barbeque party

364 49 25
                                        

halo, apa kabar?
***

Hari ini keluarga Arsen akan berkunjung ke rumah Alisha. Untuk memperingati ulang tahun dari Bunda Alisha. Acaranya cukup sederhana, mereka hanya mengadakan barbeque party di halaman belakang rumah Alisha.

Untuk waktunya sendiri karena barbeque party identik dengan malan hari, maka sudah diputuskan bahwa acara hari ini akan dimulai sehabis isya.

Arsen tergolong manusia yang masa bodoh terhadap penampilan, dia tidak suka terlihat menonjol di tengah hiruk pikuk manusia. Menurutnya menjadi sorotan itu mengerikan, seperti dikejar badut di pasar malam.

Akan tetapi, tidak dengan malam ini. Sudah satu jam waktu yang ia habiskan untuk mencari pakaian yang cocok ditubuhnya. Padahal biasanya segala jenis pakaian cocok di tubuh atletisnya ini, namun sekarang semuanya terlihat biasa saja. Jangan ditanya untuk siapa hari ini dia bergaya, sudah pasti jawabannya untuk Alisha seorang.

"Menurut lo, gue pake jas kaya gini lebay kaga sih? Ini kan acaranya sederhana ya, kalo gue dandan gini takutnya dikira mau lamaran."

"Eh tapi nggak papa sih, sekalian ngelamar Icha." lanjutnya sambil terkikik. Apa yang akan dipikirkan bunda Alisha jika dia datang untuk melamar anak gadisnya itu.

"Tapi, kalo kata gue mah ini too much."

"Tapi ya yang lainnya basic banget."

"Eh apa gue pakai kemeja hitam ini aja ya."

"Ih tapi jaket ini keren banget."

Vino sudah bodoh amat dengan sahabatnya si Arsen ini yang terus-menerus bertanya, namun menjawab sendiri pertanyaannya. Padahal kan cuma mau bakar-bakar, ujung-ujungnya bau asap. Ngapain juga harus rapi-rapi.

"Vin! Bantuin napa sih." sewot Arsen dengan nada tidak ramah. Sedari tadi sahabatnya itu hanya diam dan mengamati. Dia ini sedang butuh pendapat buka dilihat.

Vino menghela napasnya. Pusing juga, niatnya cari ketenangan dirumah orang, malah kepeningan yang dia dapat. "Gini loh, Sen. Lo ngerasa ganteng nggak sih?"

"Banget lah anjir. Dari sudut mana pun gue mah perfect." Arsen berucap dengan bangga, tak lupa dia menatap wajahnya dengan intens pada standing mirror yang terletak pada wardrobe room miliknya.

"Trus kenapa lo harus bingung nyari baju bambang. Lo lagi takut kalah saing? Lo takut pesona lo ilang? Pakai senyamannya aja, gabakal luntur aura lo."

Arsen tersenyum gembira. "Anjing, lo ternyata bijak ya."

"Bangke lo, udah dipuji malah dianjingin."

"Tenang bro, nanti gue traktir lo seblak depan gang. Itung-itung tanda terima kasih gue."

Vino berdecak sebal. Kalau niatnya berterima kasih mah ajak ke cafe atau restaurant sekalian. Ini malah beli seblak doang, tampang elite traktir teman sulit.

"Lo makan aja tuh seblak sendiri. Gue udah mual tiap hari lo ajak makan disana."

"Ih masih untung lo gue traktir seblak. Daripada nggak sama sekali."

"Bodo amat deh, Sen. Pantesan Icha kaga mau sama lo."

Arsen menatap tajam Vino. Sorot matanya tidak bersahabat sama sekali. Bibirnya juga ikut tertarik lurus senada dengan semua bagian wajahnya yang menjadi datar seketika. "Babi lo. Padahal abis beli seblak mau gue ajak ke restoran bokap gue yang baru buka. Tapi, kayanya nggak lagi sih, kelakuan lo mirip setan."

Vino menarik lengan Arsen, "Enggak sayang, aku bercanda doang kok. Ayo kita makan seblak."

"Najis babi."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 20, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Matcha LatteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang