Apa Mungkin Bisa

-第六部分-

Seusai semua orang selesai dengan makan malam mereka masing-masing, kini semua orang yang ada di mansion itu sedang berkumpul di ruang tengah berencana mencoba untuk lebih dekat satu sama lain sekaligus membahas rencana mereka untuk kedepannya. Merasa sudah lengkap dan semua orang sudah menempati tempat duduknya masing-masing Rhaka selaku yang tertua membuka pembicaraan terlebih dahulu.

"Alasan kita berkumpul aku yakin kalian sudah mengetahui apa yang akan dibahas kali ini, ada baiknya kita harus lebih dekat supaya kinerja tim kita kedepannya juga lebih kompak. Kuharap semua orang di sini saling terbuka satu sama lain karena kita disini bersatu untuk bersama, mulai sekarang kita keluarga bukan orang asing. Kalau ada masalah kalian boleh ceritakan masalah kalian dengan orang-orang yang ada di sini, kalian jangan sungkan ya." Ujar Rhaka lembut

"Yap selaku yang paling berpengalaman aku dan Rhaka yang akan memimpin rencana kita kedepannya, kalau kalian ada saran jangan ragu-ragu kasi masukan yaa." Lanjut Celine

"Emm mau nanya nih, sebenarnya tiga orang yang duduk di sana datang dari mana ya? tiba tiba muncul tolong penjelasannya adek-adek dan kakak-kakak ku." Tanya Gio yang menunjuk Owen dan ke-dua temannya yang lain, ia sangat penasaran akan asal muasal wajah-wajah baru ditimnya itu.

"Singkatnya tadi aku sama yang lain bantuin mereka jadi sekalian aja masukin jadi anggota. Kebetulan juga kita butuh lebih banyak anggota buat misi kita nanti. Biar kalian lebih jelas suruh kakak kakak ini kenalin diri sendiri deh, aku sendiri belum kenal banget soalnya." Pinta Mourgan menyuruh ketiga orang tadi untuk memperkenalkan diri masing-masing.

"Jadi tadi kami bertiga dikejar-kejar zombie lalu secara kebetulan kami dibantu empat teman kalian ini, setelahnya kami ditawari bergabung dengan kalian yaa jadinya gitu kronologi ceritanya kami bisa ikut dengan kalian. Dan kenalkan aku Owen nama panjang ku sepertinya ga terlalu penting jadi panggil saja aku Owen." Jelas Owen singkat, padat, dan jelas, "Waduh sebelas dua belas sama Jean ckckck" batin Gio.

"Aku Wiliam kalian bisa panggil aku Liam aja biar ga ribet, aku sepupunya Owen. Aku sama Owen sebenarnya bukan penduduk asli kota Bandung jadi mohon bimbingannya selama kami berdua tinggal di sini kakak-kakak dan adek-adek." Ucap Liam yang dibalas tatapan tajam Owen.

"Kamu kira ini di sekolah lalu kamu murid baru??? buat apa bimbingan untuk tinggal di kota Bandung?? Lebih baik kamu minta bimbingan bagaimana cara menghadapi zombie-zombie di luar sana! capek banget lama lama bareng kamu."Bisik Owen pada Liam, cukup Owen angkat tangan menghadapi sikap sepupunya. Percuma saja otak pintar sepupunya itu hanya akan berjalan ketika di sekolah atau sedang belajar sedangkan keadaan seperti ini otaknya Itu entah kemana perginya.

"Ekhem, baiklah Liam aku akan membantu mu nanti okee. Dan untuk orang yang di sebelah Kanan Owen itu Harven, dia teman satu geng ku. Aku yang angkat bicara soalnya dia kalau udah ngomong bikin sakit kuping jadi untuk menjaga kesehatan teman-teman semuanya lebih baik aku yang kenalin dia untuk kalian." Sambung Cakra yang memilih untuk mengenalkan sang sahabat kepada teman-temannya, ia takut suara cempreng membahana sahabatnya itu membuat kesan buruk untuk orang-orang disekitarnya.

"Heyy apa maksud mu sobat!!? Suara semerdu dan seindah ini kamu bilang bikin sakit telinga!??? Oh cukup tau rupanya kamu jahat hiks." Balas Harven dramatis, yang dimana membuat semua orang yang ada di sana mendengus pelan. Pantas saja Cakra mau memperkenalkan sahabatnya itu terlebih dahulu sebelum pemuda itu bersuara, oh ternyata pemuda bernama Harven itu sangat lebay dan terlalu percaya diri, kini mereka tau 'tuli' yang dimaksud bukan karna suaranya yang keras atau bagaimana tetapi karna ucapan berlebihan nya itu yang akan membuat orang sakit kepala.

"Ya ya yaa cukup ya kakak-kakak dan untuk kak Owen, kak Liam, kak Harven selamat bergabung yaa semoga nyaman selama tinggal di sini." potong Vares untuk mengalihkan topik pembicaraan Harven sebelum berlanjut lebih panjang.