"Selamat ya"
"Tapi lo-"
"Gak apa-apa, yang terpenting sekarang Lo lulus dan salah satu dari kita bisa ke sekolah bergengsi itu"
"Gue gak bisa kesana sendiri, gue mau kesana sama Lo"
"Denger Ri, yang terpenting salah satu dari kita bisa kesana, ini adalah awal buat ngerubah nasib keluarga kita"
"Gue bakal lakuin apapun supaya Lo bisa ke sekolah itu juga Res"
Seorang gadis menggenggam erat ponselnya yang masih menampakkan sebuah website yang berisikan pengumuman kelulusannya di sebuah sekolah bergengsi di ibu kota sebagai salah satu siswa penerima beasiswa penuh. Hal itu membuatnya senang tetapi disisi lain ia menyayangkan saudara kembarnya yang tidak ikut lulus bersamanya.
Berasal dari keluarga yang sederhana membuat kedua anak remaja itu sangat mendambakan beasiswa ini, mereka sudah berusaha semampu mereka dan tentu saja diiringi dengan doa untuk bisa bergabung dengan anak-anak beruntung lainnya yang bersekolah di SMA Grand Start yaitu salah satu sekolah swasta yang terletak di ibukota Jakarta yang tentu saja tidak sedikit biaya untuk masuk kesana karena sekolah itu merupakan sekolah bergengsi.
"Bunda pasti seneng banget tau Lo lulus Ri"
"Hmm, tapi gimana sama Lo"
"Berhenti mikirin gue, gue masih bisa nyari sekolah lain, sekarang ayo kita pulang dan kasih tau bunda!"
Auristela Kieran Bimala dan Ares Keenan Xander adalah anak kembar yang di besarkan oleh orang tua tunggal yaitu seseorang yang mereka panggil bunda tadi. Dari kecil diajari saling menyayangi dan menjaga membuat Auri saat ini masih memikirkan Ares yang tidak ikut lulus seperti dirinya.
Mereka sedang berdiri di sebelah pegadaian untuk melihat pengumuman hari ini berhubung pegadaian itu memiliki wifi yang tidak memiliki password. Hal ini sering di lakukan Auri dan Ares ketika mereka ingin berselancar di dunia internet, keterbatasan ekonomi tentu saja membuat mereka memanfaatkan hal itu berhubung harga kuota internet lumayan mahal bagi mereka.
"Ayo pulang" ucap Ares kemudian menggenggam tangan Auri untuk berjalan bersamanya.
Auri hanya menurut ia mengekori Ares yang berjalan menuntun tangannya, Ares tidak sadar saja jika Auri terus memperhatikannya dari belakang.
"Auri lulus Bun" bukan Auri yang bersuara, itu Ares, dia dengan antusias memberitahu bundanya tentang kelulusan Auri hari ini. Dan sang bunda tentu saja merespon senang, ia sudah mendambakan anak-anaknya bersekolah di sekolah impian mereka itu.
"Selamat sayang, bunda tau kamu bisa" ucap sangat bunda yang kemudian memeluk Auri.
"Makasih bun" ucap Auri ikut memeluk sang bunda.
"Terus Area gimana? Lulus juga kan?" Tanya sang bunda yang kini berganti menatap Ares setelah melepaskan pelukannya dari Auri.
"Belum rejekinya Ares Bun hehehe" ucap Ares sambil terkekeh, Auri menatap Ares tidak suka sementara sang bunda hanya menatap putranya itu dengan senyum kecil.
Raisa nama bunda Auri dan Ares, wanita cantik yang kini di umur 30 an itu kini mengerti mengapa raut wajah Auri seperti itu sedari tadi, gadis yang biasanya selalu ceria dan energik itu kini sangat lesu dengan raut wajah ditekuk. Ia menghampiri Ares kemudian menepuk kecil pucuk kepala anak laki-lakinya.
"Gak apa-apa sayang, kita bisa cari sekolah lain buat kamu"
"Iya bunda" jawab Ares dengan senyumannya.
Raisa memang mengajarkan anak-anaknya untuk selalu menerima keadaan mereka dan jangan berlarut ketika sedang menghadapi sebuah masalah. Auri dan Ares juga tubuh menjadi anak-anak yang ramah dan manis berkat ajaran dari bunda mereka yang hebat itu.
"Emm, untuk ngerayain kelulusan Auri kita masak apaya hari ini?" Tanya Raisa sambil menatap anak-anaknya bergantian.
"Tumis jamur!"
Senyum lebar Raisa tercetak jelas dibibirnya mendengar seruan anak-anaknya, Auri dan Ares memang sangat menggemari sayuran satu itu.
"Oke kita masak itu, sekarang kalian bersih-bersih habis itu kita masak sama-sama"
"Siapp bunda!"
~~~~
Malam harinya setelah makan malam, Auri berjalan mengendap-endap ke kamar bundanya, alasan ia berjalan mengendap-endap karena ia tidak mau ketahuan Ares jika sekarang ia sedang ingin menemui bunda mereka.
Tok tok tok
"Bunda? Bunda udah tidur?" Tanya Auri dari balik pintu.
"Belum sayang, kamu masuk aja"
Mendengar ucapan sang bunda, Auri bergegas memasuki kamar kemudian berjalan ke arah ranjang sang bunda.
"Kenapa Ri? Kok belum tidur kamu?"
"Aku mau ngomong bunda"
"Ngomong apa?"
"Ini tentang Ares"
"Ares kenapa sayang?"
"Sebenarnya Ares yang paling mau sekolah di sekolah itu bunda, dari dulu dia selalu pengen sekolah disana, aku tau dia sedih karena gak lulus tapi dia tutupin dari kita karena gak mau buat kita kepikiran"
"Auri mau satu sekolah sama Ares?"
"Mau bunda!" Seru Auri semangat tetapi beberapa saat kemudian raut wajahnya berubah lesu saat mengingat mereka tidak memiliki uang sebanyak itu untuk membuat Ares bersekolah disana juga dengannya.
"Tapi gimana caranya?" Tanya Auri dengan suara lesu.
"Bunda masih punya tabungan, bunda pikir itu cukup untuk uang masuk Ares, kalau tentang uang sekolahnya nantinya bunda masih bisa kerja keras buat bayar" jelas Raisa sambil mengelus lembut punggung tangan Auri.
Auri menatap bundanya tak percaya, Auri tau bundanya sudah lama menabung untuk menyewa sebuah ruko di pasar untuk berjualan, ohiya Raisa itu bekerja sebagai salah satu penjual ikan di sebuah pasar lokal di daerah mereka. Jika bundanya memakai uang tabungannya untuk membayar uang masuk Ares maka ia tidak akan mendapatkan ruko itu lagi.
"Tapi bunda bukannya uang itu buat ruko ya? Gimana sama rukonya kalau uangnya bunda pakai?"
"Kamu gak usah khawatir sayang, bunda tau kamu pengen banget Ares sekolah disana juga, lagipula ini untuk masa depan anak bunda jadi buat apa bunda mikir lagi-"
"Bunda bisa nabung lagi Auri jadi untuk sekarang uangnya bisa dipakai dulu, lagian bunda masih ada kok tempat yang ditempati sekarang, itu juga masih bagus"
Auri tidak mau menangis di depan bundanya, ia selalu berusaha menahan air matanya jika sedang berhadapan dengan sang bunda apapun masalah yang sedang ia alami. Auri hanya tidak mau bundanya melihatnya lemah, ia tidak mau membebani bundanya, sudah banyak beban yang ditanggung bundanya selama ini dan Auri melihat semua itu makanya dia tidak pernah mau membuat bundanya terbebani lagi.
"Aku janji aku juga bakal kerja keras buat bantuin bunda, aku juga janji aku bakal lulus dari sekolah itu sama Ares" ucap Auri menatap sang bunda yakin.
Tangan Raisa terangkat untuk menyentuh pipi putrinya.
"Makasih karena udah tumbuh jadi anak yang penyayang sayang, terus sayangi saudara kamu ya?"
"Aku bakal selalu sayang Ares dan bunda karena cuman kalian yang aku punya"
Air mata Ares terjatuh mendengar semua pembicaraan Auri dan bundanya, Auri tidak tau jika Ares melihatnya berjalan mengendap-endap ke kamar sang bunda. Ares sudah berdiri di depan pintu itu setelah Auri masuk, dia tidak menyangka bahwa akhirnya dia juga akan bersekolah di sekolahan yang sama dengan Auri. Tetapi berbeda dengan Auri yang masuk lewat jalur beasiswa, dia malah masuk lewat jalur pengorbanan bunda dan saudaranya.
Hal itu akan menjadi tanggung jawab besar yang harus dipikul Ares kedepannya, ia tidak boleh membuat masalah nanti di sekolah barunya karena untuk masuk kesana bundanya sampai mengorbankan seluruh uang yang mereka miliki.
Bertemu lagi dengan akuuu
Semoga kalian enjoy ya sama cerita ini...Jangan lupa Vote, Komen, dan Follow, terimakasih 🤍
KAMU SEDANG MEMBACA
A pair of wings
Teen FictionDua pasang mata itu bertemu di tengah kerumunan orang yang berlalu lalang di hadapan mereka, saling menatap dari jauh dengan tatapan sendu membawa mereka pada ingatan masa lalu yang pernah mereka lalui bersama. "Hormat kepada Kakakku yang paling kua...