|MASIHKAH KITA PURA-PURA BERGEMBIRA?|
Jauh sebelum ramadhan tiba, ia sudah berdoa agar dikaruniai berkah hingga dipertemukan dengannya.
Ia berlomba-lomba menjadi pengingat bagi sesama.
100 hari menjelang ramadhan, mari bersiap! Katanya.
Tapi, disaat yang sama, tak ada persiapan apapun dari dirinya tuk menyambut kedatangannya.
.
Hari silih berganti, tanpa sekalipun ia berlatih puasa apalagi membaca kitab sucinya.
Pikirnya, Ramadan tahun lalu sudah cukup diambil hikmahnya, puasa dan baca Qur'an nya nanti saja,
bila sudah masuk waktunya, yang penting aku gembira menyambut kedatangannya.
.
Bagai tong kosong yang bolong di kedua sisinya, tak ada manfaat yang bisa diperoleh darinya, bahkan bagi si pemiliknya.
.
Pada akhirnya, ketika Ramadan tiba, ia terkaget dengan target yang bahkan dibuat oleh dirinya, semua rencana hanya terlaksana di awal saja, karena napasnya tak cukup panjang tuk mewujudkan setiap asa.
.
Maka, selagi masih hari pertama, kita ubah pola juangnya. Tak perlu ngoyo, kerjakan saja sesuai apa yang kita bisa, sedikit-sedikit saja, asal konsisten.
Tak perlu seperti yang lainnya,
karena yang terpenting Allah meridhoinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Ramadhan
SpiritualTulisan ini berisi tentang kehadirannya yang selalu dinanti, akan tetapi banyak yang tak peduli saat ia sudah di sisi, kemudian tanpa sadar ia telah pergi, menyisakan sesal yang teramat dalam di hati. Uniknya, itu terjadi berkali-kali.