- ken

7 3 0
                                    

Lily menatap sekitarnya dengan hikmat, sepi, itulah kata yang cocok untuk sekitarnya sekarang. Kemarin saat ia menunggu di halte keadaannya lebih ramai, banyak kendaraan yang berlalu lalang, tapi sekarang bahkan satu kendaraan pun tidak dapat ia lihat.

Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore, tapi jemputan nya belum juga datang. Ia tau bahwa kakak laki laki nya itu akan mempersulit nya.

Lily menghela nafas berat, ia menyandarkan tubuh nya pada dinding halte, mengangkat pandangan ke atas dan menatap langit yang mulai berwarna jingga.

Dengan suara yang lirih Lily mulai bicara sendiri.

"Kabar kamu gimana ci? Aku kangen sama kamu.  Semenjak kamu pergi banyak orang yang benci aku loh... Bahkan abang juga benci aku. Kamu selalu rebut perhatian orang orang di sekitar aku ci, bahkan yang seharusnya aku dapet juga kamu rebut. Kamu yang udah pergi pun semua perhatian nya masih tertuju sama kamu, dan aku sekarang di benci banyak orang, tapi aku masih sayang kamu kok. Aku sekarang udah di sekolah baru, banyak orang baik di sini, tapi aku takut nanti kalo mereka tau mereka bakal benci aku juga. Andai mereka tau gimana kejadian asli nya, mungkin mereka gak bakal sebenci ini sama aku..."

"Emang kejadian aslinya gimana?"

Pertanyaan itu sontak membuat Lily segera menegakkan tubuh nya dan mencari sumber suara. Ia melihat Dior dan Albert yang sekarang berdiri yang berduri tidak jauh dari tempat nya duduk.

"Sejak kapan di sana?" Tanya Lily. Ia curiga bahwa Albert dan Dior mendengar semua omongan nya tadi.

"Barusan," jawab Dior seraya beralih duduk di samping kanan Lily, dan di ikuti Albert duduk di samping Dior.

"Jadi gimana kejadian asli nya?" Tanya Dior lagi. Lily yang mendengar pertanyaan itu hanya diam, karna ia sendiri tidak tau harus menjawab apa.

"Kenapa gak pulang?" Tanya Albert mengalihkan topik.

Lily sedikit merasa lega karna Albert paham dan  mengalihkan topik, "Belum di jemput." Jawab nya.

"Rumah lo di mana emang?" Tanya Dior.

"Kompleks Andriyadi."

Dior mengangguk angguk kecil, "Gak jauh jauh amat, mau di anter gak?"

Lily menggeleng, "bentar lagi di jemput. Kalian ngapain di sini?"

"Gue tadi jemput si Cecep, liat lo di sini jadi kita samperin dulu." Lily yang mendengar itu mengangguk paham.

"Jadi mau di anter gak? Cecep bisa gue tinggal dulu di sini," tawar Dior lagi. Dengan cepat Lily menggeleng tanda menolak. Bukan hanya karna tidak enak hati, tapi juga jika abang nya sudah menjemput tapi ia tidak ada di sini pasti abang nya itu akan marah.

"Makasih, tapi gue di jemput kok, agak telat aja." Baru selesai berkata seperti itu ponsel nya yang ia taruh di saku rok berdering. Lily segera mengambil ponsel nya itu dan melihat siapa yang menelepon nya. Ternyata ayah nya, Lily segera mengangkat panggilan itu lalu menempelkan ponsel nya di telinga kiri nya.

"Halo?" Sapa Lily.

"ly udah pulang? Gak kenapa kenapa kan sama abang?"

Lily yang mendengar pertanyaan dari orang seberang telepon itu terdiam sejenak, lalu ia menatap dua orang yang ada di samping nya, seakan ada yang ia khawatir kan. Dua detik kemudian Lily beralih menatap langit sore yang semakin berwarna jingga.

"Iya, Lily udah di rumah kok yah, abang juga gak cari masalah sama Lily." Ucap Lily pada ayah nya. Ia tidak ingin membuat ayah nya cemas, jam sekolah sudah berlalu setengah jam yang lalu, jika ayah nya tau ia belum pulang, pasti ayah dan kakak laki-laki nya itu akan ribut, dan Lily tidak ingin itu terjadi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LILYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang