Seorang lelaki muda berusia sekitar 20 tahun itu melangkah melewati lorong-lorong panjang. Ia mendapat panggilan untuk membantu menghibur dan mengembalikan semangat seorang anak muda.
"Jake,"
Sosok pemilik nama itu pun menoleh dan tersenyum lega ketika melihat orang yang dia tunggu akhirnya datang. Jake segera memeluk sosok yang akan membantunya, yaitu Park Sunghoon. Sunghoon adalah seorang psikolog yang telah membantu banyak anak-anak dengan masalah mental. Bukan apa-apa, Sunghoon memang menyukai anak kecil. Karena itu empatinya muncul ketika ia bertemu dengan anak yang memiliki masalah mental.
"Jadi, bisa kau jelaskan sesuatu?" tanya Sunghoon.
"Anak itu bernama Kim Jungwon. Dia berada disini sejak kecil bersama kakaknya. Namun, beberapa hari yang lalu kakaknya menghilang karena mendapat surat ancaman. Surat itu memberikan ancaman pada kakak Jungwon untuk menyerahkan obat yang mereka buat," jelas Jake.
Sunghoon mengangguk paham.
"Apakah ada sesuatu yang perlu aku ketahui lagi?" tanya Sunghoon memastikan.
"Dia sangat membenci tempat ini. Dia dan kakaknya memiliki impian untuk bisa hidup bebas. Sebelumnya, dia dan kakaknya menyembunyikan obat yang diincar oleh seseorang. Namun, sekarang pun aku tak tahu dimana obat itu berada. Yang jelas, Jungwon mengetahui resep lengkapnya," kata Jake.
Sunghoon mengangguk paham. Jake pun menunjukkan kamar Jungwon yang masih tertutup rapat. Beruntung Jungwon tidak menguncinya dari dalam. Sunghoon memasuki kamar itu perlahan. Ia mendapati sebuah gundukan selimut di atas kasur. Ia yakin di dalamnya ada anak yang dimaksud oleh Jake.
"Hei,"
Sunghoon memulai dengan panggilan pelan. Perlahan, anak itu keluar dari balik selimutnya. Sunghoon menatap prihatin. Mata sembab, bibir pucat, serta hidung merah. Sunghoon yakin anak itu baru saja menangis, dan entah tangis yang keberapa kalinya.
"Siapa...?" tanya Jungwon pelan.
Sunghoon terkekeh pelan. Anak itu sebenarnya sangat manis, andaikan dia dalam keadaan baik-baik saja. Tak heran jika Jake memohon agar anak itu kembali ceria. Sunghoon berjalan mendekat dan duduk di pinggir kasur Jungwon.
"Namaku Park Sunghoon. Jake yang memintaku untuk datang kemari. Katanya, kau sedang berada dalam masalah. Benarkah begitu?" ucap Sunghoon lembut.
Jungwon berkedip beberapa kali, kemudian menganggukkan kepalanya pelan.
"Um! Aku hanya kehilangan mood untuk melakukan apapun," ujar Jungwon lesu.
Sunghoon tertawa pelan, kemudian mengusap pucuk kepala Jungwon.
"Kau tidak ingin memperkenalkan diri?" tanya Sunghoon.
"Kakak pasti sudah mengenalku dari Kak Jake," balas Jungwon.
Sunghoon tertawa canggung. Memang benar apa yang dikatakan Jungwon. Sekarang Sunghoon percaya jika anak ini memang cerdas. Jungwon bisa membaca keadaan dengan cepat, bahkan untuk anak seusianya. Sunghoon yakin Jungwon akan mampu bertahan melawan kerasnya dunia.
"Aku ingin mendengarnya langsung darimu. Aku ingin tahu bagaimana kau menganggap dan menggambarkan dirimu," pinta Sunghoon.
Jungwon tertegun untuk sesaat. Memang, ia jarang sekali bertemu dengan orang. Biasanya, orang akan mengenalnya karena dia adalah anak yang sedang diawasi oleh pemerintah. Tidak ada orang yang bertanya langsung padanya, tentang siapa dan seperti apa dirinya. Terakhir kali, hanya Jake yang melakukannya. Namun seiring berjalannya waktu, Jungwon tahu bahwa itu awalnya adalah tuntutan pekerjaan. Dan sekarang, Jake melakukannya tulus tanpa tuntutan apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Siblings || Enhypen
Fanfiction[Short story] Sunoo dan Jungwon, kakak beradik sebatang kara yang tengah berada di bawah pengawasan pemerintah karena kemampuan mereka dalam meracik obat-obatan. Masalahnya, bukan hanya obat-obatan bermanfaat, obat-obatan berbahaya pun juga bisa mer...