Untuk 7 Putra Bapak 14

112 15 1
                                    


Apa yang ada di hari minggu yang cerah di rumah Tujuh Putra Aswanga? Pasti jelas di awali oleh si bungsu yang telah heboh sendiri tentunya.

"NDAAAA, BAPAKKK, SEPATU ADEK MANA? ADEK MAU JOGING!" teriak si bungsu sedangkan kedua orang yang di panggil sudah misuh-misuh masuk kedalam kamar si bungsu.

"Astagfirullah adek, masih jam segini ga boleh teriak" nasihat bapak, dan langsung di beri cengiran kuda milik Jilo.

"Maaf pak, adek cuma mau nanya, sepatu adek kemana? Gaada adek cari di rak sepatu" adunya lagi.

"Coba cari yang bener dek, kemarin taruh di mana sehabis main futsal coba?" Ucap bapak menimpali dan si bungsu yang terdiam memikirkan di mana sepatunya ia taruh kemarin.

BRUKKK!.

"ADUH! INI SIAPA YANG BERANTAKIN SEPATU DI DEPAN KAMAR AKU!!!" oke kali ini teriakanya berasal dari anak ke 6 yaitu Cesandra.

Bapak dengan terburu-buru menghampiri sang anak yang setelah ia sampai ia melihat keadaan anaknya yang terjatuh terlengkup dan di bawahnya banyak sekali tumpukan sepatu, ada juga 2 sepatu yang berada di atas kepalanya, tapi eh?

"SEPATUUU AKUUUUU" jilo dengan gesit langsung meraih sepatunya yang berada di atas kepala sang kembaran, dan dengan santai memasangnya.

"JILOO!! UDAH GUE BILANG KALAU NGAMBIL SEPATU JANGAN DI SERAKIN DI BAWAHHHH, GUE UDAH JATUH KE SEKIAN KALINYA GARA-GARA LO MONYET!" sunggut Cesan menatap nyalang kearah Jilo yang di tatap tak merasa terimtimidasi sedikitpun.

"Bawel gue mau joging, emang kayak lo ceking! Gaada otot" ledek Jilo.

"BERANTEM ANJ-" belum selesai Cesan melanjutkan pembicaraannya sudah di potong oleh ucapan tegas milik bapak.

"Cesandra." Tungkas bapak yang menatap Cesan dengan siratan mengatakan "jangan ucapin itu Cesan" yang di tatap segera menutup mulutnya.

"Inget kata bu Adra, orang sabar dadanya lebar" Hitungan ketiga Cesan benar-benar akan menendang Jilo saat ini juga!

"Jilo." Si pemilik nama yang di panggil bapak dengan terburu-buru bangun dan berlari kearah pintu rumah.

"HEHE, ASALAMUKALAIKUM" Bocah itu dengan gesit menutup pintu dan hilang dari peradaban.

Tak lama terdengar langkah kaki seseorang yang mendekat kearah bapak dan juga Cesan.

"Pagi-pagi malah di kelonin teriakan ceking sama si jilo" ucap malas Reygan yang berkacak pinggang pengang mendengarkan kedua adik kembarnya yang setiap pagi tak pernah absen untuk berteriak.

"Adekmu loh itu mas" terang bapak.

Reygan yang mendengarnya menganguk, "iya pak, kalau bukan adek mas, udah mas ceburing ke empang" Cesan yang mendengar itu meringis dan berdiri, tak lupa membereskan kekacauan yang di buat oleh sang kembaran. Kalau tidak bunda pasti ngomel.

Untuk 7 Putra Bapak

"Allahuakbar' Allahuakbar."

"Mas, adek. Adzan tuh, buru ke masjid" bunda yang mendengar adzan berkumandang segera menghampiri para anak-anaknya yang ternyata sudah siap dengan sarung masing masing,

"Iya ndaa ini mau otw" terang Hareksa yang penampilanya beda dari yang lain, lihat saja bocah itu bukanya menggunakan sarungnya untuk di pakai malah di buat untuk pecutan.

"Astagfirullah, Hareksa. Ga boleh ngenain orang lagi loh ya kamu, nanti ga bunda beliin sarung baru pas lebaran" Hareksa yang mendengar iru langsung bersujud

Untuk 7 Putra Bapak.Ft NCT DREAM [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang