- PROLOG

10 3 1
                                    

Teriakan demi teriakan semakin keras. Makian tidak henti hentinya terlontar dari mulut orang orang itu. Lemparan lemparan batu dan berbagai benda lain nya juga tak ada hentinya sejak tadi, tubuh nya sudah tidak tahan dengan rasa sakit ini, beberapa bagian tubuh nya mengeluarkan darah, terutama di bagian punggung dan kepalanya. Seragam putih nya sekarang berubah menjadi kotor karna darah di punggung nya sejak tadi tidak berhenti keluar.

"BANGSAT! LO GAK PANTAS HIDUP!"

"TEMPAT LO TUH DI PENJARA BAJINGAN!"

"Kamu tidak pantas berdiri di sini! Jika saja kamu bukan anak orang yang berkuasa, sudah pasti kamu mati di sini!"

"PERGI LO SIALAN!"

"GAK PANTES HIDUP LO!"

"KALO LO IRI SEHARUSNYA LO SAINGIN!"

"GAK GUNA LO HIDUP CEWEK SIALAN!"

Gadis yang sekarang duduk di tengah kerumunan dan menjadi bahan makian semua orang itu hanya diam. Ia menyembunyikan wajah nya di balik rambut panjang nya.

Tidak, bukan ini yang ia inginkan kan.. bukan ini. Semua ini berbeda dari yang ia rencanakan, ini semua salah.

Telinganya berdenging, kepala nya berdenyut kuat, kesadaran hampir hilang, tapi ia kembali di paksa sadar saat makian makian itu di lontarkan. Dadanya berdegup kencang, ia tidak ingin berakhir di sini, tapi ia rasa ia juga pantas berakhir di sini.

Suara sirine ambulance dan mobil polisi terdengar makin keras, pertanda bahwa mobil mobil itu sudah semakin dekat.

Lagi lagi ia berpikir, apakah ia akan berakhir di sini? Apakah ia akan benar-benar berakhir hanya karna masalah sepele? Tidak, ini bukan masalah sepele, ini masalah besar. Bulir bulir air mata mulai menetes, ia menyesal, tapi ini sudah terjadi. Apa yang bisa ia lakukan sekarang? Tidak ada, ia sudah merusak semuanya.

"BUKA JALAN! JANGAN BERMAIN HAKIM SENDIRI!" Suara teriakan penegasan terdengar, sepertinya itu teriakan dari petugas polisi.

Ia sedikit mengangkat pandangan nya, ternyata belum ada petugas yang menerobos kerumunan. Ia berharap petugas itu cepat datang, lebih baik ia di siksa di kantor polisi daripada ia harus mendengarkan semua makian ini.

"HALAH PAKE NANGIS LO! MINTA DI KASIHANIN LO!? IYA!? JIJIK GILA GUE LIAT NYA!" Teriak seorang siswi. Siswi itu lalu melemparkan botol minum yang masih berisi air, dan tepat mengenai kepalanya.

Kepala nya berdenyut hebat, tolong, siapapun, tolong bawa dirinya pergi dari sini. Ia rasa ia sudah tidak sanggup lagi menahan sakit di sekujur tubuhnya.

Ia tau dirinya bersalah, ia pantas, mungkin seharusnya ia mendapat rasa sakit yang lebih dari ini.. ya, lebih dari ini.

Perlahan ia mengangkat kepalanya, ia sedikit meredarkan pandangannya untuk melihat orang orang yang membencinya sekarang. Satu batu krikil tepat mengenai dahi nya dengan kuat, membuat dahi putih bersih itu terluka dan berdarah. Ia tidak menghindar, ia harus menerimanya, rasa sakit ini pasti tidak ada bandingannya dengan rasa sakit yang ia ciptakan untuk semua orang di sini.

Terakhir sebuah botol minum plastik yang masih terisi air menghantam wajah nya dengan sangat kuat. Membuat kepala nya benar benar mati rasa, ia sempat melihat petugas polisi yang mendekati nya, sebelum semuanya di selimuti kegelapan... Ia sudah tidak tahan dengan rasa sakit ini.

Entah ini akhir atau awal dari semua nya...

LILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang