Aku menatap diriku sendiri di kaca besar yang berada di dalam kamarku. Tadi aku sempat pergi ke taman yang berada di dekat rumah ku. Aku menangis disana. Aku meluapkan semuanya disana.
Setelah aku merasa baikan, aku pun memilih pulang ke rumah ku. Aku tidak mau membuat ibu ku khawatir dengan mata ku yang merah dan membengkak karena habis menangis.
Rasa sakit itu masih saja tidak menghilang, rasanya perih. Bagaikan luka yang terbuka dan di taburi garam. Rasanya sangat perih dan sakit.
IPhone milikku berbunyi. Aku tahu itu dari siapa. Siapa lagi, kalau bukan dia. Calum.
Calum, sedari tadi terus menelfon ku atau mengirimi pesan yang berisi permohonan maaf atau dia ingin menjelaskannya. Dia sangat bodoh! Apa yang akan dia jelaskan? Aku melihatnya dengan mata kepala ku sendiri dia sedang bercumbu dengan jalang itu.
Aku duduk di kursi goyang putih milikku yang berada di dekat jendela kamarku. Aku melihat ke luar dari dalam kamar ku lewat jendala ini. Aku menekuk kaki ku dan aku pun memeluknya.
Hari sudah malam tapi aku tak kunjung tertidur, pikiranku kemana-kemana sekarang. Kejadian calum mencium jalang itu kembali ke dalam ingatanku. Air mata itu kembali terjun dengan bebas membasahi pipiku yang sudah dingin karena air mata yang mengalir terus menerus tanpa hentinya.
Kenapa calum? Kenapa kamu melakukan ini padaku? Apa salah ku, cal?
Aku menenggelamkan wajah ku kedalam lipatan kaki ku. Aku menarik nafas dan mebuangnya. Aku harus tidur sekarang karena besok aku harus sekolah. Aku tidak mau mengecewakan ibuku yang sudah berkerja keras demi menyekolahkanku.
Aku menutup jendala dan tirainya. Dan aku pun berjalan lemah ke arah ranjang ku yang berukuran king size. Aku menarik selimut sampai menutupi tubuhku sampai mataku. Aku meringkuk kedalam sana. Mencari ke hangatan meski kehangatan ku ada padanya.
--
Ke esokan paginya aku bangun dan membasuh badan ku selepas tidur yang tidak menyenyakkan semalam. Mengapa begitu? Karena kejadian itu selalu menghantui otakku. Karena itu aku tidak bisa tidur dengan nyenyak seperti biasa sampai meninggalkan bekas hitam di bawah mataku. Itu sangat jelek.
Setelah membasuh badanku aku memakai baju yang tidak terlalu menarik karena hanya untuk bersekolah bukan untuk acara fashion show atau sebagainya.
Setelah semua selesai aku pun memakai turun ke bawah sambil menenteng sepata vans ku dan menggendong tas hitam milikku. Aku sangat kacau jika sudah ingin berangkat sekolah ditambah dengan hatiku yang masih sakit bekas kemarin. Sungguh, aku tidak bisa melupakan itu begitu saja.
"Hi, mom" aku menyapa ibuku yang sedang menyiapkan sarapan untuk kita berdua. Yeah, begini lah keadaan ku. Aku adalah anak pertama dari keluarga yang sederhana dan ayahku sudah meninggal saat umurku masih 13 tahun. Mengingatnya saja sudah membuat aku ingin menangis.
"Ayo sarapan dulu" ucap ibuku sambil menyodorkan roti panggang yang sudah di beri selai cokelat.
"Makasih, mom" ucapku sambil menyunggingkan senyum termanis yang aku punya pada mom. Aku pun melahap roti panggang itu tanpa sisa satupun.
Setelah menyantap roti ku, aku meneguk susu yang selalu setia menemani pagi ku setiap hari karena ulah ibuku. Aku sudah bilang padanya kalau aku ini bukan anak kecil lagi tapi ibuku berkata kalau aku ini masih butuh nutrisi yang cukup untuk pertumbuhan ku. Dia sangat menyebalkan tapi aku sayang padanya.
"Sayang, ikut mom ya nanti?" Aku mendongak dari aktivitas ku memakai sepatu lalu menatap ibuku yang sedang membereskan piring-piring kotor.
"Kemana, mom?" Tanya ku sambil mengikat tali sepatu vans ku yang sangat aku cintai dari apapun. Okay, jangan pikirkan itu tapi itu nyata.
"Ke mall" apa? Ke mall? Aku sangat mau lah ke sana. Aku sudah lama tidak kesana karena sibuk dengan kertas-kertas putih dengan banyak pertanyaan yang tidak aku mengerti atau bisa kalian bilang adalah tugas. Menyebalkan sekali bukan, kalau waktu mu terkuras hanya untuk pekerjaan yang tak masuk akal itu?
"Aku sangat mau, mom!" Aku beranjak dari duduk ku dan berjalan menuju ibuku berada. Aku memeluknya dari belakang "terima kasih mom!"
"Ya ya ya, udah sana berangkat. Nanti telat lagi" aku melepaskan pelukan ku pada ibuku dan mengecek jam tangan yang melingkar sempurna di pergelangan tanganku.
"Siap bos!" Aku mengangkat tangan ku ke dahi seakan-akan sedang memberi hormat pada ibuku sendiri. Aku mencium pipi ibu ku dan mengambil tas ku yang berada di meja makan.
Aku keluar dari rumah ku dan disana sudah ada calum yang sedang tersenyum padaku di sebelah mobilnya. Dia mengahampiri ku. Ntahlah, tubuh ku seperti tidak mau bergerak. Lututku lemas sekarang.
"Hi" sapanya dengan senyuman manisnya yang sangat aku suka. Aku menahan air mata ku untuk tidak jatuh. Aku tidak mau terlihat lemah di depannya meski aku memang lemah.
Dia hendak mengambil tanganku tapi aku langsung menarik tanganku darinya. Kejadian itu kembali lagi di ingatanku saat ini. Aku sudah sakit, cal. Dan aku hadir lagi disini semakin membuat hatiku nyilu berkali-kali lipat.
"Please, honey. Biarin aku menjelaskan semuanya" ucapnya sambil menatap mataku. Aku membuang muka darinya, aku tidak mau melihat matanya itu.
Aku masih bungkam tak berkata apa-apa selain diam dan menunduk tak berani menatap mata cokelat pekat nya itu. Aku tak kuat lagi menahan air mata ku ini dan cairan bening yang aku tahan sedari tadi jatuh begitu saja membasahi pipiku.
Calum mengangkat dahuku. Dia menatap ku sejenak lalu dia membawa ku ke dalam pelukan hangat nya yang sangat aku suka "maaf, char. Maaf"
Dia terus menerus mengucapkan kata maaf di telingaku dan itu membuat air mata ku semakin mengalir dengan derasnya. Aku membalas pelukannya. Aku memeluknya erat tak ingin melepaskan nya kepada perempuan manapun karena dia segalanya untukku. Aku sangat mencintainya.
To be continued...
==================