7. Menjadi Pelukis

10 4 3
                                    

#SoL, drama

Prompt: Cerita berdasarkan profesi

***

Ketika kalian mendedikasikan diri dalam seni, maka secara tidak langsung kalian harus menerima bahwa menjadi seniman ibarat sukaralewan. Leluasa untuk menuangkan hobi dalam sebuah karya, tetapi orang lain bisa menikmati dengan gratis.

Penghargaannya, seniman mendapat apresiasi dari tanggapan positif khalayak. Sesederhana itulah, tetapi cukup untuk membuat bahagia. Seniman memang hobi yang bisa dijadikan profesi. Hanya saja, cenderung tidak bisa menjadi prioritas utama.

Begitulah yang Algi rasakan, dalam fase mewujudkan impian menjadi pelukis. Karena hidup dalam keluarga konglomerat, Algi terpaksa menggantungkan cita-citanya begitu saja. Padahal, ia tidak memiliki bakat dalam bidang fisik maupun akademik seperti sang adik.

Jauh ketika masih kecil, Algi justru menemukan bakat dalam seni. Oleh karena itu, ia amat menyukai pelajaran Seni Budaya. Sayangnya, selama mengalami gangguan psikologi, Algi harus melalui berbagai perawatan. Alhasil, membuatnya tidak masuk sekolah beberapa lama, serta lalai dari tugas Seni Budaya.

Setelah berusaha berdamai degan diri sendiri, Algi pun memutuskan untuk pergi sekolah. Banyak siswa-siswi yang berlalu-lalang memasuki gerbang, tetapi ia justru mengalami kenopsia tatkala merasa sepi di tengah keramaian. Alhasil, ia pun semakin mempercepat langkah menuju kelas.

Ketika sudah sampai, raut tak bersahabat dari teman sekelas membuat ia merasa terasing. Namun, Algi berusaha abai akan sekitar, hingga kegiatan belajar mengajar dimulai. Pelajaran pertama adalah Seni Budaya. Ia memang sengaja masuk sekolah tepat saat jadwal tersebut.

Saat Weya memasuki kelas dan memulai pelajaran, Algi datang menghampiri meja guru sembari mengajukan figura sebuah lukisan. "M-Maaf, saya telat mengumpulkan karya ujian praktikumnya," rutuk Algi dengan tergugup.

Weya tak serta-merta menyambut pemberian Algi. "Sebelum itu, tolong lepaskan dulu syal-mu. Karena kamu sedang mengikuti pelajaran."

Salah satu murid ikut menyahut, "Lagian kita tinggal di Indonesia yang beriklim tropis. Bukan negara dingin bersalju." Ungkapan itu mengundang gelak tawa penjuru kelas, sehingga Algi lagi-lagi merasa kenopsia.

Akan tetapi, ia tidak bisa menyangkal perkataaan sang guru. Sebab dalam kegiatan formal seperti ini, ia harus menghargai kedisiplinan. Tangan Algi pun tampak bergetar ketika mulai melepaskan syal yang membaluti lehernya.

Seketika ... suara tawa menjadi senyap tatkala mereka melihat sebuah lebam, melingkar pada leher Algi. Mereka langsung menangkap hal negatif yang telah terjadi, bahwasan lelaki itu sempat melakukan percobaan bunuh diri. Rundungan dari teman sekelas, baik secara verbal maupun non-verbal membuat luka pada batin dan fisiknya.

"Jadi, apa teman kelompokmu juga ikut andil dalam membuat lukisan ini?" Suara sang guru memecah keheningan, serta membuyarkan lamunan siswa-siswi.

Algi mengangguk mantap. "Ya. Gianna yang mencarikan nama untuk lukisan ini." Ia sebisa mungkin tidak menjatuhkan gadis itu, meski hanya Algi yang melukis sepenuhnya. Sambil menerawang pertemuannya dengan Gianna tempo lalu, ia berkata, "Nama lukisannya adalah Ampersand."

"Maaf, tapi aku tidak bisa menerima karya praktikum kalian," ungkap Weya dengan gamblang, kemudian memberikan kembali kepada Algi. Ia sendiri sudah memprediksi, sebab pengumpulannya sangat-sangat terlambat.

Sebelum hendak berbalik, Weya beralih mengambil syal yang dilupakan sang murid pada mejanya, kemudian melilitkan di leher Algi. "Aku tidak bisa menerimanya, karena lukisan seindah ini lebih baik disimpan untuk pribadi, atau diberikan kepada seseorang yang benar-benar kamu kasihi."

Algi tampak terkesiap ketika mendapat respond tak terduga dari sang guru. Ia lantas tersenyum simpul. "Makasih, Bu."

Suatu saat nanti jika Gianna sudah bisa melihat lagi, ia ingin Lukisan Ampersand menjadi hal pertama yang gadis itu lihat di dunia ini. Melalui perkataan sang guru, Algi pun menjadi termotivasi untuk terus belajar dan belajar, kemudian melanjutkan perjalanannya sebagai seniman.

@shima_alqie
Rabu, 7 Juni 2023

DwikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang