OO : Bona Bona

902 97 12
                                    

[©Haruwoo_o present]

"He's born to be loved."

SERUAN riang terdengar menggema memenuhi ruangan yang menjadi tempat latihan bagi sepuluh anggota boyband ternama bernama treasure

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SERUAN riang terdengar menggema memenuhi ruangan yang menjadi tempat latihan bagi sepuluh anggota boyband ternama bernama treasure. Jadwal comeback yang semakin dekat tentunya membuat mereka berlatih lebih keras lagi.

Seperti saat ini, meski dengan perasaan bahagia juga senang, tak bisa dipungkiri kalau latihan ketat juga jadwal lainnya jelas merenggut tenaga mereka. Yang tentunya bisa membuat mood lebih buruk dari biasanya. Dan itulah yang Jeongwoo rasakan sekarang.

"Jeongwoo." empu yang memiliki nama tak langsung menyahut. Pemuda berkulit tan itu memilih mendudukkan dirinya acak, kemudian menenggelamkan wajahnya pada kedua kakinya yang ditekuk.

"Hey? You okay?" suara itu kembali terdengar, kali ini dengan jarak yang lebih dekat. Dan untuk yang kedua kalinya, Jeongwoo memilih tetap bungkam mengabaikannya.

"Bǎobèi." usapan pelan bisa dirasakan pada punggungnya saat panggilan lembut itu mengalun memenuhi rungu.

Sudut bibir terangkat membentuk kurva tipis, yang lebih tua kembali mengikis jarak saat melihat bagaimana Jeongwoo menarik napas dalam pada posisinya. Maka tanpa membuang lebih banyak waktu ataupun mengajukan tanya lagi, kedua tangannya mulai terulur guna menelusup pada kedua sisi tubuh Jeongwoo sebelum menarik yang lebih muda untuk direngkuhnya erat dari arah belakang.

"Hari ini memang masih banyak kurangnya, it's okay, masih bisa diperbaiki lagi besok. Bukan cuma kamu, yang lain juga belum hafal sempurna. You did well, bǎobèi. Dengan terus belajar terpisah terus berhasil di akhir latihan, itu udah lebih dari cukup.  I'm so proud of you."

Pada sepersekian detik selepas kalimat panjang itu terlontar dari bilah bibir yang lebih tua, tubuh yang tadi direngkuhnya dengan cepat berbalik kemudian balas memeluk tubuhnya erat. Dimana isak tangis mulai terdengar mengalun pelan.

"Tadi kamu marah. Yang lain pasti lebih marah. Latihannya jadi lebih lama karena aku, Haru." gumaman pelan itu terdengar lirih mengusik rungu.

Menggeleng tak setuju, Haruto lantas semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh yang akan selalu mengecil saat dalam rengkuhnya itu. Meletakkan dagunya pada puncak kepala yang lebih muda, Haruto lantas membuka suaranya.

"My bad, I'm sorry. Aku bukannya marah, tadi aku cuma sedikit lebih capek dari biasanya, timing anggota yang lain salah juga berdekatan, jadi tanpa sadar aku malah ngeluapin rasa keselnya ke kamu. I'm so sorry."

Merutuki kebodohannya, Haruto mencoba memberikan penjelasan sekaligus kalimat penenang pada kesayangannya yang telah teracuni oleh rasa bersalah. Jeongwoo itu memang sedikit lebih perasa, apalagi disaat lelah seperti sekarang ini.

"Nanti kita latihan lagi, ya?"

"Berdua?" mengangguk pasti sebagai balas dari tanya yang Jeongwoo ajukan, Haruto tak bisa menahan diri lagi untuk tidak mengusak gemas surai halus milik yang lebih muda saat Jeongwoo sedikit menjauhkan diri guna menatapnya dengan wajah sembab bekas menangis.

"Yeah, berdua. Jadi berhenti menangis ya?"

Menurut, Jeongwoo segera menghapus sisa air mata yang masih setia membasahi pipi. Senyum juga mulai mengembang pada paras yang akan selalu menawan bagi yang lebih tua.

Cantik, Jeongwoo selalu nampak cantik. Bahkan akan semakin menarik di setiap harinya.

"Haru?!" memekik pelan, Jeongwoo berjengit di tempatnya saat Haruto membalik tubuhnya dengan mudah sebelum kembali memeluknya dengan erat dari arah belakang.

"Apa yang--"

"Sebentar saja. Biar aku isi ulang energiku dulu, boleh?" pertanyaan dengan nada kelewat rendah itu mampu membuat Jeongwoo terdiam. Membiarkan Haruto pada posisinya dimana dagu yang lebih tua kini berada tepat pada pundak kanannya.

Meremat ujung depan kaos putih yang membalut tubuhnya, kedua manik secantik serigalanya secara spontan tertutup rapat saat Haruto menenggelamkan wajah pada ceruk lehernya kemudian menghirup nafas panjang yang tentunya menimbulkan sensasi menggelitik bagi si empunya.

"Haru--" kalimatnya kembali terhenti karena Jeongwoo memilih untuk menggigit kuat bibir bawahnya guna menahan suara aneh yang nyaris mengalun.

Mendapatkan reaksi tubuh di dekapnya yang semakin menegang, Haruto membiarkan kedua sudut bibirnya tertarik membentuk senyuman sempurna. Pun semakin gencar melancarkan aksinya.

"Haru..." Jeongwoo mendesis pelan, menahan nafas saat dirinya merasakan tekstur sedikit kasar telapak tangan milik Haruto yang mengusap perut ratanya.

"Makanlah lebih banyak lagi, Jeongwoo-ya." bisik yang lebih tua tepat di samping telinga Jeongwoo yang mulai memerah.

Mencoba memberi jarak diantara keduanya, Jeongwoo lantas menghentikan aksi yang Haruto lakukan dengan cara menepis pelan kedua lengan milik Haruto yang sejak tadi menelusup masuk ke dalam kaos putihnya. Ia juga segera menarik diri lalu menatap nyalang ke arah yang lebih tua.

"Nanti ada yang lihat, Haru!" meski merasakan jantungnya yang berpacu tidak karuan, Jeongwoo jelas berusaha menutupinya dengan cara mendecak kesal juga menatap galak pada Haruto yang malah tertawa kecil di tempatnya.

"Lihat apa Jjeongjjeong?"

Menoleh pada sumber suara, Jeongwoo sedikit salah tingkah saat menemukan Asahi berdiri tidak jauh dari keduanya. Maka dengan segala tingkah ajaibnya, Jeongwoo berhasil mengalihkan atensi kakak tersayangnya itu lalu mengajak Asahi untuk pergi membeli makanan, yang pastinya langsung dituruti mengingat bagaimana Asahi selalu memenuhi keinginannya.

Keduanya lantas menjauh meninggalkan Haruto yang masih bertahan di tempatnya. Pemuda dengan marga Watanabe itu kembali mengulas senyum pada paras rupawannya, namun kali ini tak sehangat sebelumnya.

Seringai tipis itu timbul bersamaan dengan suaranya yang mengudara penuh penekanan.

"Kalau memang menginginkannya juga, bersainglah secara sehat. Kau memang adikku, tapi untuk hal yang satu ini, aku tidak akan mengalah."

Ikut beranjak dari duduknya, Haruto segera berlalu tanpa berminat untuk menatap ke arah seseorang yang harusnya menjadi lawan bicaranya. Seseorang yang masih setia berdiri tidak jauh dari tempatnya duduk bersama Jeongwoo tadi.

Seseorang yang pastinya akan menjadi saingan baru baginya untuk mendapatkan atensi dari si cantik. Dan Haruto membenci fakta kalau Jeongwoo memang sangat dekat dengan dia bahkan sebelum bertemu dengannya.

"Sejak awal Jeongwoo hyung memang seharusnya jadi milikku."

Hajeongwoo + siapa hayoo??

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hajeongwoo + siapa hayoo??

Jangan lupa vote & comment, kalian juga bisa req kapal selanjutnya atau kirim ide cerita juga boleh.
So, see in another part dimana wolfie kesayangan kita yang jadi tokoh utamanya!

Bai bai, luvv!

Main CharacterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang