Chapter 3

48 0 0
                                    

Satu minggu berlalu sejak pertarungan antara Azriel dan Devita melawan Lixia di kota. Kerusakan di kota sedang diperbaiki. Terlihat banyak sekali pekerja yang memperbaiki gedung maupun jalanan yang rusak.

Setelah satu minggu diliburkan akibat keadaan darurat, kegiatan sekolah kembali berjalan seperti biasa. Para siswa datang ke sekolah dan masuk ke kelas mereka masing-masing.

"Ga kerasa udah masuk lagi. Kenapa hari ini ga diliburin aja, sih? Padahal sekolah lain masuknya senin depan." keluh Rino.

"Kamu tahu sekolah kita ini paling rajin. Setelah masa darurat, langsung besoknya masuk sekolah." balas Azriel.

Smartphone milik Azriel berbunyi. Ia pun memeriksanya. Ternyata Devita mengirim pesan yang isinya Devita ingin berbicara dengan Azriel pada jam istirahat.

Bel masuk kelas berbunyi, para siswa di kelas segera duduk di bangkunya masing-masing. Kemudian, kegiatan belajar dimulai.

Setelah dua setengah jam, bel istirahat pun berbunyi. Azriel dan Devita pergi ke taman sekolah untuk berbicara.

"Azriel, kenapa kamu menerima permintaan Merisia untuk menyelamatkan dunia?" tanya Devita.

"Awalnya aku hanya menurut saja untuk membantunya karena aku mendapatkan kekuatan untuk mengalahkan raksasa kahyangan. Tapi setelah berpikir, ada alasan kuat yang mendorongku untuk melakukan permintaan itu." jawab Azirel.

"Alasan apa itu?" tanya Devita kembali.

"Kamu tahu kedua orangtuaku meninggal dunia karena serangan raksasa kahyangan. Jadi, aku berpikir kalau aku bertarung maka aku bisa mencegah apa yang terjadi pada orangtuaku agar tidak terjadi lagi." jawab Azirel.

"Begitu, ya."

"Bolehkah aku bertanya sesuatu?" ucap Azriel.

"Tanya apa?"

"Maaf ini tentang kemampuan sihirmu. Apa kemampuanmu itu karena diturunkan dari orangtuamu atau memang kemampuan spesial dari tubuhmu sendiri?" tanya Azriel.

"Tentang itu, ya. Kemampuan sihirku berasal dari ibuku. Soalnya leluhurku punya kemampuan sihir, meski tidak semua menggunakan kemampuannya." jawab Devita.

"Terus, sihirmu itu punya kemampuan untuk apa?"

"Kata nenekku, sihirku punya kemampuan untuk menetralisir dan membersihkan sesuatu yang kotor atau tercemar."

"Hmm... ternyata dari ibumu, ya. Lalu, apa kamu mau bertarung untuk melindungi dunia?" tanya Azriel kembali.

"Aku belum punya jawaban pasti. Soalnya aku terpaksa melakukannya karena Merisia membuatku terlibat. Namun yang pasti, aku juga tidak mau malaikat kahyangan menganggu dunia kita." jawab Devita.

Mereka pun lanjut mengobrol sampai waktu istirahat selesai.

Sementara itu, Merisia sedang berbicara dengan dua asistennya yang bernama Davis dan Celia.

"Bagaimana progres pencarian malaikat kahyangan itu oleh kepolisian?" tanya Merisia.

"Pencarian masih belum membuahkan hasil. Namun, ada 5 polisi yang mendapatkan serangan saat melakukan pencarian." Davis memberikan laporan.

"Ada kemungkinan mereka diserang oleh malaikat kahyangan itu." lanjut Celia.

"Bukan berita yang bagus ternyata."

"Apa mungkin malaikat itu sudah kembali ke dimensi kahyangan?" ucap Davis.

"Mungkin saja, tapi aku merasa bahwa dia masih berada di sini." balas Merisia.

"Merisia, aku minta maaf! Karena aku tidak waspada saat mengirim Colossaloid Core kepadamu, benda penting tersebut disentuh sembarangan anak itu." ucap Celia.

Break The Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang