#roman, tragedi, supernatural
Prompt: Lucid dream
***
Menjadi seorang tunanetra membuat Gianna tidak bisa melihat keindahan dunia, serta wajah orang-orang terkasih. Kini, ia hanya dapat merasakan memori non-visual melalui gelombang suara, rasa, aroma, dan sentuhan.
Kecelakaan telah merenggut indra penglihat Gianna, ketika Algi mengajaknya melakukan perjalanan kereta api ke sebuah museum seni rupa. Algi berpikir pajangan-pajangan pada setiap sudut galeri, akan memudahkan keduanya untuk mengerjakan tugas kelompok seni budaya.
"Estetika suatu karya seni lebih baik dilihat secara langsung, daripada melalui foto atau majalah." Kata-kata Algi seolah menyihir Gianna untuk menurut, meski lelaki itu hanya mengikuti penyampaian dari Guru SBK.
Akan tetapi, keindahan yang dijanjikan Algi justru membawa Gianna pada kenyataan, bahwa ia tidak bisa melihat keindahan sejati melalui netranya lagi. Hingga pada suatu ketika, ia bermimpi ... sebuah mimpi dalam kesadaran, yang membuat dunia di sekitarnya seolah kembali berwarna.
"Akan kuberikan sebuah 'hadiah', jika kau berhasil lari dari kegelapan." Suara berat sesosok misterius terbesit dalam bilik mimpi Gianna. Bukan sekali dua kali, ia justru sering mendengarnya. Akhir-akhir ini, ucapannya justru seolah menjadi perintah yang harus terlaksana.
Dalam ambang kegelapan, Gianna pun mencoba berlari tak tentu arah dari takdir yang mengikat. Tanpa diduga, secercah cahaya kian tampak pada penghujung lorong. Lantas ia berjalan lebih dekat, hingga titik cahaya itu mulai menyebar ke penjuru arah.
Akan tetapi, sekali lagi hanya sekadar cahaya putih. Tak lebih. Anak perempuan itu pun memekik di antara kehampaan, "Aku sudah berhasil keluar dari kegelapan. Nah sekarang, di mana 'hadiah'-nya?!"
Suara sosok misterius kembali terbesit, "Yakinlah bahwa kau sangat menginginkannya, maka 'hadiah' itu akan diberikan kepadamu."
Gianna mendadak skeptis akan pernyataan ganjil tersebut. Pasalnya, ia kehilangan kepercayaan pada orang lain dan diri sendiri ketika jatuh pada titik terendah hidup. Padahal jauh ketika memiliki pengelihatan normal, ia adalah gadis optimis.
Dalam keterdiaman Gianna, sosok itu mencoba menyakinkan, "Tidak ada salahnya untuk mencoba. Kegagalan dalam mimpimu, takkan menjadi masalah pada kenyataan di hari esok."
Diam-diam Gianna menyetujui argumen itu, dan secara tak terduga ia langsung dapat melihat berbagai rona warna. Undakan awan dengan langit biru, yang ia pandang bersama Algi melalui kaca gerobong kala itu. Ia dibuat takzim dengan keajaiban mimpi, sebab merasa dikuatkan untuk tetap bertahan.
Dwika memang tidak memiliki kuasa untuk mengembalikan pengelihatan Gianna, tetapi malaikat dapat masuk dalam mimpi manusia, kemudian membuatnya menjadi seolah nyata. Agar setidaknya anak perempuan itu bisa merasa pengelihatannya kembali lagi, meski sekadar hanya mimpi ....
***
Fun fact: Ini pertama kali aku nulis roman, walaupun bukan murni roman. Lucunya, nama Algi dan Gianna kudapat dari kebiasaan sering typo. Mau ngetik 'lagi' malah jadi 'algi'. Mau ngetik 'gimana' malah jadi 'gianna'. Setelah kupikir-kupikir, Algi dan Gianna boleh juga untuk dipersatukan dalam sebuah cerita♡
@shima_alqie
Jum'at, 2 Juni 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Dwika
Short StorySaat periode kedua semesta telah tiba, Dwika diutus turun ke bumi oleh Roh Kudus untuk menjalankan tugasnya sebagai malaikat penyelamat manusia. Melalui catatan ini, ia membagikan kisah-kisah awalnya dalam bertugas selama 30 hari ke depan. Catatan:...