- ~•~ -
MUSIM SEMI katanya adalah saat dimana alam bermuara hati pada manusia, saat itu pohon-pohon berbisik dan bertunas kembali, bunga-bunga yang layu tubuh subur dengan warna cantik, ranting kering yang semula gundul perlahan bermuda dan menghijau.
Bagi Nirre musim semi adalah cara alam melepaskan kisah lamanya dan memulai halaman baru dari dunia. Gadis itu tidak berkata kalau alam melupakan masa lalu, hanya saja musim semi adalah saat dimana alam mencoba menampilkan dirinya yang terbaik pada manusia, tapi terkadang manusia hanya menganggap itu sekadar pergantian siklus tahunan yang selalu berulang.
"Nirre!"
Suara yang cukup meninggi terdengar memanggil namanya. Gadis itu menurunkan padangan dari jendela, spontan berbalik ke depan dengan rasa was-was dalam dirinya. Di dekat papan tulis, guru yang sedang mengajar menatap dia dengan tangan berkacak pada pinggang.
"Ini sudah yang kesekian kali saya lihat kamu tidak fokus dengan pelajaran saya." Guru itu berbicara dengan intonasi biasa, tapi dibawah tekanan kedisiplinan intonasi itu terdengar seperti titah yang tak terucap bagi Nirre.
"Bagaimana kamu bisa menjawab ujian nanti kalau kamu saja tidak mendengarkan apa yang saya terangkan didepan."
Tidak ada yang berani menjawab. Seisi kelas hanya menatap Nirre dengan berbagai sudut pandang, terdengar beberapa berbisik kecil dari bangku sebelah yang sampai ke telinga Nirre. Gadis itu hanya diam tidak ada perkataan yang keluar dari bibirnya, dia tidak bisa menjawab apalagi membela diri. Nirre sudah jelas-jelas salah disini.
Suara ketukan dipapan tulis membuyarkan ketegangan. Anak-anak kelas yang menatap Nirre kini mengalihkan pandangan pada guru yang ada didepan.
"Perhatikan baik-baik, saya tidak suka mengulang materi." Kata itu bukan hanya diberikan pada Nirre tetapi juga pada seluruh anak yang ada dikelas itu, mungkin guru itu juga merasa kasihan dengan Nirre dan akhirnya memilih untuk tidak memperpanjang masalah "kita lanjut ke halaman berikutnya."
Kelas menjadi kondusif ketika pelajaran kembali berlangsung. Setelah mendapat teguran barusan, Nirre tidak berani untuk sekedar menoleh kearah jendela. Gadis itu berusaha menyimak pembelajaran dengan seksama. Namun, bagaimana pun usahanya dia masih tidak mengerti apa yang dijelaskan oleh guru. Bahkan sampai kelas berakhir buku catatannya masih bersih tanpa noda pena.
"Hei, ayo kantin. Kata temanku menu hari ini adalah daging." Beberapa anak perempuan disebelah bangku Nirre bersorak kegirangan. Setelah guru pergi dari kelas anak-anak itu mulai asik dengan aktivitas mereka sendiri dan berbondong-bondong keluar dari kelas.
Tidak ada satupun teman sekelas yang mengajak Nirre. Padahal rombongan anak perempuan yang baru saja keluar tadi, salah satunya adalah teman sebangku Nirre.
Gadis itu tidak ingin terlalu larut dan mencoba terbiasa dengan situasi seperti ini. Ia lekas membereskan alat tulis kedalam tas.
Setelah kelas sedikit sepi. Diam-diam Nirre menarik napas panjang dan menghembuskannya dengan kasar, dia kemudian berdiri dari duduk dan keluar menenteng botol air minum.
Lorong kelas adalah tempat paling ramai ketika jam istirahat, lorong itu adalah bagian dari baguna sekolah yang menjadi jalan penghubung dari bangunan satu ke bangunan lain. Tak jarang tempat itu menjadi wadah beberapa anak untuk bertemu atau sedekah mengobrol ria sebelum lonceng masuk berbunyi.
Berjalan ditengah keramaian seorang diri sebenarnya membuat keberanian Nirre sedikit tergoyah. Telah berlalu empat bulan dari hari pertama penerimaan murid baru dan sampai sekarang Nirre belum juga memiliki teman. Sifat yang terlalu tertutup dan posisinya dikelas telah mengeliminasi dirinya dari sistem mengikat yang disebut dengan pertemanan.
Entah gadis itu yang tidak menarik atau mereka yang tidak mau berteman. Nirre telah menyerah soal itu dari beberapa yang hari lalu.
Suara keran air yang dihidupkan telah merendam sejenak kebisingan, membiarkan telinga terhalang suara abstrak dari manusia-manusia lain disekitarnya.
Gadis itu, Nirre. Membiarkan kepalanya basah tertimpa air yang meluncur dari kerangan, rasa sejuk yang langsung mengenai kulit kepala telah menghadirkan sedikit ketenangan dalam diri. Saat ini dia sedang berada ditempat untuk mencuci muka yang memang disediakan oleh sekolah, dibangun di lapangan terbuka membuat tempat ini cukup strategis, terutama bagi Nirre yang tidak ingin terjebak keramaian, dia akan lebih memilih tempat ini untuk membasuh muka, ketimbang mengantri di toilet siswa.
Keran dimatikan, jemarinya menyekat wajah hinga tandas, air menetes dari rambut pendeknya yang membuat seragam yang ia kenakan menjadi basah. Nirre tidak terlalu mempermasalahkan itu, ia kemudian membuka botol air yang tadi ia bawah dan meminumnya.
Setelah selesai membasuh muka, dia tidak langsung kembali ke kelas, gadis itu membelok kaki menuju tempat lain.
Lapangan basket, berada tidak berjauhan dengan tempat mencuci muka. Tidak, Nirre tidak datang kesana karena ingin menonton pertandingan, dia datang kesan untuk duduk ditangga yang biasanya menjadi tempat berkumpul para siswa ketika menonton basket, berupa tangga bertingkat yang dirancang setengah mengelilingi lapangan.
Hari ini adalah hari Selasa, tidak ada kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan hari ini. Tujuan Nirre datang kesini hanya untuk mendapatkan sinar matahari, dia tidak mungkin akan masuk kedalam kelas dengan keadaan baju yang lembab.
Selain terkena sinar matahari langsung, ditempat ini Dia bisa melihat dengan leluasa orang-orang yang ada disekitar. Melihat anak yang keluar dari kelas, ada yang pergi ke perpustakaan ada juga yang hanya berjalan-jalan di lapangan, disini dia juga melihat teman sekelasnya baru saja keluar dari kantin. ketika melihat mereka berinteraksi selalu muncul perasaan iri dihatinya.
Bagaimana cara mereka berteman, kenapa itu begitu sulit untuk Nirre.
13 Oktober diawal musim semi, tampaknya dia tidak berhasil membuat kehidupan masa sekolah menjadi berwarna.
Nirre dengan pelan menghela nafas, sama seperti musim semi, ini adalah akhir dari kisah yang lalu dan sekarang dia harus memulai lagi lembaran baru.
TERIMAKASIH TELAH MAMPIR, SEDIKIT DUKUNGAN DARI KALIAN SANGAT BERARTI BAGI AUTHOR, JADI JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YAH
SELAMAT MENIKMATI CERITANYA
_____________________________________
Jika menemukan kesalahan kata atau ejaan, Jagan ragu-ragu untuk menulisnya di kolom komentar
______________________________________
Selesai diketik pada : 4 Juni 2023 pukul 03.20
KAMU SEDANG MEMBACA
MUSIM SEMI YANG BERLALU
Teen FictionMungkin setiap remaja memiliki masa muda, tapi tidak semua masa muda itu dipenuhi dengan warna. !! [DILARANG KERAS MENJIPLAK, MENGUTIP TANPA NAMA PENULIS, MENGAMBIL SEBAGIAN ATAU SELURUH ISI, MENGUBAH SEBAGIAN ATAU SELURUH ISI, BAHKAN PLAGIAT DALAM...