- Tertarik

12 3 0
                                    

Lily meredarkan pandangannya, kantin sudah lumayan lebih tenang dari sebelumnya. Tapi ia heran kenapa Lim sepertinya tidak berniat membeli makanan. Ia hanya heran, dirinya sedikitpun tidak ada nafsu makan untuk hari ini.

"Jen! Sini!" Seru Lim pada seseorang. Seorang cowok jekung datang menghampiri meja mereka.

"Kayak biasa bang?" Tanya cowok bername tag Jenio Jemmy itu.

"Lo mau makan apa? Tuh liat aja tulisan di setiap etalase, gue yang traktir." Lim menunjukan deretan etalase, setiap etalase menjual menu yang berbeda, tapi tidak ada yang sedikit pun menarik perhatian Lily.

Lily menggeleng, "air mineral aja."

"Kek biasa, tambah air mineral satu." Beritahu Lim pada Jenio. Lim mengeluarkan selembar uang berwarna merah dan selembar uang biru, lalu memberikan nya pada Jenio.

Lily melihat Jenio yang mulai menjauh, "kamu nyuruh dia?"

"Iya, kenapa?" Tanya Lim balik.

Lily menatap Lim, Dion, Albert dan Haickal secara bergantian. Jika di lihat wajah mereka berempat bisa di bilang sangar, apakah mereka kelompok perundung di sekolah? Atau bahkan mungkin mereka sebuah geng, itu sebab nya orang tadi menurut saja saat di perintahkan.

"Kita gak maksa dia. Dia gitu juga di bayar," ujar Dion yang mengerti apa yang sekarang Lily pikiran.

Lily menggaruk tekuk leher nya yang tak gatal, bingung ingin berkata apa. bagaimana bisa Dion mengerti dengan apa yang ia pikirkan.

"Boleh gabung?"

Pertanyaan itu membuat mereka semua yang duduk di meja itu mengalihkan pandangan.

"Wih tumben yor." Ujar Lim.

Seseorang yang memiliki wajah mirip dengan Dion itu berdiri di dekat meja mereka. Tanpa ba-bi-bu orang itu duduk di samping Lily, membuat Lily sedikit terkejut dan bergeser ke arah Lim.

"Dia takut sama gue?" Tanya cowok itu.

"Iya, Muka lo mirip reog soal nya." Jawab Lim.

"Dia Dior, kembaran Dion. Dua dua nya mirip sampai ke inti sel, beda nya cuma yang satu berotak, satu nya gak." Lim memperkenalkan membara Dion yang bernama Dior.

"Bacot Limbat." Kesal Dior karna Lim mengatainya tidak berotak.

"Emang bener, dari ongol pun lo gak pernah ngotak orang nya." Ejek Lim.

Dior memutar kedua bola matanya malas, "Serah."

"Kenapa ke sini?" Tanya Albert pada Dior. Lily sontak melihat cowok itu, suara Albert lebih halus dari yang ia pikir kan.

"Gue tadi denger gosip kalo kalian ke kantin sama cewek," jawab Dior. Lily mengerutkan keningnya heran, apakah gosip seperti itu sangat penting.

"Oh iya, Lily kan? Gue Dior," Dior mengulurkan tangan nya.

Lily menerima sambutan tangan itu, "lilyan."

"Gak mempan, tadi udah gue coba," Dion berujar. Ia tau bahwa kembaran nya itu akan melakukan hal yang sama seperti yang ia lakukan tadi.

Dior melepaskan jabatan tangan itu, "ly, Minggu lalu gue beli mobil, tapi belum pernah di pakai. Mau jalan gak? Sekalian coba mobil baru," ajak Dior.

Lily terdiam sejenak, ia masih tidak berani keluar rumah untuk saat ini. Dua tempat yang pasti paling aman baginya hanyalah rumah dan sekolah ini, bagaimana jika ia bertemu dengan teman lama nya, mungkin ia akan mengalami hal yang serupa seperti saat itu. Untuk sekarang ia masih takut menghadapi masa lalu.

LILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang