Part 9

11 1 1
                                    

"Pohon ayah!"

Auri berlari ke arah bekas pohon yang sepertinya sudah di tebang, sesampainya disana Auri menatap sendu bekas pohon itu sambil mencengkram erat kantong plastik berisi batagor yang ada di tangannya. Ares bergegas menghampiri Auri dan sesampainya di dekat gadis itu ia ikut menatap sendu bekas pohon yang ada di depannya sama seperti Auri.

"Siapa yang nebang pohon ayah?"

"Pasti yang punya tanah disini, liat aja disini kayaknya mau di bangunin sesuatu" ucap Ares sambil menatap sekeliling, pohon-pohon disana sudah mulai di tebangi dan sudah ada mobil kontraktor disana.

"Kita hampir gak pernah kesini lagi dan sekarang pohon ayah udah gak ada, sekarang gue harus kemana kalau mau curhat ke ayah?" Ucap Auri masih belum melepas pandangannya dari bekas pohon itu, dia berjongkok kemudian mengusap bekas pohon itu lembut.

Pohon ayah adalah sebuah pohon yang dijadikan Auri dan Ares tempat bercerita jika mereka rindu dengan sosok ayah. Dulu saat mereka masih tinggal di daerah sana mereka sangat sering bermain di sekitar pohon itu kemudian mulai bercerita jika mereka sudah lelah bermain. Baik Auri maupun Ares sangat menyayangi pohon itu, pohon itu menyimpan banyak kenangan bagi mereka, hampir seluruh cerita masa kecil mereka telah mereka ceritakan kepada pohon itu. Anak-anak kecil itu kini sudah tumbuh dewasa dan pohon kesayangan mereka kini sudah tidak ada, rasa sedih itu pasti ada, pohon itu sangat berarti bagi mereka.

"Apa mungkin ayah udah gak ada Res? Mungkin bunda gak mau kita sedih makanya dia gak pernah mau cerita?" Ucap Auri tiba-tiba yang kini mendongak menatap Ares.

Mendengar ucapan Auri, Ares ikut duduk di dekat bekas pohon itu, mereka duduk lesehan dengan batagor yang sudah ada di tengah-tengah mereka tepatnya di atas sisa pohon yang masih ada sedikit.

"Gue gak tau, iya kali-"

"Gue gak perduli tentang itu Ri, apalagi tentang bunda yang gak pernah cerita tentang ayah sama kita, mungkin dia emang mutusin buat merahasiakan itu karena itu bisa nyakitin kita. Gue percaya sama bunda, dia selalu berusaha yang terbaik buat kita jadi buat apa kita khawatir"

"Iya sih, tapi gue gak bisa bohongin diri gue Res, gue kangen banget sama ayah. Kalau semisal tiba-tiba ayah pulang nanti kira-kira kita canggung gak ya sama dia? Tapi meskipun canggung gue tetep mau peluk dia, gue pengen banget peluk ayah, gue selalu penasaran gimana rasanya di peluk sama ayah"

Ares menatap Auri iba, Auri selalu seperti ini, gadis itu jika sudah terlanjur membahas tentang ayah mereka dia akan berkhayal kemana-mana, dan membayangkan suatu hari ayah mereka akan pulang dengan raut wajah bahagianya, membuat Ares tidak tega saja.

"Sini"

Ares menarik Auri ke dalam pelukannya kemudian mengusap punggung saudara perempuannya itu lembut.

"Kita berdua pembohong Ri" ucap Ares memandang jauh ke depan.

~~~~

"Gak pusing Lo kayak gitu?"

Naomi menggeleng mendengar pertanyaan Liam, saat ini gadis itu sedang bergelantungan dengan posisi terbalik, Liam yang melihat itu tentu saya menegur tetapi sepertinya gadis itu menyukai posisinya saat ini. Liam meminum minumannya sambil memainkan ponselnya begitupun dengan Ichan, mereka sedang menunggu Ruby dan Gara yang katanya akan bergabung dengan mereka tetapi sudah lama menunggu kedua orang itu tidak juga datang.

"Biar apa Lo kayak gitu?"

"Tips biar otak cerdas kali, bisa Lo terapin tuh By"

"Ngada-ngada Lo, yang ada urat-urat gue nanti sakit kalau kayak gitu"

Akhirnya dua orang yang ditunggu sedari tadi datang juga, Gara dan Ruby datang bersama yang kemudian menarik perhatian teman-temannya.

"Gue suka di posisi ini, semuanya kelihatan terbalik dan kalian juga, kalian persis kayak kelelawar di pengelihatan gue" ucap Naomi setelah itu turun dari alat pull up yang sedari tadi di pakainya bergelantungan.

A pair of wingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang