9. Setoran Tiap Malaikat

8 3 0
                                    

#fantasi

Prompt: Cerita yang diawali dengan, "Aku beruntung bisa bertemu dengannya."

***

"Aku beruntung bisa bertemu dengannya sebagai malaikat penyelamat," gumam Dwika tatkala menyaksikan dua orang insan tengah berkelakar dengan ria. Andai saja mereka tahu, ada sosok ghaib yang berada di sisinya sepanjang waktu.

Dwika kembali bernostalgia di saat pertama kali bertugas. Jika saja ia tidak datang tepat waktu, maka ia tidak akan pernah melihat senyum tulus dari Algi, serta momen kebersamaannya dengan Gianna. Keretakan besar dalam hubungan keduanya dahulu, justru menjadi acuan untuk berbenah diri dan saling memahami satu sama lain.

Ada campur tangan malaikat atas bersatunya kembali hubungan Algi dan Gianna. Dwika tentu merasa bangga atas keberhasilan itu. Terlebih selama bertugas, ia jadi dapat melihat keistimewaan manusia yang tak dimiliki malaikat. Melalui Algi, Dwika belajar tentang pengorbanan. Sementara dari Gianna, Dwika belajar menerima kekurangan.

Permasalahan Algi dan Gianna dalam tahap ini sudah selesai. Dwika pun kembali terbang ke langit, untuk mengajukan setoran Catatan Penyelamat kepada Roh Kudus. Lalu-lalang para malaikat yang turun dari langit ke bumi pun tampak silih berganti.

Ketika sudah sampai, ada beberapa malaikat yang melakukan perjalanan panjang, untuk mengelilingi Alam Malakat. Dahulu Dwika juga melakukan hal itu, saat belum mendapatkan tugas dari ilahi. Sementara sebagian lagi tengah bertasbih ketika tugasnya telah usai.

Dwika segera memasuki Istana Surgawi. Kemilau cahaya putih dari ruangan tersebut begitu memukau, membuat Dwika selalu memuji kuasa dari Roh Kudus. Di tengah ruangan ada sebuah bola transparan besar, yang mampu memperlihatkan aktivitas seluruh makhluk hidup di penjuru dunia.

Setiap kali malaikat memberikan catatan selama bertugas, maka bola itu semakin bersinar menerangi Istana Surgawi. Itulah yang tejadi sekarang, sehingga menarik atensi salah satu malaikat. Ia datang menghampiri Dwika. "Terlambat menyetor tugas, ya? Lain kali kau harus tepat waktu, Malaikat Magang."

"Maaf, tapi masalah klienku baru selesai di hari kedelapan," ungkap Dwika kepada teman seangkatannya. Ia Trisaka, salah satu malaikat tercepat saat mengumpulkan tugas. "Butuh banyak pengorbanan waktu untuk menyelamatkan manusia. Tidak seperti dirimu yang tinggal mencabut nyawa."

Trisaka tampak tak terima, ia segera menyanggah. "Mencabut nyawa tak seringkas yang kau pikirkan. Ada saat di mana manusia mengalami sekarat sampai berbulan-bulan. Ada yang selamat dari masa koma, dan ada juga yang mati suri."

"Sudahlah ...." Suara salah satu sosok terdengar begitu agung. Ia turun dari atas mimbar, seraya menghampiri keduanya. "Bisa tidak, jangan berdebat saat bertemu. Malaikat sejati tak akan mengeluh dalam menjalankan tugasnya."

"Aku tidak mengeluh, kok," elak Dwika. "Hanya saja, butuh tahap demi tahap untuk menangani manusia dengan kelainan mental. Ditambah lagi menyelamatkannya dari bunuh diri," sambungnya seolah memberi kode, bahwa akhir hayat suatu makhluk hidup yang sesungguhnya akan dicabut oleh Trisaka.

Trisaka mengangguk setuju, kemudian beralih menatap Ekantra. "Andai saja kau jadi aku, kau mungkin akan pusing melihat kematian setiap saat."

Sementara Ekantra dibuat kebingungan. Sebab pertemuan sakral ini malah dijadikan ajang curhat. "Setidaknya aku juga tidak tidur. Menjadi malaikat pelindung, harus memastikan manusia yang kulindungi aman dari segala gangguan."

"Kalau begitu kami juga ingin dilindungi olehmu," ujar Dwika dan Trisaka nyaris bersamaan.

Ekantra menggeleng-gelengkan kepala. Tak habis pikir dengan pernyataan keduanya. "Memangnya kalian manusia?"

DwikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang