Part 4

15 1 0
                                    

"Nom tugas Sosiologi Lo udah selesai belum?"

"Udah, kenapa? Mau liat?"

Ruby mengangguk antusias mendengar tawaran Naomi, melihat itu Naomi mengambil buku sosiologinya yang ada di atas mejanya dan memberikannya kepada Ruby. Dengan wajah yang kegirangan Ruby menyalin tugas yang ada di buku Naomi, gadis itu memang tergolong cerdas dibandingkan teman-temannya yang lain kecuali Gara.

"Biasain kerjain tugas Lo sendiri By, jangan bisanya nyontek terus" celetuk seorang cowok yang duduk bersandar di samping Naomi, cowok itu duduk bersandar sambil menutup matanya.

"Gue pikir Lo tidur Gar, kaget gue Lo tiba-tiba bersuara"

"Jangan ngalahin topik pembicaraan!"

Ruby menghela nafas mendengar ucapan Gara, dia selalu kesal jika cowok itu sudah ikut campur, bukannya apa-apa Gara itu bermulut pedas makanya Ruby malas berurusan dengan cowok itu, tetapi meskipun begitu dia sepertinya tidak akan bisa menghindari Gara pasalnya mereka adalah dua orang yang sudah bertunangan.

"Lo bisanya cuman shopping dan main, gak pernah mau belajar makanya kerjaannya nyontek terus" lanjut Gara membuat pipi Ruby memerah karena kesal mendengar kata-katanya.

"Udah Gar, liat tuh pipinya udah merah, gue cuman takut nanti itu meledak" ucap Seorang cowok yang sedang menyetel senar gitarnya bersama seorang temannya yang lain. Liam nama cowok yang bersuara tadi dan Ican cowok yang sedang menyetel senar gitar bersamanya.

Mereka adalah anak-anak yang dibicarakan Jasmin di hari ospek waktu itu, anak-anak orang kaya yang tentunya menjadi pentolan di SMA mereka. Bergelimang harta dan kekuasaan menjadikan mereka menjadi anak-anak yang sombong dan tidak punya hati nurani, ya itulah mereka.

"Huhh gue kangen Ares, dia lagi apaya sekarang? Gak sabar deh mau ketemu sama dia besok" ucap Ruby sambil memegang kedua pipinya.

Naomi terkekeh kecil mendengar ucapan Ruby, mereka semua sekarang sedang berada di kamar Naomi, mereka memang sudah berteman sedari kecil dengan Gara dan Ruby yang sekarang berstatus sudah bertunangan. Ruby lah oknum yang memaksa mereka ada disana, gadis itu hanya ingin menyontek tugas Naomi tapi karena bosan di rumahnya dia memutuskan untuk datang sendiri ke rumah sahabatnya itu dan yang lain tidak boleh tidak ikut, itulah yang diinginkan Queen Ruby Aqeela.

Jrenggg

"Kalau gue pikir-pikir gue juga kangen sama mainan kita yang satu itu, rasanya tangan gue gatel mau nonjok mukanya" ucap Liam sambil mencoba gitarnya.

"Jangan keras-keras sama si Ares, dia mainan kita yang paling bertahan, bisanya yang lain cuman bertahan beberapa bulan abis itu pindah atau berhenti dan cuman dia yang bisa sampai setahun lebih, gue gak mau kehilangan dia cepet-cepet" ucap Ican.

"Ihh gue geli sama kalimat terakhir Lo" ucap Naomi sambil terkekeh geli.

"Ican bener, gue juga suka sama mainan kita yang satu itu" celetuk Gara menambahi.

Hal yang tidak Auri ketahui tentang Ares yaitu saudara kembarnya itu dibully selama kurang lebih satu tahun ini. Gara dan teman-temannya selalu menyiksa Ares baik fisik maupun mentalnya, tetapi Ares tidak akan mudah untuk goyah karena pembullyan yang dilakukan Gara dan teman-temannya karena Ares sudah berjanji di dalam dirinya untuk lulus dari sekolah itu bersama dengan Auri.

~~~~

"Ri, singgah ke sana yuk" ajak Farel pada sebuah taman yang banyak penjual jajanan di pinggirnya.

"Wuahh yuk! yuk! yuk!"

Farel baru saja pulang dari menjemput Auri dari tempatnya bekerja seperti biasa, sekarang sudah jam 9 malam dan seperti yang sudah-sudah Farel akan mengajak Auri ke tempat-tempat yang bagus untuk mengganti waktu kencan mereka yang tidak bisa dilakukan di siang hari karena Auri harus bekerja.

Mereka menuruni motor dan berjalan bersama menuju taman yang cukup ramai orang, Auri sangat antusias sehingga ia berjalan mendahului Farel.

"Ayo cepetan Rel! Gue mau foto disana! Ayo Lo harus fotoin gue!" Ucap Auri kemudian berlari kecil ke arah sebuah pohon yang dihiasi lampu dan mengambil pose di bawahnya.

Farel terkekeh melihat kelakuan Auri yang persis anak kecil, inilah Auri dia akan berubah kekanakan jika sedang berdua dengan Farel dan akan berubah menjadi dewasa jika dengan Ares atau bundanya.

"Sok imut Lo" ejek Farel dengan tawa mengejek saat Auri mulai berpose dengan banyak gaya.

"Tai Lo, gue emang imut tau!"

"Hahhahaa bercanda Ri, ayo ganti gaya lagi" Auri yang kesal dengan Farel tapi tetap mengikuti ucapan cowok itu.

"Ayo gantian Rel, sini gue yang motoin Lo"

"Gak usah Lo aja, gue suka motoin Lo"

"Aaaaaa! Farel Lo kok bikin gue salting sih!"

"Nyesel gue ngomong kayak gitu" ucap Farel mencibir pasalnya Auri saltingnya selalu lebay.

"Ayo selfi Rel" ajak Auri kemudian mengambil ponsel Farel supaya mereka bisa berselfi bersama.

Farel tersenyum lebar saat Auri mengarahkan kamera ponsel ke wajah mereka berdua, Auri yang pendek membuat Farel harus melebarkan kedua kakinya untuk bisa menyamai tinggi gadis itu. Mereka mengambil cukup banyak foto, Auri tampak puas dengan foto-foto mereka begitupun Farel. Farel mengacak rambut Auri saat melihat raut wajah gadis itu yang sepertinya sangat bahagia melihat foto-foto mereka.

"Cantik banget sih pacar gue" ucap Farel masih memandang Auri lekat.

Auri mengangkat pandangannya ke arah Farel dan tiba-tiba raut wajahnya berubah sendu.

"Kenapa?"

"Sorry ya Rel, gue terlalu sibuk sama kehidupan gue sampai gue hampir gak punya waktu sama Lo" ucap Auri dengan wajah merasa bersalah.

Mendengar ucapan Auri Farel hanya tersenyum kecil kemudian merangkul gadis itu dan menuntunnya berjalan ke arah sebuah kursi taman, mereka duduk di kursi itu dengan Farel yang kembali menatap Auri.

"Lo taukan gue gak pernah mempermasalahkan itu, gue malah bangga sama Lo Ri, gue malah berpikir cewek gue keren banget gila!"

"Tapi gue tetep ngerasa bersalah sama Lo Rel, gue gak bisa kayak cewek-cewek lainnya yang punya waktu setiap saat buat Lo. Ini malah Lo yang selalu punya waktu buat gue, gue ngerasa jadi beban buat Lo"

"Ssttt! Jangan pernah ngomong gitu, Lo bukan beban! Lo cewek gue yang imut dan cantik, kesayangan gue dan Tingkerbell kecil gue jadi jangan sebut diri Lo beban lagi, gue gak suka!"

"Hehehe iya maaf Rel, dan makasih yah karena selalu ada buat gue, makasih karena udah nerima gue apa adanya dan gak pernah ngeluh tentang gue"

"Of course"

"Idihh sok Inggris Lo!"

"Lo benar-benar ya, baru aja kita romantis-romantisan tadi udah Lo ancurin aja"

Auri kembali tertawa melihat raut wajah Farel yang kembali berubah kesal karenanya. Dia memang tidak mau berlama-lama membahas hal yang emosional bersama Farel karena entah kenapa dia selalu ingin menangis rasanya. Auri itu tidak pernah menangis di depan bundanya atau Ares tapi beda lagi jika di depan Farel, jika di depan Farel dia akan menangis sejadi-jadinya bahkan hanya karena hal kecil sekalipun akan ia tangisi jika itu di depan Farel. Mungkin Farellah satu-satunya orang yang pernah melihat sisi lemah Auri.

"Mau es krim gak?" Tanya Farel yang tentu saja disambut anggukan antusias dari Auri.

"Lo tunggu disini gue beli dulu"

"Siapp!"

Auri terus memandangi kepergian Farel sampai cowok itu tiba di penjual es krim yang ada disana, ia tersenyum saat tatapan mereka bertemu.

"Beruntung banget gue bisa ketemu sama Lo Rel" ucap Auri masih belum melepas tatapannya dari Farel.

Jangan lupa Vote, Komen,dan Follow, terimakasih 🤍

A pair of wingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang