2. Wekeend di rumah saja

549 47 10
                                    

Udara dingin berhembus melalui celah-celah jendela yang sedikit terbuka membuat tidur seorang Dipta terusik, ia cukup sensitif dengan udara yang seperti itu, ia terbangun kemudian melirik jam dinding ternyata waktu telah menunjukkan waktu subuh, Dipta bergegas bangun menganti baju sekalian berwudhu selepas itu ia keluar dari kamar untuk membangunkan yang lain.

Kamar Julian yang pertama ia sambangi, meskipun suka bergadang Julian termasuk kategori yang mudah dibangunkan beda kalau Juan harus siram air dulu. "Mamas, ayo bangun mau shalat subuh jamaah kan sama si Papah" ujar Dipta membangunkan sang adik lembut. Julian mengerjapkan matanya ia ingin bangun namun kepalanya di tahan oleh Dipta "Pelan-pelan aja bangunnya nanti pusing" titah Dipta.

Selesai membangunkan Julian, Dipta berlalu kearah kama adiknya yang lain, ia buka kamar pelan. Kamar nuansa serba biru dan putih yang dilengkapi dengan berbagai macam mainan serta buku. "Adek—bangun yok kita shalat subuh" ujar Dipta

Sang Adik tak bergeming sedikit pun, Dipta menciumi pipi gembul sang adik sampai anak itu membuka matanya, reaksinya cukup unik entah mimpi apa yang ia dapati sehingga bangun tidur langsung tersenyum manis bahkan ia memeluk Dipta. "Abang, hari ini jadikan main game nya" tanya Raffatar

"Iyaa jadi aja kok, kita izin dulu ke Mamah" jawab Dipta. Bergegas ia gendong tubuh Raffatar kemudian membantu adiknya untuk berganti baju. Mereka berdua keluar sambil bergandengan tangan dan kebetulan sekali Juan juga keluar dari kamarnya dengan pakaian yang sudah rapi. "Tumbenan Aa bangun duluan?" ledek Dipta ketika melihat Juan mendekat kearah nya dan salim.

"Hehehe meringankan beban abang sekaligus mau dapat jajan lebihan dari papa ceunah, kata papa kalau bisa bangun tanpa di bangunin duit jajannya di tambah" ujar Juan.

Akhirnya mereka bertiga menuju musholla yang terletak dibagian sisi kanan rumah, Dipta mengambil mushaf sambil menunggu Papah Afi datang dan berdiri sebagai imam sedangkan Raffatar berbaring dan menjadikan pahanya sebagai bantalan, Juan juga mengikuti apa yang Dipta lakukan kalau Julian menyandarkan kepalanya di punggung Dipta.

"MasyaAllah, keren banget anaknya Papah Afi udah pada siap mau shalat subuhnya" ujar Raffi.

"Mamah mana Pah?" tanya Julian

"Mamah lagi halangan, nggak bisa sholat dulu" jelas Raffi

Selesai melaksanakan shalat subuh mereka berkumpul diruang tengah sekedar untuk menunggu waktu sarapan, Rayanzza terlihat rewel bahkan Mamah Gigi harus mondar mandir demi menenangkan tangisan si bungsu yang entah mengapa nggk mau berhenti, Dipta tak tega melihat Mamah yang mengendong Rayanzza sejak subuh tadi.

"Dedeknya sakit kah Mah?" tanya Dipta pelan

"Nggak tau Bang, waktu bangun tidur udah kejer nanggisnya sama Papah juga nggak mau" jawab Nagita

"Coba kasih ke Mamas Jul" ucap Juan menimpali

Julian peka, akhirnya ia berdiri dan mencoba mendekati Mamah yang menggendong Rayanzza ia meraih tangan mungil Rayanzza untuk ia genggam, setelah itu tangisan Rayanzza sedikit mereda mata menatap Julian dengan sendu, Julian tak tega Rayanzza seakan meraih tangannya dan meminta gendong. Akhirnya Rayanzza berpindah tangan tangisan mulai mereda ketika ia didekap oleh Julian.

Julian duduk bersandar di sofa kemudian Rayanzza meletakkan tubuhnya tepat diatas tubuh Julian, perlahan mata lebar si kecil tertutup dan tak terdengar lagi tangisan yang nyaring. Nagita tersenyum bangga. Raffi sibuk dengan Raffatar juga Juan yang sejak tadi asik mengoceh dan tak mau kalah, Sejujurnya telinga Raffi sudah pengang lantaran kedua putranya itu tak mau kalah kalau soal bercerita.

Nagita menghampiri Dipta yang fokus menonton tayangan ceramah agama ditelevisi, Nagita bersandar dibahu si sulung sambil mengusap punggungnya pelan. "Abang kuliahnya gimana? dosennya nggak jahatin akan kan ya?" tanya Nagita pelan.

Balada Sultan Andara Fams/DoJaeJung ft Andara Fams/Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang