Bug!!
"Ditaaaa!!" Keluh Binar "hati-hati kalo jalan, coba."
"Ih elu yang kenapa jalan cepat amat kek dikejar setan."
"Iya dikantin ada setan."
"Hah?"
"Temannya pacar lo nih gila, dimana ada gue disitu lidahnya unfaedah."
"Maksud Lo kak Iki?"
"Ya iya, siapa lagi kalau bukan dia?"
"Naksir kali sama Lo," goda Dita
"Dan sekarang lu juga ikutan gila Dit," celetuk Binar meninggalkan Dita yang kebingungan dengan mood gadis tersebut.
"Eh lu kemana? Ikut!!"
***
Di perpustakaan Binar berkutat pada laptopnya, ide menulisnya akan berkembang pesat ketika berada di ruangan sunyi ditambah suhu ruangan yang dingin. Perpustakaan di kampus nya juga menjadi perpustakaan percontohan se-provinsi, meski dikunjungi banyak mahasiswa/i setiap jam nya, tapi kenyamanan dan ketenangan di ruangan ini sangat di nomor satu-kan.
Jadi sudah tentu tempat ini pelarian yang tepat untuk Binar melanjutkan tulisannya. Ya saat ini Binar tengah menulis sebuah kisah nyata seorang laki-laki yang biasa dia sapa dengan Iki.
Saat itu, ketika Binar menginjak sekolah menengah pertama...
Dari sebuah parkir ada seorang anak laki-laki yang tengah diantar oleh seorang perempuan hingga mendekati ruangan kelas.
Anak laki-laki itu manis, tubuhnya tinggi dan jangkung. Mata nya belo dengan bulu mata panjang dan lentik, kulitnya kuning langsat bahkan wajahnya lebih putih ketimbang warna kulit tangannya.Dia tampak cemberut karena harus dipaksa berjalan cepat. Dia letih, tapi jika melihat wajah perempuan disampingnya jauh lebih letih daripada anak laki-laki bermata belo itu.
"Capek, tau ga kak!" Keluhnya seraya menyeka keringat yang mengalir di pelipis.
"Ya sama," keluh perempuan yang disapa kakak itu, lalu tanpa aba-aba perempuan tersebut berjongkok dan menarik kaki adiknya lalu menggendongnya hingga memasuki kelas yang sama dengan Binar.
Melihat pemandangan itu ujung bibir Binar terangkat, senyumnya merekah melihat pemandangan sederhana itu.
"Woy Na, gila Lo senyum-senyum sendiri," Seseorang menepuk bahu Binar.
***
Dita yang sedari tadi sibuk mencari buku manajemen akuntansi menghampiri Binar, dia syok melihat sahabatnya yang senyum-senyum sendiri sembari termenung memandangi laptop.
"Woy Na, gila Lo senyum-senyum sendiri," Dita menepuk bahu Binar lalu duduk disamping gadis itu.
"Ih ngacau aja sih,"
"Kenapa lo senyum-senyum?" Satu alis Dita terangkat.
"Mikiri Iki ya, hm?" Goda Dita tersenyum tengil, Jari telunjuknya mencolek dagu Binar yang sedikit belah.
"Iya gue mikiri Iki, kenapa?"
"Hah serius lu?"
"Iya serius, ngapain bohong?"
"Lu suka sama Iki?"
"Ya gak lah Dita,"
"Lah terus?" Dita balik bertanya, kepala nya mengarah kedepan laptop Binar hendak melihat tulisan apa yang diketik oleh Binar sehingga membuat gadis itu tersenyum tanpa sebab, namun tiba-tiba sebuah tulisan 'shut down' tampil di layar laptop.
"Terus gua sekarang mau ke ruangan BEM, lupa lu kalau hari ini kita tes penentuan bagian kabinet?" Binar beranjak dari duduknya.
Dita menepuk dahinya "Oh iya, wait wait wait... gua mau bikin surat pinjam buku dulu Na."
"Buruan!"
"Sabar."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Binar
Fiksi RemajaBinar, Gadis yang memiliki nama agar selalu bersinar ini sedikit demi sedikit menemukan sinar dalam karirnya sebagai mahasiswi aktif dan penjual buket. Namun, sejatinya dalam dirinya redup, kosong dan berantakan. Arti namanya menjadi kutukan baginy...