3. Abang Dipta

406 42 3
                                    

Keadaan di rumah ketika pagi hari masihlah seperti biasanya penuh suara dan keributan yang terjadi, sepasang suami istri telah duduk manis menikmati sarapan mereka disisi lain empat kursi telah terisi dan sisa satu kursi yang kosong, Raffi mengalihkan pandangan kepada istrinya seolah bertanya tentang keberadaan putra sulung nya yang belum terlihat sejak tadi.

Derapan langkah kaki cepat terdengar, Dipta menuruni anak tangga sambil memasang dasi dikemaja putihnya, kebetulan ia hari ini akan melaksanakan seminar hasil mengenai proposal dan penelitiannya namun sayang semalam ia tak dapat tertidur karena gugup dan berakhir setelah shalat subuh ia tertidur hingga kesiangan padahal peraturan di rumah sudah jelas tidak ada yang boleh bangun kesiangan ataupun terlambat berangkat ke sekolah.

Dipta terengah kemudian duduk bergabung untuk memakan sarapanya dengan tempo yang cepat bahkan Nagita nampak membantu karena Dipta makan begitu berantakan, Raffi diam memandang putranya dengan tatapan tajam. "Kesiangan?" tanya Raffi pelan

Dipta meletakkan sendok, menegakkan tubuh serta menatap sekilah kepada Ayahnya yang terlihat sedang menanti jawab dari dirinya. "Maaf Pah, semalam a-aku—"

"Aku apa?" ulang Raffi, Dipta gugup berakhir menjawab pertanyaan dengan terbata-bata

"Halah palingan main game Pah, biasanya si abang suka banget main game nya malem sampah larut banget malah" sahut Julian

"Iya tuh, biasanya gaya banget bangunin orang paling pagi ehh dianya aja kesiangan molor, mana habis shalat subuh ketiduran—"tambah Juan

Brak

"Lo berdua bisa diem dulu nggak? jangan asal tuduh, punya mulut tuh dijaga—iya gw salah karena telat bangun kesiangan, seharusnya lo bedua sadar dong pernah nggak bantuin Mamah?—" ucap Dipta dengan tangan yang mengepal diatas meja, Raffatar dan Rayanzza terdiam akibat bunyi meja yang berbunyi begitu keras, Dipta pun sebenarnya kaget belakangan ini emosinya mudah sekali terpancing bahkan ia tak sengaja membentak Raffatar yang hanya ingin ditemani oleh nya. Kalimat dari bibirnya terhenti takkala ia menyadari tatapan sang Ayah

"Bagus ya sekarang! udah bisa pukul meja, kamu itu yang paling tua diantara mereka seharusnya contohkan yang baik bukan mengajari yang kaya gini! emang kamu main game kemarin malam? iya? kalau nggak dijelaskan baik-baik kan bisa nggk usah bicara gitu langsung kasian adeknya kaget" sahut Raffi seakan membela Julian dan Juan

"Kok Papah bela mereka sih? mereka udah gede, bisa mikir mana yang baik mana yang enggak! kenapa cuman Abang yang diminta ini itu sedangkan Julian sama Juan nggak!! Abang itu anak kalian juga kan? kenapa selalu mereka! belain Abang sekali aja Pah" ujar Dipta dengan nafas yang memburu dadanya turun naik menetralkan degupan jantungnya yang tak karuan.

Sudah lama Dipta memendam semua ini sendirian ia kalut dengan pikirannya sendiri menurutnya orang terlalu banyak menaruh ekspektasi kepada dirinya sehingga Dipta tidak bisa menjadi diri sendiri ia harus terlihat sepeti manusia sempurna dan penurut, Dipta tidak pernah melawan ataupun merasa iri terhadap saudara namun hari ini berbeda. Tidakkah mereka ingat hari ini adalah hari yang menegangkan untuk dirinya namun kedua adiknya itu berulah membuat mood Dipta hancur belum lagi perkataannya yang menyahuti sang Papah dengan sarkas.

"Dipta juga cape Pah, Dipta nggak bisa jadi manusia sempurna terus kadang Dipta juga pengen jadi Dipta yang sebenarnya tanpa harus pura-pura" ucap Dipta lagi seakan membekap semua mulut yang tadinya akan mendebat semua argumen darinya.

Nagita mengusap punggung tangan Raffi meminta agar suaminya itu menenangkan diri dan jangan terpancing emosi, Nagita memiringkan tubuhnya ke arah Dipta yang menunduk dengan wajah memerah bahkan matanya mulai berkaca-kaca. "Abang—?" tanya Nagita pelan

Balada Sultan Andara Fams/DoJaeJung ft Andara Fams/Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang