WISHES, Masakan Dan Segurat Rindu.

13 1 21
                                    

Hujan gerimis sore menjelang malam itu menyambut mereka---Hansel dan Grace---saat baru sampai di rumah untuk makan malam. Grace melepas alas kaki, dan menghampiri Herliana yang duduk santai di sofa.

"Hai, anak anak. Udah selesai, jalan jalannya?

Hansel mengangguk dan mengangkat jempol. "Apa yang bisa kubantu buat masak, tante?"

"Yuk, kita masak sapo tahu dan tumis telur aja, Hans. Kamu suka?"

"Suka, tante. Apapun masakannya aku pasti makan lahap, kok." Hansel nampak mengangguk, membayangkan kelezatan cita rasa masakan Mama Grace.

"Ma, aku ajakin teman teman sekalian makan ramean aja, gimana?" Grace menambahkan.

"Boleh banget, ajak aja mereka kesini, sayang." Sang Mama berujar, "Mama juga kangen Gwen dan Nando."

"Oke. Hans, kamu kabarin Nana, Ovie, terus Jion, ya." Grace menghampiri Hansel di dapur, sedang menata bahan mentah di piring sambil menyalakan kompor.

"Ambil aja Hapeku di kantong apron nih," Hansel menyuruh, "Aku nanggung banget."

Grace sempat terpaku beberapa detik, tapi kembali bersuara setelahnya, "Eh? Engga apa, nih?"

"Ya enggak apa, Grace. Santai aja, nih, di saku samping, buruan."

"Maaf, ya." Grace berujar, lalu langsung memasukkan tangan ke kantong apron, menggenggam handphone Hansel di tangan. "Your Password?"

"Masukkin aja HS66

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Masukkin aja HS66." Hansel berkata. Lelaki itu sibuk menumis sayur dan telur, sementara sang Mama berdiri di depan kompor sebelahnya, memasak sapo tahu seafood.

"Wah. Kelihatan banget, kamu luwes di dapur, boy." Herliana berdecak bangga. "Girl, belajar gih, sama anak keren yang satu ini!"

"Aku juga masih belajar, Tante. Dulu, suka aja lihat Mamaku masak, selebihnya ya baca baca resep di internet."

Grace yang sudah sibuk mengutak atik handphone Hansel hanya menengok sekilas, mengangguk saja.

"Kapan kapan, Mamamu diajak aja, kesini, kami masak bareng." Herliana mengusap siku si pemuda dengan lembut.

"Mama udah bahagia, Tante." Hansel bergumam, menoleh sekilas sebelum melanjutkan masakan dan menaruhnya ke atas piring. "Di surga."

Herliana tersentak sedikit, hati kecilnya merasa tercubit. Namun kemudian, ada seulas senyum menenangkan dan tulus di wajahnya. "Kita aja, yang masak bareng, kalo gitu. Jangan pernah ragu datang kesini kapanpun, apalagi kalau kamu lagi kangen Mamamu."

"Sure Thing, Tante. Thanks a lot."

"Oh. From Now on You can call me Mama, too. Mama senang punya banyak anak, kalau Grace sendirian doang, mah, sepi. Boleh?"

"Aku yang harusnya tanya, Tante. Sekali lagi, makasih, ya." Hansel berucap lirih kemudian. "Mama." Si pria maju, memeluk wanita paruh baya itu.

"Loh, ternyata ada grup, sekalian aja aku buat Group call, Hans?" Grace sedikit mengalihkan pembicaraan dua orang di dapur itu. Dia samar samar mendengar juga, dan tentu tak ingin---Hansel, terutama, entah mengapa---keduanya larut dalam atmosfer sedih.

WISHESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang