termenung namun memilih untuk tidak bertanya lebih panjang. "Baiklah  terima kasih"

Setelah berujar itu Bangchan langsung menutup pintu studio Hyunjin dan meninggalkan Changbin dengan tatapan yang kembali fokus pada salah satu lukisan Hyunjin yang menurutnya tak begitu asing.

LIMBOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang