2 Juni 2023: Unrealm

23 7 4
                                    

Day 2:

Buat cerita dengan tema lucid dream.

Keterangan tambahan:

Tidak ada batasan jumlah kata

Bentuknya cerita (bukan puisi, artikel, etc)

...

Setelah dia mengatakan kalau aku tidak cukup bagus saat membuat dunia baru, sekarang dikta—ehem, Author yang baik itu menyuruhkan untuk memperkuat yang sudah ada seperti permintaannya. Dan tahu tidak apa yang harus kuperkuat itu? Sekuel! Aku harus memperkuat dunia yang baru ... atau setidaknya dalam tema yang akan dituliskannya kelak.

Dewi sepertiku akhirnya harus turun ke salah satu "semesta" yang dibuatnya. Dan dunia yang harus kukunjungi sekarang adalah semesta Erdeae, tepatnya turun ke dunia mimpi Unrealm untuk bertemu Asa.

Anak pemalas yang bisanya main gim dan menyusahkan kakaknya itu kenapa bisa jadi karakter utama, sih? Meskipun akhirnya dia yang jadi pahlawan, tetap saja dia bukan salah satu karakter yang memorable. Aku lebih suka William yang malah jadi sidekick. Lebih tampan, lebih atletis, dingin-dingin perhatian, keren. Saat pertama aku tahu dia, aku bahkan langsung jatuh cinta!

Huft.

Sebisa mungkin aku turun dengan anggun dan elegan. Awan putih menjadi transisi antara Alam Purwarupa-ku dan Alam imaji. Kubah-kubah berbagai macam warna tersebar di berbagai tempat. Permukaannya bagai asap yang menari-nari dalam botol kaca atau minyak dalam air. Kubah mimpi Asa adalah salah satu dari mereka. Tidak sulit untuk menemukannya karena kesadaran Asa sangat kuat bahkan di Alam Imaji.

Padang rumput hijau berbunga warna-warni seketika menyambutku ketika turun dari langit Alam Mimpi. Di tengah itu semua, seorang anak lelaki sedang berbaring. Dia langsung bangkit dan menyiagakan pedang—

"Nitemare!"

"AAAA!!!"

Aku seketika melindungi wajah dengan kedua tangan ketika Asa tiba-tiba menerjang. Apa-apaan anak itu?! Namun, aku tidak merasakan apa pun.

Aku membuka mata. Asa sedang mengacungkan kedua pedangnya tepat ke wajahku, tetapi air mukanya terpaku padaku seolah aku adalah benda asing yang seharusnya tidak di sini, tetapi dia terlalu penasaran dengan benda apa aku ini.

"Kau bukan Nitemare," katanya bingung.

Aku perlahan menurunkan bilah pedangnya agar tidak terus menerus mengarah padaku dan mengakibatkan sesuatu yang tak diinginkan.

"Kau juga bukan Somnium meski auramu mirip. Kau siapa? Apa yang sedang kau lakukan di mimpiku?"

"Perkenalkan, aku Dewi Lokakarya," sapaku. "Aku ditugaskan ke sini untuk ... entahlah mewawancaraimu? Menginterogasimu? Aku tidak tahu kata yang cocok itu apa."

"Seorang Dewi? Kenapa seorang dewi ...." Nada Asa seperti orang yang skeptis. Dia mungkin tidak percaya dengan pengakuanku. ".... mau-maunya turun langsung ke dunia? Kenapa pula harus ke dunia mimpi?"

"Oh, Asa ...." Meski dia ini sangat payah, tapi wajahnya imut. "Kau ini lucu, ya?" Aku mencubit pipinya karena gemas.

"Hei, hentikan! Sakit tahu!"

"Sakit? Bukannya ini mimpi?"

"Ini memang mimpi, tapi sebagai Oneironaut, aku bisa merasakan segala bentuk rasa sakit meski skalanya lebih kecil dari dunia nyata."

Oh, aku mungkin lupa bagian itu.

"Kau masih belum menjawab pertanyaanku, Dewi." Anak itu menyilangkan tangan di depan dada. Pedangnya sudah berpindah ke pinggang.

"Aku ditugaskan oleh seseorang dari semesta lain untuk ...." Aku berbisik di telinganya. "... menuliskan takdirmu."

Asa beringsut mundur. "Apa? Kau ingin bermain menjadi—"

"Hepepepepepep!" Aku mengunci bibirnya dengan telunjuk agar tidak mengatakan kata yang tidak perlu. "Kau hanya perlu menjawab pertanyaanku. Selesai."

Asa mendengkus sambil bersedekap kembali. "Baiklah, meski kau sangat mencurigakan. Kau mau tanya apa?"

Aku tersenyum puas. "Apa yang akan kau lakukan kalau jadi target pembunuhan?" tanyaku serius.

Tubuh anak itu menegang. Kepalanya berputar cepat menghadapku dengan wajah pucat. "Tentu saja aku akan sembunyi, lapor polisi, dan tidak akan keluar rumah sampai penjahatnya tertangkap!"

Aku mendesah. Ya, sudah kuduga kalau itu yang akan dia ucapkan. Sudah kubilang kalau William lebih cocok jadi karakter utama daripada anak pengecut ini.

"Kenapa juga kau tanya itu?" Asa berdeham menstabilkan suaranya. "Jawabanku itu berlaku di realitas, ya, kalau di Alam Mimpi ini, aku tidak akan segan untuk melawannya!"

Anak yang pemberani. Hanya perlu ditempa agar sikap pengecutnya hilang.

"Aku tanya begitu karena berkaitan dengan nasibmu," jawabku atas pertanyaannya. "Sudah tugas seseorang untuk mengacaukan hidup karakter yang dibuatnya sebelum dijadikannya lebih indah ... atau bahkan lebih buruk."

"Hei, itu tidak adil! Seolah semua yang kami lakukan tidak ada artinya dan jalan hidup telah ditentukan dari awal sampai akhir. Kehendak bebas tidak ada artinya kalau begitu!"

"Memang seperti itu, Sayangku. Takdir memang sudah ditetapkan. Lagi pula tidak ada namanya kehendak bebas. Yang ada hanyalah kehendak untuk memilih pilihan-pilihan yang telah disediakan secara bebas, yang akan mengarah pada konsekuensi berikutnya. Itulah hukum kausalitas." Aku sepertinya bicara yang tidak perlu. Seharusnya lebih banyak pertanyaan yang diajukan. "Nah, Asa, apa kau akan tetap diam di rumah dan menganggap semua ini mimpi belaka sehingga kau bebas berkehendak semaumu, atau kau akan bergerak menghentikan konsekuensi yang tidak sepatutnya kau dapatkan di realitas? Saat kau keluar rumah, kau mungkin jadi satu-satunya Oneironaut yang selamat dan jadi target terakhir."

Asa menunduk. Tangannya mengepal. Wajahnya dipenuhi kabut keraguan.

"Aku ... mungkin akan membantu pihak mana pun agar nyawaku tetap aman."

Jawaban yang bagus, tapi itu belum cukup. "Meski itu mengorbankan teman-teman dan keluargamu?"

Anak itu mendongak cepat. "Tentu saja tidak! Aku akan membantu semua pihak agar penjahat itu segera ditangkap sampai dieksekusi! Tidak boleh ada korban yang jatuh!"

"Bahkan kalau itu membuatmu menjadi umpan?"

Hening menyelimuti sebelum anak itu kembali bersuara.

"Bahkan ... bahkan kalau itu membuatku menjadi umpan ...," jawab Asa sambil menunduk.

Aku tersenyum. Sepertinya sudah cukup.

"Baiklah, Asa. Akan kuingat jawabanmu ini. Selamat bermimpi indah kembali dan jangan lupa untuk bangun!"

Aku terbang, kembali ke Alam Purwarupa.

Semoga kau senang, Author!

=QwQ=

Catatan Dewi Lokakarya:

Kenapa catatannya malah jadi seperti ini?! Ingat, Author itu cuma makhluk dari dimensi yang lebih tinggi, bukan yang memegang takdirnya sendiri! Ingat itu!

Catatan tambahan:

Asa dan William berasal dari cerita Inside Dream.

Buana Sang Dewi - Daily Writing Challenge NPC 2023 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang