25. Perang Spritual: Iblis & Malikat

11 2 0
                                    

#fantasi

Prompt: Buka https://www.getrandomthings.com/list-of-fantasy-films.php, kemudian pilih salah satu film untuk menjadi latar tempat ceritanya.

***

Nyawa manusia ditiupkan dari segumpal darah, mereka hidup untuk mencari amalan kebajikan. Ironi, sebagian dirinya dipenuhi banyak dosa. Sudah tidak ada keseimbangan lagi antara hitam dan putih di dunia ini.

Pada ruang hampa, tercermin berbagai macam kematian manusia dalam keadaan tidak baik-baik saja. Seperti halnya Algi meninggal karena dibunuh. Jelas tindakan itu tidak dibenarkan, karena telah mendahului sang pencipta.

Untuk memurnikan jiwa-jiwa malang tersebut, malaikat harus berperang menghancurkan rantai kebencian dan dosa dari para penyihir hitam--manusia yang terhasut iblis sehingga hanyut dalam kejahatan.

Sebagai malaikat penolong, Ekantra mengeluarkan kekuatan melalui guncangan batin. Para penyihir di muka bumi sempat terhenti beberapa saat, untuk merenungkan niat buruknya.

Suara bisikan halus tiba-tiba terdengar, "Hei, tidakkah kalian pikir, berbuat kejahatan itu menggiurkan?"

"Berbuat semena-mena tanpa peduli dengan apa yang akan terjadi di hari esok," bisiknya lagi, sehingga hati para penyihir kembali dilanda dilema.

"Menghancurkan manusia lain untuk mendapat kepuasan." Setelah mendengar kata-kata itu, para penyihir mulai tersenyum sungging.

"Bukankah itu menarik?"

Kali ini, mereka mengangguk setuju. Kuatnya hasutan iblis kembali menjadikan penyihir hanyut dalam maksiat. Mulai dari menguasai dunia melalui politik kotor, serta menggunakan kekuatan gelap untuk mempermudah jalan takdir.

"Matilah, kalian!" ujar Trisaka dengan suara menggelar, tatkala melihat usaha Ekantra sia-sia. Melalui berkahnya, ia hendak mencabut nyawa penyihir hitam secara menyeluruh.

Roh-roh kemanusiaan penyihir perlahan mulai keluar dari mulutnya. Nyaris sebentar lagi mereka akan mati, jika saja Dwika tidak segera datang menyelamatkan dengan secepat kilat. Alhasil, Trisaka menjadi geram. "Kau ... jangan hancurkan renacanaku!"

"Tri, belum saatnya mereka mati," sanggah Dwika. Diam-diam ia merasa lega, karena tugasnya berjalan sempurna pada detik-detik mencekam. Sebab nyawa orang terakhir yang diselamatkan, tepat ketika wanita itu telah melompat dari gedung tinggi.

"Apakah dengan membiarkan penyihir hitam hidup, akan memperbaiki keseimbangan?" Trisaka menatap Dwika dengan memicing. Baginya, malaikat penyelamat itu terlalu naif. "Iblis yang sesungguhnya tidak akan pernah mati. Aku hanya berusaha menghancurkan sangkarnya, agar mereka dapat beristirahat dalam damai."

Di antara selisih paham antara Dwika dan Trisaka, Ekantra justru fokus menatap bola transparan besar yang berada di Istana Surgawi. Dari balik bola itu ia melihat serangkaian kehidupan, tampak pula jiwa penyihir hitam perlahan kian jernih setelah selamat dari sakaratul maut.

"Lihat!" Ekantra berseru, sehingga Dwika dan Trisaka mengalihkan perhatian kepada bidang pengalihatanya. "Karena pekerjaan kali--maksudku kita bertiga, jiwa penyihir hitam kini sudah dimurnikan," ungkapnya dengan antusias.

Mereka memang sempat dipukul mundur oleh musuh dan menimbulkan perselisihan, tetapi hal itu menghantarkan kepada jalan kebajikan. Dari kejadian ini, Trisaka dan Dwika menyadari bahwa manusia bukan hanya menjadi penyihir hitam, tetapi juga bisa menjadi penyihir putih dengan cara membawa ketenteraman untuk kehidupan.

-Tema yang dipilih: Harry Potter and the Prisoner of Azkaban

-Tema yang dipilih: Harry Potter and the Prisoner of Azkaban

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
DwikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang