Keputusan Rain

631 81 41
                                    

Kringg... kringgg

Jam alarm di atas meja samping ranjang berbunyi dengan keras namun tak membuat Rain terbangun. Si manis masih terlalu mengantuk karna baru tidur selama 3jam setelah mengurus si bayi.

"Oekkk.. Oekkk..."

Tapi sepertinya si bayi itu tidak bisa membuat Rain tidur dengan nyenyak. Si kecil yang merasa terganggu dengan suara alarm tentu langsung menangis kencang dan mengakibatkan Rain ikut terbangun.

"Aishh, apa lagi sihh? Kenapa kau terus menangis"Ujar Rain dengan sedikit kesal.

Kringg.. kringg.

Rain menoleh kearah alarm yang terus berbunyi, "Sialan, aku lupa mematikan alarm kemarin! Akhhhh!"Teriak Rain dengan frustasi dan dengan cepat mematikan alarm agar si bayi tak lagi menangis.

"Cup cup sayang... jangan menangis oke"Rain segera menenangkan bayi itu dengan lembut.

Ini salahnya, salah karna lupa mematikan jam alarm membuat si kecil kembali rewel dan menangis hingga menganggu waktu tidur Rain.

"Maafkan aku yaa, maaf sekali karna membuat tidurmu terganggu"Entah terbuat dari apa hati pria manis ini. Waktu tidurnya yang terganggu, namun tetap merasa bersalah pada bayi mungil di dekapannya.

Rain kembali menenangkan si kecil yang belum memiliki nama. Ahh, ngomong ngomong soal nama, Rain belum mendapatkan nama yang cocok untuk si kecil. Hari ini Rain terlalu sibuk mengurus si bayi yang terus rewel hingga tak memiliki waktu untuk mencarikannya nama.

15 menit Rain menimang bayi itu hingga akhirnya tak ada lagi suara dari si kecil. Dengan gerakan pelan Rain meletakkan bayi itu di atas kasur, menaruh dua guling di masing masing sisi si bayi agar tak terjatuh.

Rain menoleh ke arah jam, pukul 08:45 pagi. Rain meregangkan tubuh dengan mulut yang menguap karna sedikit mengantuk.

"Aku masih mengantuk sekali hoamm~"

"Ahh, lebih baik aku melanjutkan tidur sebelum mengurus bocah ini lagi"Si manis itu kembali merebahkan badannya di kasur dengan menghadap kearah bayi itu dan tangan yang menepuk nepuk pelan sang bayi agar semakin terlelap.

"Aku membencimu, tapi kau tak bersalah, kedua orang tuamu lah yang membuatku sedikit membenci kehadiranmu"Gumam Rain dengan mata yang mentap sedu si bayi.

"Jika saja kita bertemu tidak dalam keadaan seperti ini, maka aku dengan senang hati akan merawatmu, menyayangimu agar kau tak merasakan apa yang aku rasakan di masa kecil"Ujar Rain masih dengan nada pelan agar tak membangunkan si balita.

"Aku memang membenci ibumu, sangat sangat membencinya... tapi aku berharap jika kau tak pernah merasakan apa yang aku rasakan"

"Menjadi pihak yang harus selalu mengalah, menjadi anak yang harus selalu menurut pada orang tua sekalipun orang tuamu ingin kau mati"

"Jika boleh jujur, aku sudah lama mati, hanya saja tubuhku tak tertimbun dengan tanah... nyawaku sudah lama pergi sejak tujuh tahun lalu, dimana aku tak bisa lagi menahan semua rasa sakit di hatiku"

"Kenapa dunia tak pernah adil padaku? Kenapa semua kebahagiaan dan semua hal yang ada di hidupku selalu menjadi milik kak Niww"

"Termasuk hadirnya dirimu!"Perkataan dengan nada lirih menjadi akhir kalimat ketikan mata Rain tertutup dengan sempurna. Rain tak menyadari mata si kecil yang meneteskan air mata tapi tak mengeluarkan suara apapun, seakan ikut merasakan sakit atas ucapan calon ibu sambungnya.





.....





Hari ini Phayu sudah pusing dengan pekerjaan di kantornya, tapi sang mertua semakin membuat Phayu tertekan. Rupanya ucapan sang mertua tentang Rain yang akan menjadi ibu pengganti untuk putranya, itu semua benar. Tharn dan Type tetap kekeh pada keputusan itu hingga memberitahu pada orang tua Phayu.

Vicaria Mater(On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang