movie date

405 79 49
                                    

(playlist > Niki : Highschool In Jakarta)
kalau jamkos emang enaknya nonton film sama gebetan sih, tapi kalau nggak punya gimana dong?

***

Soleram soleram
Soleram anak yang manis

Anak manis janganlah dicium
Kalau dicium merahlah pipinya

Senandung irama lagu soleram menggema di seluruh penjuru SMA Angkasa. Suara yang menandakan jam pelajaran telah berganti.

Alih-alih tetap berada di kelas masing-masing, seluruh siswa kelas 11 sekarang berbondong-bondong membawa peralatan belajar mereka untuk pergi dari ruangannya.

Selain hari Senin, Jefran juga membenci hari Rabu. Karena seperti yang diketahui, bahwa hari ini terdapat mata pelajaran lintas minat. Dimana hal ini mengharuskan mereka untuk mempelajari pelajaran diluar jurusan. Bodohnya lagi, ia dengan bangga memilih bahasa mandarin saat kelas 10.

"Btw Jef, lo kan LM mandarin nih. Lo tau lirik aslinya lagu yang lagi viral di tik tok itu nggak? Yang trennya kita mau nusuk pantat temen, tapi temen yang lainnya ngelarang itu loh." kalau tidak mengeluarkan pertanyaan aneh, bukan Mahesa namanya.

Kini tiga serangkai incaran para wanita itu sedang berada di kantin. Perlu diketahui sebelum masuk ke kelas, ritual wajib mereka adalah membeli cireng dan berbagai jajanan lainnya.

Reygan yang masih mengunyah risol mayonya itu segera terkoneksi dengan ucapan Mahesa. "Yang gini lho. Lugowo wonexi wo ai ni." nada berantakan keluar dari mulut lelaki tampan itu. Tanpa menghiraukan risol mayo yang masih belum diolah dengan baik oleh giginya.

Jangan salahkan Jefran kalau tidak mengerti maksud kedua temannya ini. Punya tik tok saja tidak, apa lagi mengetahui tren yang sedang ada kala ini.

"Pertama gue kaga punya tik tok, kedua gue nggak ngerti bahasa mandarin selain xie xie, ketiga air liur lo muncrat anjir." Jefran mengusap lengan kanannya karena saliva Reygan mengenai pergelangan tangannya.

Mahesa jadi tertawa melihat Jefran yang sedang jijik dengan tangannya sendiri. "Sekolah ini kaya juga ya, punya air muncrat."

Reygan menatap tajam Mahesa. "Ya maaf lah brodi. Gue emang makhluk yang nggak sempurna, kecuali muka gue sih."

Kalau saja mereka berdua ini bukan sahabatnya sejak masih bayi, mungkin sekarang mereka tidak berada di negara ini lagi. "Kayanya gue mau request lagu buat pergantian jam, supaya bukan soleram lagi."

"Mbak mau tempe dong tiga—" Mahesa menelisik ke arah Jefran. Kenapa topiknya jadi tidak jelas begini. "apaan sih lo, tiba-tiba request lagu gini."

Jefran memandang lurus ke arah ujung taman. Bibirnya tertarik ke atas karena mendapatkan mangsanya hari ini. Di samping kanannya Reygan masih mengunyah cireng yang baru saja dibeli tadi. "Iya nih, lo makin hari makin aneh, Jef. Emangnya mau request lagu apa?"

"Alisha anak yang manis aja. Gue nggak peduli soleram manis apa nggak, yang jelas Icha paling manis, udah gitu pasti boleh dicium." Jefran kemudian berjalan mengikuti arah kemana Alisha pergi. Menurutnya, Alisha itu memiliki magnet yang membuat Jefran selalu ingin berdekatan dengannya.

"Udah ya gue mau menemui takdir."

Mahesa dan Reygan beku ditempat, baru kali ini temannya begitu bersemangat untuk menemui wanita. Dulu juga pernah sih, waktu dia masih sangat bucin pada Jessica, tapi sekarang entahlah kemana rasa itu pergi.

"Mas ini tempenya tiga." mbak kantin tadi menyerahkan tempe pesanan Mahesa.

"Udah deh mbak, makan aja yang satu. Udah bukan temen kita lagi." gerutu Mahesa. Padahal hari ini dia ada kemajuan karena membelikan mereka tempe, namun ternyata Jefran kacang lupa kulit.

Matcha LatteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang