Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Suara bisikan terdengar dari berbagai arah ketika seorang pemuda melangkah memasuki area gedung fakultas tempatnya menuntut ilmu. Ada banyak sorot pasang mata yang menatap kagum sekaligus memuja ke arahnya. Mulai dari matanya yang benar-benar tajam bak serigala, hidung bangirnya, juga parasnya yang terlampau rupawan, semuanya terasa sangat pas untuk memanjakan mata.
Lagi pula siapa yang tidak mengenalnya? Dia, Park Jeongwoo. Salah satu mahasiswa dengan berbagai prestasi baik di bidang akademik maupun non akademik. Kapten tim basket yang selalu membawakan piala sekaligus mengharumkan nama baik universitas mereka.
Selain karena prestasi juga parasnya yang rupawan, Jeongwoo merupakan putra tunggal dari pasangan salah satu konglomerat yang sering tersorot karena kesuksesaan bisnisnya. Hidup yang sangat sempurna bukan?
"Permisi..." panggilan lirih seseorang yang berasal dari arah belakangnya mampu menghentikan langkah panjang yang diambil oleh si dia pencuri perhatian.
Dengan salah satu alisnya yang terangkat, Jeongwoo menunggu sembari melemparkan tatapan penuh pada seorang pemuda yang memiliki perawakan lebih kecil darinya. Dimana yang dengan berani memanggil bintang kampus tadi hanya menundukkan kepalanya sembari memilin ujung kemeja yang dikenakannya.
"Kau membuang dia puluh detik berharga ku." setelah melemparkan satu kalimat bernada ketus juga tak bersahabat, Jeongwoo kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.
Berbagai bisikan kembali terdengar. Kali ini bukan hanya memuji sang bintang, tapi juga menggunjing dia yang dengan beraninya memanggil si penarik perhatian. Terlahir dengan sendok emas, diselimuti oleh prestasi, juga memiliki paras rupawan, jelas ada banyak orang yang ingin mencoba menarik perhatiannya. Terlebih lagi Park Jeongwoo adalah sosok alpha dengan aura dominasi yang luar biasa.
"Yoww, kau terlambat lima menit, Park." mendapatkan sambutan ketika kedua tungkainya memasuki area kantin gedung fakultasnya, Jeongwoo hanya mengedikkan bahunya acuh kemudian mendudukkan diri pada salah satu kursi kosong yang memang tersisa untuknya.
"Kau tidak bisa hadir untuk memberiku semangat kemarin, jadi hari ini kau yang harus membayar."
"Kau menang?"
Mendengar tanya yang Jeongwoo ajukan, Nishimura Riki atau yang lebih dikenal sebagai Ni-ki mengangguk congkak. "Apa kau lupa siapa aku? Ni-ki tidak akan pernah kalah." ujarnya sombong.
"Tapi kau selalu kalah kalau melawan Jeongwoo." celetukan yang Jungwon lontarkan mampu membuat Ricky juga Jeongwoo terkekeh ringan. Sedangkan Ni-ki hanya bisa mendengus kemudian melemparkan kacang yang ada ditangannya pada Jungwon.
