"Kakak... Aku tidak mau selamanya berada disini, hiks—"
Jungwon menangis pelan di dalam pelukan sang kakak. Sungguh, ia merasa sangat tidak nyaman berada di tempat seperti ini. Meskipun ada Jake yang selalu membantunya, namun tetap saja. Tempat ini bukanlah tempat yang bisa ia anggap sebagai rumah.
Begitu pula dengan Sunoo. Ia sudah sangat muak dengan tempat ini. Jungwon selalu menangis padanya setiap hari. Karena itu Sunoo tidak menyukainya. Ia menyayangi adiknya lebih dari apapun. Ia tidak membenci Jake. Ia tahu, Jake memang benar-benar tulus ingin merawat mereka.
"Kakak juga ingin pergi dari tempat ini. Apakah hari itu akan datang?" balas Sunoo pelan.
Sungguh, Sunoo bukanlah sosok yang kuat. Namun, ia tak bisa terlihat lemah dihadapan adiknya. Jika ia menangis, maka pada siapa adiknya akan bersandar? Setidaknya ia hanya perlu menahannya sebentar. Setidaknya Jungwon tidak perlu melihatnya mengeluarkan air mata.
"Sunoo, Jungwon,"
Keduanya tersentak ketika mendengar suara Jake. Mereka reflek menjauh, takut jika Jake mendengar semua yang mereka katakan. Jungwon semakin mengeratkan pelukannya pada Sunoo. Jake hanya tersenyum tipis melihatnya.
"Kak Jake, ini bukan seperti yang kakak dengar. Ka-kami hanya—"
"Tidak apa-apa, Sunoo. Kau tidak perlu menahannya lagi. Aku tidak akan mengatakan apapun pada pihak atasan," ucap Jake lembut.
Sunoo bisa merasakan bahwa matanya memanas. Sejujurnya, ia tak tahu harus bagaimana lagi. Jake mendekat dan membawa mereka ke dalam pelukannya. Tangis mereka pecah seketika. Sungguh, Sunoo benar-benar ketakutan selama ini. Meskipun banyak orang yang bekerja di sekitarnya, tidak ada sosok yang tulus seperti Jake. Jake memperlakukan mereka seperti anak sendiri.
Begitu pula dengan Jungwon. Ia tahu bahwa selama ini kakaknya terus memendam semuanya sendiri. Ia berharap akan ada seseorang yang menjadi sosok sandaran bagi sang kakak. Jika saja Jungwon bisa melakukannya, maka sejak dulu akan ia lakukan.
Jake mengeratkan pelukannya. Hatinya benar-benar sakit melihat dua anak yang terkurung dalam sangkar mengerikan seperti ini. Entah apa tujuan pemerintah sebenarnya, namun mereka telah merusak mental dari dua orang anak yang tak tahu apa-apa. Seharusnya, pemerintah memberikan bimbingan kepada anak-anak ini, bukannya malah menurung mereka dengan pengawasan ketat.
"Jika ada sesuatu yang ingin kalian katakan, kalian bisa menceritakannya padaku. Jangan pernah sungkan," bisik Jake pelan.
Jungwon menenggelamkan wajahnya pada dada Jake. Inilah yang sejak dulu ia inginkan. Pelukan hangat dari sosok yang menyayanginya. Sunoo mengeratkan pelukannya pada Jake dan Jungwon. Rsa tenang dan hangat menyeruak di hatinya. Ia tak ingin jauh dari Jake maupun Jungwon.
Setelah lelah menangis, kini keduanya tertidur pulas. Jake menatap sendu kedua wajah itu. Ia segera pergi meninggalkan ruangan itu karena pihak atasan memanggilnya. Ia menyempatkan diri untuk mengecup dahi dua anak itu sebelum benar-benar pergi.
"Ada apa, ketua?"
Sang atasan menatap Jake. Ia membaca kembali laporan yang sempat dibuat oleh Jake beberapa hari terakhir. Ia pun meletakkan semua kertas itu di atas meja, kemudian bertanya pada Jake.
"Apakah mereka tidak membuat sesuatu yang besar?" tanya sang atasan.
"Tidak, mereka hanya melakukan eksperimen kecil dan bertengkar seperti biasa," jawab Jake acuh.
"Tapi ini sudah dua bulan sejak terakhir kali mereka meracik obat yang mampu membuat seluruh tanam di gedung ini membusuk. Apa kau yakin mereka tidak sedang membuat apapun?" tanya atasannya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Siblings || Enhypen
Fanfic[Short story] Sunoo dan Jungwon, kakak beradik sebatang kara yang tengah berada di bawah pengawasan pemerintah karena kemampuan mereka dalam meracik obat-obatan. Masalahnya, bukan hanya obat-obatan bermanfaat, obat-obatan berbahaya pun juga bisa mer...