Kicauan burung terdengar merdu dengan langit gelap yang perlahan terang, selepas melaksanakan shalat subuh berjamaah mereka melakukan tilawah Al-Quran bersama-sama. Dipangkuan Nagita ada sibungsu yang khusyuk mendengarkan lantunan ayat suci dari si Mamah sedangkan Raffi mendengarkan sekaligus menjaga bacaan tiga lelaki travel size nya alias ketiga putra yang begitu mirip dengan nya terlebih si Julian.
Dipta yang lebih dulu membaca beberapa ayat Al-Quran kemudian dilanjutkan oleh Julian dan Juan terlahir barulah Raffi yang menyambungnya. Mushaf Al-Quran telah tertutup diiringi dengan pembicaraan singkat dipagut hari. Juan beringsut dan merebahkan kepalanya di paha Raffi sambil memainkan handphone nya, Raffi memijat kepala putra ketiganya itu dengan sayang.
"Papah nih sayang Juan aja nggak sayang sama aku" ujar Dipta tiba-tiba dengan wajah murungnya membuat mereka semua mengalihkan atensi penuh kepada si sulung yang terkenal tenang dan tak pernah mempermasalahkan hal apapun terlebih jika berkaitan dengan kedua orang tuanya tetapi kali ini Dipta seolah berkata bahwa ia juga iri dengan perlakukan sang Papa kepada adiknya.
Raffi menutup mulutnya tak percaya, sebenarnya Raffi masihlah ingin Dipta seperti dulu yang suka merengek dan manja kepadanya namun seiring bertambahnya usia Dipta terkesan jarang bicara dan selalu diam, padalah Raffi sudah mencoba mendekatinya tetapi Dipta hanya mau terbuka kepada Mamah saja.
"Anjir abang tiba-tiba banget ngomong gitu! biasanya nggk mau tuh dipeluk sama dicium papa giliran gini aja iri" ucap Julian
"Mamas mulutnya" tegur Nagita sambil menutup mulut si Julian
"Ehhh mau juga bang, sini sini masih ada satu paha Papah yang kosong nih, ayooo buruh nanti keduluan Mamas deh" ujar Raffi dengan kekehan yang tertahan dan menarik lengan Dipta si sulung
Dipta mendekat dan langsung mendapatkan usapan sayang dari Papahnya, Selama ini Dipta selalu sibuk menjalankan perannya sebagai sulung alhasil ia lupa bahwa ia pun masih ingin disayangi seperti dulu hanya saja kadang ego dan tingkahnya yang sok dewasa yang menuntun jalan pikirannya.
"Sayang abang Dipta" ucap Raffi lalu mengusap pucuk kepala sisulung dengan lembut dan penuh kasih sayang tak lupa kecupan singkat dikening nya.
"Kalau Mamas dong pah?" Tanya Julian juga
"Ya Mamas pikirkan lah sendiri, lagian mana ada coba orang tua yang nggk sayang sama anaknya" sahut Raffi membuat istrinya tertawa
"Ada lho Pah, contohnya temen kampus aku waktu dia mau balik orang tuanya malah ngomong gini nih, ngapain pulang udah bagus kamu jauh dari rumah—gitu katanya Pah, sakit hati aku denger nya" ujar Julian
"Udah nggk usah dipikirin yan penting kamu tetap berbuat baik sama temen kamu itu" pesan Raffi
Sewaktu tiga putra itu sibuk dengan papahnya dan saling berbagi cerita Nagita memperhatikan gerak-gerik Raffathar yang terlihat mulai membuka matanya, beruntung Rayyanza masih tertidur pulas sehingga pagi ini tak akan ia dengan adu tangis dari putra keempat dan putra kelima.
Raffi ini sibuk betul dengan pekerjaannya tapi meskipun begitu ia tetap berusaha meluangkan waktu untuk keluarganya, pun Nagita yang selalu berusaha membersamai setiap perkembangan putranya dan membantu sang suami agar selalu tahu apa saja yang terjadi. Didikan Nagita dan Raffi itu kompak mereka tidak ingin kelima putranya menyembunyikan hal apapun itu karena zaman sekarang sudah beda banyak anak-anak salah memilih pelarian alhasil ada yang terjebak narkoba dan pergaulan bebas.
Hari ini adalah hari sabtu, Raffi diam-diam telah menyerahkan sedikit pekerjaannya kepada sekretaris pribadinya karena hari ini ia ingin menghabiskan waktu dengan keluarga kecilnya.
"Siap-siap ada yang ngambek lagi ya Papah" tutur Nagita tersenyum hangat
"Siapa lagi Mah?" tanya Raffi kebingungan
Dan tak lama setelah ini muncullah Raffathar dengan isakannya yang baru saja terbangun dari tidur pulas setelah shalat subuh dan menghafal surah pendek dari Raffi, karena tak mau kalah Julian lebih dulu mendekat dan memeluk Papahnya sehingga tak ada ruang lagi untuk si Raffathar.
"Papah" lirih Raffathar
"Atuhlah, kalau ada Papah aja semuanya lupa sama Mamah" sunggut Nagita kemudian meletakkan Rayyanza di atas sajadah kemudian ia berjalan untuk membuat sarapan.
"Masih muat kok dek, sini"'panggil Raffi kepada putra keempatnya
Sewaktu Nagita masih memasak sarapan Raffi mengajak semua putranya untuk menonton kartun bersama, suara gelak tawa juga. Hari ini Nagita mengizinkan mereka untuk sarapan didepan televisi. Sejujurnya Nagita sedikit cemburu pasalnya semua putranya hanya menempeli Raffi saja.
"Mamah kalau mau me time boleh banget biar anak-anak Papah yang handle kebetulan Papah nggk sibuk hari ini mau main sama mereka aja" tutur Raffi dan seketika senyuman wanita cantik itu merekah lebar
"Serius Pah? boleh nih? yakin nggk apa-apa kalau mamah tinggal dulu" tanya Nagita mencoba meyakinkan lagi pasalnya menjaga lima putra sekaligus seorang diri sangatlah menantang namun Raffi mengangguk mantap.
Setelah memastikan suami dan kelima putranya sarapan Nagita bergegas menuju kamar dan bersiap-siap untuk melakukan Me Time seorang diri. Sejujurnya Nagita juga tidak tega tapi demi merekatkan kembali hubungan Papah dan Anak maka Nagita menguatkan hati untuk meninggalkan mereka sementara.
Aneh tapi nyata Nagita menyaksikan kelima putranya yang begitu tenang bahkan ketika ia berpamitan ingin pergi, kelima putranya masih mengintili sang papah.
"Have fun ya Mamah sayang" ucap Raffi kepada sang istri
"Have fun mamah cantik" ucap kelima putranya bersamaan
Setelah berpamitan itu kini tinggalah Raffi dan kelima putranya. Raffi telah menyusun rencana yang pertama mereka akan berkeliling taman pribadi sambil bermain bola dan sebagainya, pada awal-awal rencana itu berjalan dengan baik bahkan Raffi masih bisa menghandle semua anaknya tetapi itu semua berubah takkala kedua bungsu berdebat dan saling berebutan bola.
Setelah selesai bermain ditaman mereka kembali kerumah dan membersihkan tubuh, mereka semua beekumpul dikamar utama sambil memakan cemilan dan menikamati waktu luang, diluar dugaan Rayyanza mulai rewel beruntung ada Dipta yang sigap membantu Papahnya.
Sedangkan Julian ia hanya bermain game juga sesekali menjahili Juan berakhir dengan saling adu mulut yang begitu nyaring, sementara keadaan tidak terlalu kondusif tiba-tiba Raffathar merengek lapar.
"Aa tolong dong masakin si adek nugget ayam, Papah belum belajar masak sama Mamah" ucap Raffi
"Syiapp boss" ujar Juan dan melesat ke dapur untuk membuatkan adeknya itu makanan
Setelah keadaan kembali tenang Raffi baru bisa beristirahat diatas kasur dengan dua bungsu dikiri dan kanannya, Raffi menerawang menatap langit-langit ternyata mengurus anak seorang diri tidaklah mudah, rasanya begitu melelahkan juga sedikit menguras emosi, Jadi ya Nagita itu hebat bisa sesabar itu menghadapi tingkah laku yang beragam dari semua putranya.
"Papah—"
"Ehhh kenapa Abang?"
"Mamah kapan pulang ya" ujar Dipta dengan wajah yang menekuk kembali
"Mungkin sehabis shalat isya, adaapa tuh?" tanya Raffi lagi
"Nggk kok, cuma kangen aja biasanya Mah yang selalu jagain kami, terus suara Mamah nggk pernah diem ada aja gitu" ucap Dipta
"Papah mau Mamah" lirih Julian
"Iyaaa tunggu dulu, biarin Mamahnya jalan-jalan yaaa kan udah setiap hari sama Mamah ganti kalian sama Papah dulu hari ini" ujar Raffi
"Tapi Mamah tetap pulang kan?" tambah Juan
"Iyaaaa pulang....pasti pulang" jawab Raffi
.
..
...
TBC ❤️❤️❤️
Tolong feedback yaa, terima kasih yang sudah mampir dan membaca cerita ini semoga sehat sentosa dan bahagia selalu
KAMU SEDANG MEMBACA
Balada Sultan Andara Fams/DoJaeJung ft Andara Fams/
FanfictionKisah acak tentang keluarga sultan Jaksel yang bergelimang harta namun tetap rendah hati dan tidak sombong, selalu rutin ikuti pengajian umum, rajin menabung serta bersedekah. Memuat kisah kesibukan orang tua yang memilik lima orang putra dengan ber...